•••
[Nama] tak bisa percaya, mantan orang yang pernah ditaksirnya dulu kini bekerja ditempat kerjanya. Awalnya [Nama] tak peduli bahwa Childe bekerja disini bersamanya karena berpikir dia akan ditempatkan di departemen berbeda namun ternyata perkiraan nya itu salah.
Sekarang ia tengah merutuki kelengahannya.
"Kau terlihat banyak pikiran."
[Nama] menoleh ke arah suara itu dan mendapati Childe yang tengah memasang senyum padanya, [Nama] balas dengan senyuman kikuk.
Dari semua kesialan yang ditimpanya mengapa harus dihadapkan dengan mantan orang yang dulu disukanya itu, meski terlihat biasa saja nyatanya [Nama] masih dilema dengan perasaannya sendiri.
Diliriknya meja Keqing yang terletak cukup jauh darinya, matanya berkaca-kaca meminta pertolongan namun Keqing sama sekali tak melihatnya dan fokus mengetik di komputernya membuat [Nama] tersenyum kecut.
"Ayo pergi makan siang bersama, [Nama]." ajak Childe, masih menatap [Nama].
"Sepertinya aku tunggu Keqing saja."
"Tak usah menungguku, pekerjaan ku akan selesai lama jadi lebih baik kau makan duluan." timpal Keqing yang kebetulan mendengar nya.
[Nama] menjerit dalam hati, tidakkah Keqing peka dengan apa yang ia alami sekarang! Padahal ia sengaja menggunakan namanya agar bisa menolak ajakan Childe secara tidak langsung.
Dan apesnya [Nama] tidak bawa bento yang biasa disiapkan Scara untuknya.
[Nama] tersenyum hambar, mengangguk pada Childe yang langsung mengukir senyum puas saat [Nama] menerima ajakannya.
"Aku yang traktir."
──────
"Jadi, kau sudah menikah?"
Pertanyaan itu membuat [Nama] tersedak, ia langsung meneguk air minumnya sambil mengusap dadanya, terkejut.
"Belum, kenapa?"
"Nggak, cuma nanya."
[Nama] menghela napas, lagipula kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu? Seolah-olah Childe memiliki maksud lain namun [Nama] tak mau terlalu memikirkan.
"Jadi kau mengadopsi seorang anak yah? Siapa lagi namanya? Aku lupa." Childe mencoba memegang sumpit dengan benar.
"Namanya Scara dan iya, aku mengadopsi nya." jawab [Nama], mengajari Childe cara memegang sumpit yang benar, ia tak sengaja menyentuh tangan Laki-laki ginger itu.
[Nama] memperlihatkan bagaimana cara menggunakan sumpit dengan benar pada Childe, bagaimana cara memegangnya agar tak terlepas. Childe mengangguk mengerti dan melakukan hal yang sama persis seperti yang [Nama] ajarkan namun saat ia mencoba menyumpit sushi, sumpit itu terlepas begitu saja dan jatuh ke lantai.
Hening sesaat sampai keheningan itu diisi suara tawa [Nama].
Childe beralih menatap [Nama], ikut tersenyum.
"Yah, aku payah seperti yang kau lihat."
"Menurutku tidak begitu." sangkal [Nama].