Jeno menghela nafas pelan, menatap ke arah berkas-berkas yang berantakan dan saling bertumpuk di depannya. Sudah sangat larut namun ia belum menyelesaikan urusan pekerjaannya, ada beberapa masalah di perusahaan pribadinya hingga ia harus menyelesaikan nya sendirian terlebih dahulu untuk mengambil langkah yang benar.
Sudah ada beberapa pesan masuk dari istrinya namun balasan Jeno hanya mengatakan bahwa ia tak pulang malam ini dan itu selalu di balas di jangka waktu yang lama. Ini adalah salah satu Red Flag Jeno, gila kerja.
“Sial, aku butuh kopi.”
Jeno keluar dari ruangannya, ada beberapa orang juga yang di tugaskan Jeno untuk lembur berlalu-lalang menyelesaikan pekerjaan mereka, tak terkecuali semua bawahan tertinggi Jeno yang tampak saling membantu mencari jalan keluar masalah perusahaan dengan beradu pendapat di sebuah ruang rapat.
Jeno hanya melihat itu dari sela pintu, menatap ke aras sekitar, tak ada yang menyadari dirinya seperti biasanya mengingat mereka sangat sibuk dan jumlah mereka lebih sedikit. Jeno menghela nafas karena ia sendiri juga ingin pulang dan sangat lelah. Ia berjalan ke dapur kantor seorang diri di sana dan membuat kopi serta meminum kopi panas itu di sana.
“Kau terlalu gila kerja Jeno.”
Jeno yang sedang mengaduk kopinya lantas sedikit terkejut mendengar suara itu, lembut dari suara itu membuat nya sedikit merinding lalu ia menoleh ke arah kirinya di mana seorang pria bersandar pada meja dapur kantor yang ia gunakan untuk meletakan cangkir kopinya.
Jeno yang sedikit mengantuk itu menatap ke arah wajah pria itu lalu terkekeh kecil, ia menarik pinggang ramping pria itu lalu mencium tengkuk si pria. Walaupun statusnya adalah seorang istri, si manisnya tetap seorang pria kan?
Renjun terkekeh melihat wajah mengantuk sang suami, ia memutuskan untuk pergi ke kantor sang suami karena bosan hanya sendirian di rumah. Kedua anak manisnya itu harus meninggalkan nya sendirian di rumah karena keduanya ada acara perkemahan di gunung dan ini adalah waktu nya untuk berdua bersama sang suami tapi si tampan itu malah sibuk berselingkuh dengan berkasnya.
“Kenapa menyusul? Angin malam tak baik,” ujar Jeno sambil mengusap punggung sang istri.
Renjun bersandar pada meja dapur, dengan Jeno di depannya, di atas meja dapur terdapat kopi yang terus Jeno aduk sedangkan tangan kiri Jeno mengusap punggung nya dengan lembut, “ini adalah waktu yang baik untuk kita berkencan bersama karena si kembar sedang sibuk dengan acara perkemahan nya, tapi kau malah berselingkuh,” ujar Renjun dengan gelas menarik hidung Jeno.
Jeno melepaskan jari-jari Renjun yang menarik hidung lalu mengecup pipi Renjun, “sorry babe, aku juga ga ada niatan buat lembur hari ini tapi keadaan memaksa, masalah kantor juga harus di selesaikan secepatnya.”
Semua pekerja di bubarkan di tengah malam dan di minta untuk tidur di asrama kantor. Semakin berkembangnya perusahaan yang Jeno bangun tentunya akan ada banyak konflik dan pekerja hingga ia membuat gedung yang di desain di salah satu lantai berisi setiap kamar untuk pekerja yang bekerja lembur.
Berbeda dari pekerja, Jeno memiliki kamar sendiri di ruangannya, tak ada yang spesial biasanya karena Jeno selalu tidur sendiri namun kali ini Jeno seperti sedang di pijat untuk melepaskan penatnya walau kenyataan tak seperti itu. Ia hanya di peluk dengan nyaman oleh sang istri membuatnya merasa aman dan damai.
Jeno memeluk pinggang Renjun dengan erat, menghirup bau alami dari tubuh Renjun yang bercampur dengan bau sabun, sampo serta parfum. Ia menenggelamkan wajahnya di leher sang istri untuk melepas penatnya.
Renjun juga tampak tak terganggu dan terus mengelus sayang rambut belakang Jeno, “Kamu terlihat begitu kelelahan, ada banyak pekerja di sini, berdiskusi lah bersama agar adanya jalan keluar,” nasihat Renjun pada sang suami.
