9 / la favela (1)

1K 164 14
                                        

•••

Laki-laki itu baru saja terkejut bahagia sebelum mendapati penampakan yang sama dengan apa yang dia lihat barusan di layar hp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu baru saja terkejut bahagia sebelum mendapati penampakan yang sama dengan apa yang dia lihat barusan di layar hp.

Giselle dan Nini tidak kalah tercengang.

Belum lama ini Ia diterima sebagai asisten manager di sebuah perusahan makanan di Bali melalui koneksinya lewat seorang alumni.

Pertemuan ini mungkin akan berkesan jika saja keduanya tidak memberikan Jonatan tatapan sinis.

Jona menggigit pipi dalamnya, Ia merasa memiliki andil besar dalam menciptakan ketegangan ini.

Kedua perempuan itu saling bertatapan sebelum mendaratkan diri di satu-satunya bangku kosong di La Favela saat ini.

Jonatan membekukan diri sembari menajamkan indera pendengarannya berupaya mencari informasi apa saja yang bisa dicuri dengar dari meja sebelah.

Sementara perempuan yang duduk di hadapannya mendecih dan membuang muka begitu berhasil membaca gerik-gerik Jona.

Live music belum di mulai, meskipun hari ini ramai luar biasa karena promo free entry dan free drink, rengkuhan napas pemilik meja kanan kiri masih bisa sayup-sayup didengar karena jarak antar meja yang hampir tak berjarak.

Jona menahan napasnya setelah merasakan perubahan mood perempuan di hadapannya kali ini.

"Mentang-mentang free entry segala penduduk dunia di sini semua."

"Hah?" Giselle yang duduk di sebrang Nini menangkap sepasang mata milik laki-laki di meja sebelah.

Giselle memberi isyarat agar Nini tidak melontarkan kata-kata yang memancing sumbu api untuk meledak.

Jonatan baru saja mencondongkan badannya ke meja samping hendak mengatakan sesuatu kepada kedua perempuan itu sebagai bentuk basa-basi sebelum Karin berdiri dari bangkunya.

"Gue ke bawah sebentar."

Tidak ada yang mengatakan apa-apa setelah Karin meninggalkan meja.

Kalo boleh jujur, Jona merasa kecanggungan jadi jauh lebih mereda. Laki-laki itu mengerti perubahan air muka Karin sejak tadi setelah Ia mendapati Giselle dan Nini berjalan mendekat ke table di samping mereka.

Jujur Ia belum pernah merasa keanehan yang seperti ini. Sebagai pribadi yang lumayan periang, Jona tidak menemukan kunci untuk memecahkan kaca yang ada di antara ketiga perempuan itu.

Perendinate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang