Makasih untuk sebelumnya, maaf ya gabisa up cepat karena masih ada tugas lain dan yah reader di sini ga ada motivasi untuk banyakin votenya, padahal ya, udh banyak ada di draft.
30 vote aku lanjutin!
-----------------------
Rumah sakit bukan lah tempat yang bagus untuk ibu hamil yang usia kehamilannya sangat rentan, Terlebih jam sudah menunjukan pukul sebelas malam dan Waktu kunjungan sudah hampir habis.Renjun sesampainya di kamar rumah sakit milik suami nya, menangis sejadi-jadinya karena melihat sang suami yang terbaring lemah dengan luka di sekujur tubuhnya. Ia terus menolak untuk keluar dari kamar tersebut, Membuat semua orang di sana berakhir harus menginap untuk menjaga Renjun.
Mark malam ini ingin mengantar kan makan malam kepada sang adik, Karena sang ibu baru memberikan saat pukul delapan malam ia harus mengantar jam itu juga karena sang adik belum pulih dan tak bisa berpindah dari kasur karena kakinya yang lumpuh di kanan.
Ia membuka kunci rumah tersebut, Sang ibu memberikannya karena saat memberikan perban Mark harus memanjat sebuah pohon untuk sampai ke balkon rumah sang adik. Rumah tersebut terlihat rapi namun sangat pengap karena tak ada sumber cahaya disana. Ia bergerak menyalakan lampu untuk mengembalikan suasana rumah tersebut.
Dan..
Bruk!
Terdengar suara yang sangat keras dari kamar sang adik membuat Mark yang awalnya hanya berjalan dengan santai tiba-tiba saja berlari menaiki tangga untuk sampai ke kamar sang adik.
Klek!..
“Jeno!”, Terlihat Jeno terbaring lemah di atas tumpukan kaca pecah bekas botol bekas minuman keras, Jeno tak tahu cara menebus luka yang ia berikan pada sang istri jadi ia selalu melemparkan botol ke arah lantai lalu memijaknya menanggap tak ada apapun.
Mark dengan cepat kembali turun ke bawah mengambil sepatunya untuk lewati beling-beling yang berserakan, Ia mengangkat sang adik dengan mengendong di punggungnya dengan tangan kanannya masih memegang kotak makan yang harusnya berpindah tangan ke adiknya.
Jujur saja, Ayah dari pria bernama Jeno itu sedikit menyesal karena emosinya yang tak terkontrol membuat sang anak berakhir seperti seorang korban dari sebuah kekerasan fisik. Ayah dengan lima anak tersebut memilih duduk di luar untuk menenangkan pikirannya yang di ikuti sang istri, Mark dan Jaemin pergi ke luar untuk membelikan makan malam untuk sahabat dari istri mereka.
Hanya tertinggal Jeno yang masih belum mau membuka mata dan Renjun yang sibuk menggenggam tangan Jeno. Tangisan Renjun semakin menjadi karena melihat tangan Jeno yang penuh dengan luka kecil hingga yang di perban, Baru tangan belum anggota tubuh lain membuat Renjun semakin deras mengeluarkan air mata.
Renjun mulai meletakan kepalanya di atas kasur di depan tangan Jeno yang tak di infus, Mulai menutup matanya, Matanya sudah terlihat merah karena terus menangis dari sebelum menginjakan kaki ke rumah sakit tersebut.
Satu tetes, dua tetes, Air mata Renjun melewati pipi Renjun lalu mulai membasahi perkecil dari kasur Jeno dengan tetes-tetes air mata miliknya. Hingga ia tak menyadari bahwa air matanya membasahi tangan sang suami.“Jangan menangis”, Suara lirih dan Sebuah tangan mengusap kepalanya membuat Renjun kembali bangun. Ia menatap wajah Jeno, Senyuman yang benar-benar diingat dari wajah Jeno terlihat, Tangan Jeno jatuh kembali ke kasur.
“Hiks, Jenooo..”, Renjun menangis, Menyebutkan nama sang suami membuat Jeno kembali mengangkat tangannya, Namun sekarang beralih kearah pipi sang istri yang basah akibat air mata.
“Ini salah ku, Jangan menangis.”, Jeno mulai menghapus air mata yang berjatuhan di pipi Kanan Renjun.
Klek.
Mark dan Jaemin datang membuat Jeno mulai menurunkan tangannya dengan pelan lalu menatap saudaranya yang baru saja datang.
“Udah bangun Jen?, Ini gue bawa makan buat lo ama Renjun.”, Jaemin meletakan makanan tersebut di atas nakas sebelah Renjun lalu duduk di sebelah kakak yang sedang saling bertukar pesan dengan sang istri dan itulah hal yang akan di lakukan oleh Jaemin.
Jeno dan Renjun hanya diam saling menatap satu sama lain, Tangan Renjun bahkan belum lepas dari Jeno. Jeno bisa melihat bahwa istrinya itu meneliti semua wajahnya dengan perasaan iba dan sedih membuatnya sedikit tersentuh.
“Renjun, Kamu bisa suapin Jeno ga?, Bubu sama Daddy mau ambil barang-barang di rumah”
Karena suara bubu membuat kedua orang itu sedikit terkejut karena mereka yang awalnya di kuasai keheningan mulai di pecahkan oleh sang ibu dari Jeno.
“Gapapa Bu”, Balas Renjun tak lupa dengan senyuman yang terukir di wajah nya kepada sang mertua membuat ibu dari suaminya tersebut menatapnya dengan gemas.
“Mark sama Jaemin juga pulang jadi kalian baik-baik ya berdua, Kalo ada apa-apa panggil aja dokter atau ga hubungin bubu ya”, Ucap Bubu lalu mulai mengelus kepala Renjun.
Ia sengaja meninggalkan anak dan menantunya berdua agar mereka berdua dapat menyelesaikan nya dengan cara mereka, Ia sebenarnya takut untuk meninggalkan Renjun yang masih berada di kehamilan yang rentan, Namun ia tahu bagaimana anaknya yang terlihat sangat menyesali apa yang telah pria itu berbuat membuatnya tak ada pilihan lain.
Semua orang meninggalkan Renjun dan Jeno di dalam sana. Mereka berdua kembali di kuasai oleh keheningan terlebih Renjun yang tak tahu ingin membuka topik apa karena sang suami terlihat kesakitan saat hanya sekedar berbicara kalimat pendek.
“engga makan njun-?”, Tanya Jeno membuyarkan lamunan Renjun dengan pertanyaan darinya.
“Makan berdua?”, Tanya Renjun kembali lalu mulai meraih makanan yang di belikan oleh kakak ipar dan iparnya di luar rumah sakit untuknya.
Jeno tak menjawab pertanyaan Renjun dan malah mendaratkan tangannya di perut Renjun yang sudah mulai terlihat bahwa ia sedang hamil.
Ia mengelus perut itu dengan pelan dan lembut, terkesan memberikan sebuah kasih sayang kepada sang anak dan istrinya.Renjun dapat merasakan itu di balik piyama yang ia pakai, Ia cukup menikmati usapan demi usapan suaminya karena ini lah yang ia inginkan sejak berada di apartemen Guanlin, Ia tak bisa mendapatkan itu dari Jeno dan terpaksa Guanlin lah yang harus melakukan hal tersebut, Namun tentunya itu tak mencukupi kemauan Renjun.
Renjun dapat melihat wajah berbinar milik Jeno saat mengusap perutnya membuat Renjun mengeluarkan sebuah senyuman kecil.
Jeno baru menyadari apa yang ia lakukan mulai menjauhkan tangannya membuat Renjun menatap Jeno dengan bingung. “Kenapa Jeno?”, Tanya Renjun.
“Aku tak pantas melakukan hal tadi setelah menyakiti mu dan bayi kita”.
“Bahkan aku tak bisa di katakan ayah yang layak dan suami yang baik, seharusnya bukan bayi kita tapi bayi Renjun”.
Renjun yang mendengar hal tersebut mulai terdiam, Tangannya yang tadi mengaduk nasi goreng sempat ia bawa Mulai berhenti. Bibirnya yang tadi tersenyum mulai memudar di gantikan sebuah bulir bening membasahi pipinya dan dadanya yang mulai sesak.
“Bayi kita Jen, Bayi kita.”
• • ━━━━━━ ꒰ ˶• ˔ ต ꒱ ━━━━━━ • •
Nov 23, 2023. Thursday.
LUVVIESSY sea.Sorry for typo and jangan lupa vote!.