Jeno hanya mengangguk membalas. Ia masih terus menikmati setiap usapan demi usapan kasih sayang yang di berikan oleh sang istri.
Tak lama kemudian Jeno tertidur pulas di dekapan Renjun membuat si manis terkekeh, walau Jeno adalah suami di sini, namun tetaplah dirinya lebih dewasa dari sang suami haha. Renjun memandang wajah damai Jeno sebentar sebelum hendak menyusul Jeno ke alam mimpi.
Ting! Sebuah suara notifikasi dari ponsel Jeno terdengar. Di mana di sebelah Renjun adanya sebuah nakas dan di atas nakas terdapat ponsel Jeno yang di charger.
Suara itu mengejutkan Renjun, ia menjadi terbangun. Ia baru saja akan masuk ke dalam alam mimpi, lantas Renjun hanya menghela nafas pelan lalu melihat isi notifikasi dari ponsel suaminya tersebut.
Unknown.
Jeno, maaf aku hubungi malem-malem gini, ini aku Hera, miss u so.Renjun tampak benar-benar terkejut dengan pesan tersebut, wanita ini adalah wanita ular serta lacur yang pernah membuat hubungan nya serta sang suami merenggang, ia tak bisa membiarkan wanita ini kembali masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya.
Renjun melirik Jeno sebentar, Jeno tampak pulas dan tak terganggu sama sekali, Renjun kembali mengalihkan pandangannya pada ponselnya, ia membuka ponsel Jeno, berniat untuk membalas si wanita ular itu.
Berhenti menghubungi suami ku Hera, kau tak pantas untuknya, berbahagialah bersama suami mu dan jangan dekati suami orang lain.
Send
Oh? apkh ini Renjun? Si lemah itu yg mmbuat Jeno ku di pukuli habis-habisan oleh ayahnya.
02:02 AMKau bhkn lebih tak pantas Renjun dan jgn bawa suami ku, aku tak pernah mencintai nya, aku hanya mencintai Jeno seorg.
02:03 AM
Renjun tampak memutar matanya malas melihat tulisan yang di ketik oleh Hera, apakah perempuan yang ia anggap sebagai pengganggu ini akan kembali? Ia benci ini.
Renjun meletakan ponsel pintar Jeno di atas nakas lalu kembali masuk ke dalam pelukan Jeno dengan sedikit kesal, rasa kantuknya perlahan menghilang namun tubuhnya masih terasa lelah. Ia terus bergerak mencari tempat nyaman untuk tidur kembali dengan perasaan kesalnya.
Mungkin karena pergerakan Renjun yang sedikit kasar membuat Jeno terbangun, ia dengan sengaja menarik Renjun lebih dekat ke arahnya, menaruh tubuh Renjun di dalam dekapannya, kepala Renjun ia jadikan sebagai penopang dagunya, ia mengusap kepala Renjun pelan agar Renjun berhenti membuat pergerakan yang menganggu waktu tidur nya.
Renjun yang sedang bergerak acak sedikit memekik saat pinggangnya segera di tarik oleh sang suami, menghilangkan jarak di antara keduanya. Jantungnya berpacu karena terkejut, namun perlahan ia mulai mengantuk karena kepalanya yang di elus pelan dan merasakan detakan normal di dada sang suami.
“Apapun itu, jangan ganggu manis ku, dia sangat lelah, ia harus segera tidur. Peri tidur, tolong jaga manis ku.”
Suara serak dan berat khas laki-laki Jeno terdengar, kalau di dengar lebih baik itu adalah hal lucu karena Jeno terdengar seperti menghibur anak-anak, Renjun juga terhibur dan dengan cepat tertidur lelap di dalam dekapan sang Suami.
Gedung bertingkat dengan lampu redup, di ruangan sang direktur yang berisi dua ruangan lain yaitu kamar mandi serta kamar tidur, suami istri tertidur lelap di sana dengan nafas teratur layaknya pasangan muda yang baru saja menikah beberapa bulan lalu namun keduanya sebenarnya sudah memiliki dua anak kembar.
Di tempat lain, di dalam sebuah tenda di atas gunung, salah satu tenda menampung dua bersaudara kembar yang saling berpelukan layaknya kedua orang tua mereka. Si manis yang ceria berada di dalam pelukan sang kembaran yang memiliki senyum termanis namun cukup dingin dan pendiam.
06, August 2024