Beres beres menjengkelkan

668 87 6
                                    

•••

Selagi [Nama] terus berceloteh berkedok memuji Scara. Scara cuma diam mendengarkan semua kata kata [Nama] sambil menunduk menatap lantai, ia tak pernah dipuji seperti itu sebelumnya oleh siapapun selain gadis yang duduk disampingnya ini.

Tangannya meremas pelan gantungan kunci yang telah menjadi miliknya, memikirkan dimana tempat yang bagus untuk menggantung benda ini.

Ini hal simpel, tapi membuatnya senang. Hari ini adalah hari yang menyenangkan, ia mungkin harus berusaha untuk pelan pelan membuka diri pada [Nama], karena ia dan gadis itu sudah bersama selama sebulan.

Jadinya saat gadis itu bangkit dari duduk dan mengulurkan tangan padanya, ia langsung menerimanya tanpa ragu dan berjalan bersampingan bersama dengan tangan terjalin.

"Tadi ada orang tampan yang lewat, kamu lihat?"

"Itu yang kau perhatikan?"

Mendengar perkataan Scara membuat [Nama] tertawa, dari banyaknya hal menarik yang ada justru dia malah melirik pria tampan yang kebetulan lewat, Scara mendengus pelan sebelum mengukir senyum tipis.

Berjalan bersama menuju tempat pulang.


Scara menatap masam telur omelet nya yang lagi lagi gagal, ia menghela napas dan menaruh telur omelet yang sebenarnya ia buatkan untuk [Nama] ke meja makan.

Telur semuanya sudah habis dan yang ada cuma tiga piring dengan telur gagal diatasnya, ada yang kurang matang dan ada yang gosong lalu satunya lagi tak terbentuk, lebih seperti telur orak arik.

Scara mendengus, perasaan ia sudah mengikuti tutorial di yutub namun saat ia mencoba selalu saja gagal, telurnya juga suda habis semua, jadinya ia tak bisa kembali untuk mencoba.

Maniknya beralih melirik jam dinding, sebentar lagi [Nama] akan pulang, gadis yang selama sebulan ini merawatnya.

"...?"

Scara berhenti dikeranjang pakaian kotor, wajahnya menggelap melihat pakaian kotor [Nama] yang menumpuk, ia pikir gadis itu mungkin sudah mencucinya kemarin ternyata belum.

"..pemalas sekali, dia tak pantas disebut orang dewasa," celetuk Scara memasukan semua pakaian kotor [Nama] ke dalam mesin cuci meski harus menggunakan bantuan pijakan untuk bisa memasukannya.

Scaramouche pendek.

Ia mengisi mesin cuci itu dengan air kemudian deterjen dan menyetel mesinnya selama 15 menit lalu pergi meninggalkan nya.

"..hahh," Scara yang hendak bersantai di sofa dihentikan saat melihat sampah dekat tv yang sudah dibungkus kantung plastik hitam namun belum dibuang, perasaan kemarin ia sudah menyuruh [Nama] untuk membuangnya, apa gadis itu pelupa atau pemalas?

Tangannya terkepal, langkah nya ia hentakan ke lantai cukup kuat sambil menyeret sampah itu keluar dari apartemen yang [Nama] tempati. Butuh dua tangan bagi Scara untuk menyeret sampah itu keluar.

"Oh, nak Scara."

Mendengar panggilan itu, Scara menoleh. Menatap seorang Nenek yang tinggal disebelah apartemen mereka.

"...nenek."

"Mau kemana?" tanya Nenek itu lembut, menghampiri Scara dan mengusap lembut surai nila anak itu.

"B-buang sampah."

"Pasti sampah milik [Nama]-chan kan?" kekeh Nenek itu yang sudah tahu betul kelakuan penghuni samping apartemen nya, Scara menjawabnya dengan anggukan pelan.

Tiba-tiba Scara menjadi anak baik super kalem kalau berada didekat Nenek Misa, wataknya yang bermulut tajam itu seketika berubah 180°. [Nama] awalnya terkejut tapi ia langsung tersenyum lebar, tahu apa yang bisa membuat Scara bersikap baik, yaitu Nenek Misa.

"Berat?" Nenek Misa melirik kantung sampah yang dipegang Scara.

"Tidak terlalu," geleng Scara.

Beberapa menit mereka menghabiskan untuk mengobrol meski kebanyakan didominasi Nenek Misa.

Langit mulai gelap, saat Nenek Misa masih mengajak Scara mengobrol, [Nama] berdiri tak jauh dari mereka kemudian langsung datang menghampiri.

Melihat [Nama], Nenek Misa langsung menceramahi gadis yang baru pulang dari kantor, menceramahi bahwa tak baik bagi anak kecil untuk mengerjakan seluruh tugas rumah, [Nama] yang baru pulang dan tak mengerti apa apa cuma menangis dalam hati dan sesekali mengangguk menanggapi.

Saat atensinya beralih sepenuhnya pada Scara, [Nama] melihat anak itu mengukir senyum jahat, puas melihat [Nama] diceramahi panjang lebar.

"Buang ini."

"..." [Nama] menghela napas pasrah, karena ada Nenek Misa. [Nama] tak bisa berbuat banyak untuk menolak akhirnya ia buang sampah itu.


[Nama] tepar di sofa, perutnya kenyang memakan semua telur omelet gagal buatan Scara, mungkin lidahnya yang menyukai semua jenis makanan atau apa, semuanya ludes dimakan bahkan yang gosong sekalipun.

Dan untuk cuciannya, sudah [Nama] ambil ahli dan menjemurnya diluar meski sekarang tengah malam hari.

"Scara."

Mendengar namanya dipanggil, Scara menoleh pada [Nama] saat ia tengah sibuk menggantung gantungan kuncinya ke tas ransel miliknya.

"Apa."

"Kamu yakin...gak mau bertemu ortu mu?" tanya [Nama].

Scara menghentikan kegiatannya saat pertanyaan [Nama] membuat tubuh anak itu tersentak meski samar, [Nama] melihatnya.

"...saat besar nanti aku akan langsung pergi dan tidak merepotkanmu lebih lama," Scara memunggungi [Nama], membuat nya tak bisa melihat ekspresi apa yang tengah anak itu pasang.

[Nama] tercengang, bukan itu yang dia maksud. Dia cuma mau menanyakan dan mendapatkan langsung jawaban dari Scara, apakah ia harus melanjutkan pencarian orang tua asli Scara bersama Alhaitham atau mungkin menghentikan pencarian ini.

Ia butuh jawaban Scara.

"Kamu tidak merepotkan ku, sudah kukatakan waktu itu," Lirih [Nama] "Jawab saja ini...'ya' atau 'tidak'?"

Hening...

[Nama] menghela napas, dia tak kunjung mendapatkan jawaban dari Scara yang terus memunggunginya. Gejolak batin anak itu menguar hingga [Nama] bisa merasakannya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Scara? Mereka sudah tinggal selama sebulan atau lebih tapi [Nama] masih tak mendapatkan jawaban dari Scara yang ia temukan sendirian menangis malam itu, kondisi mental anak itu tidak stabil seperti anak lain, bisa dilihat dari kegelisahan yang terus menimpanya saat menjelang tengah malam.

Anak itu.....kesepian.

Sebenarnya [Nama] hampir membulatkan tujuannya saat melihat reaksi anak itu malam itu, tapi tetap saja dia kembali menanyakannya namun dengan kata yang lebih halus agar tak kembali menyakiti hati anak itu.

Scaramouche and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang