"Eh ini kenapa story orang-orang mendadak lagi di Bali semua?"
"Studytour kali."
Giselle menarik sudut bibirnya. Nini yang menyadari tatapan sengit Giselle segera meralat jawabannya, "Yaa mungkin udah pada penat sama PPKM dan baru-baru ini udah boleh flight tanpa PCR lagi kan."
"Tapi kenapa harus pada di Bali semua?"
Nini membalik lembaran-lembaran kertas bimbingan dipangkuannya, "Emangnya ada yang larang?"
Giselle mengerucutkan bibir mendengar tanggapan itu. Akhir-akhir ini Nini selalu seperti itu, tidak pernah serius menanggapi topik apapun yang dibawakan Giselle, padahal Ia serius ingin bertukar pendapat mengenai fenomena di masyarakat bukan cuma gosip-gosip tentang ayam kampus saja. Giselle tau mungkin sekarang bukan saat yang tepat mengingat Nini dikejar tanggal wisuda terakhir di semester ini yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, sementara Giselle sudah sedikit longgar karena tinggal sedikit lagi langkah yang perlu ditempuhnya.
"Bali is way too overrated. Padahal kan destinasi liburan di Indonesia yang objek wisatanya kayak Bali juga banyak. Ada Lombok, Sumba, atau Labuan Bajo tuh juga mantap punya," terang Giselle antusias.
Nini hanya menganggukan kepala dan kembali fokus ke permasalahan utama dihadapannya.
Tiga hari yang lalu Giselle sudah mendaftar sidang skipsi dan tinggal menunggu tanggalnya. Mungkin ini alasan Nini jadi lebih fomo daripada biasanya karena selain Giselle yang merupakan teman seperjuangannya sudah mendaftarkan sidang lebih dulu, ia juga keteteran dengan magang yang seharusnya hampir selesai tapi tugasnya yang tidak kunjung berkurang.
"Sini deh gue bantu cek lagi revisian lo,"
Giselle mengulurkan tangan berharap Nini menyerahkan hasil revisiannya.
"Iya deh yang udah selesai, langsung jago jadi mentor ya?"
"Kenapa sih, Ni? Lo kan minta temenin gue kesini, gue juga gaada kerjaan emang gue harus ngapain lagi?"
"Lo kan bisa persiapin sidang atau pelajarin penelitian lo atau apa kek. Sorry deh kalo gue ganggu ngajakin lo kesini yang udah selesai duluan. Lo udah nganggur, tinggal sidang, udah aman, sedangkan gue masih jauh gini."
Giselle menautkan alisnya, heran dengan emosi Nini yang sedang sangat tidak stabil ini.
"Yaudah gue diem."
Nini terdiam dalam posisi duduk bersimpuhnya. Begitupun Giselle.
Hening beberapa saat. Nini sesekali membolak balik lembaran skripsinya.
Suasana perpustakaan kampus di hari libur yang cukup sepi menambah keheningan di antara mereka.
"Gini ya kalo cabe-cabean ibukota jadi mahasiswa akhir?!"
Keduanya yang sedari tadi larut dalam pikiran masing-masing segera melotot ke sumber suara.
Beberapa pengunjung perpustakaan yang terganggu dengan celetukan besar itu memberi kode dengan dehaman.
Mendengar tidak ada respon yang diharapkan dari kedua perempuan yang duduk lesehan di sudut tempat membaca ini, Jeno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ni gue jalan-jalan bentar ya."
Giselle bangkit dari duduknya dan perlahan dengan sedikit ragu meninggalkan Nini yang tidak merespon apa-apa.
Jona yang menyaksikan kejanggalan memilih untuk mengejar Giselle yang sudah keluar lebih dulu.
Giselle cukup memaklumi lonjakan emosi Nini. Walau Ia lebih dulu sudah merasa jengah dengan sikap Nini akhir-akhir ini yang sering mengabaikannya. Namun, sedikit banyak Ia mengerti tentang keriwehan yang sedang terjadi dalam hidup Nini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perendinate
Fiksi PenggemarTom and jerries to lovers trope. giselle x jeno (aespa x nct dream)