Notifikasi mas Albab selalu meramaikan ponselku terlebih sejak pertemuan pertama kami. Kami sering mengobrolkan banyak hal dari mulai tentang pondokku dan pondoknya, bermusyawarah kitab kuning, dan membahas masalah-masalah fikih. Jadi aku merasa obrolan kami sangat berharga dan penuh ilmu. Apalagi mas Albab yang memiliki ilmu agama begitu dalam. Tak heran karena dia lulusan dari pondok Lirboyo.
Mas Albab itu seperti ayah dan ibu, mampu memberiku nasehat dengan baik. Seperti mas Sufyan, mampu menjadi teman ngobrol yang asyik. Dan seperti guruku, mampu membimbingku dengan bahasa-bahasa yang santai tapi sangat menyentuh. Karena itulah, aku mulai merasa nyaman setiap ngobrol dengannya. Pesan darinya menjadi notifikasi yang paling kutunggu.
Kling...
Kudapati notifikasi dari mas Albab. Dia mengirim foto. Dengan segera kubuka pesannya dan kuunduh foto yang baru saja dikirim olehnya.
Itu foto seorang anak laki-laki berkopiah yang sedang berada dihadapannya. Di antara mereka terdapat Al-Qur'an di atas sebuah meja kecil. Tampak dalam foto, anak itu sedang membaca Al-Qur'an dengan begitu fokusnya. Dan yang membuatku tersenyum adalah ketika kubaca caption yang menyertai foto itu.
"Nanti kamu yang membantuku mengajar di rumah, Na," tulisnya.
Aku tersenyum.
"Insyaallah, Mas," balasku.
Sejauh ini, aku sudah merasakan nyaman menjalin komunikasi dengan mas Albab. Dia orang yang baik, baik sekali. Jika memang dia benar-benar jodohku, aku yakin dia mampu menjadi imam dan pemimpin yang baik. Aku yakin, dia adalah orang yang tepat. Tapi, aku takut jika dalam prosesnya menungguku, menunggu aku menyelesaikan mimpiku, dia bertemu dengan perempuan lain yang lebih siap dan lebih baik dariku lalu dia pergi bersamanya. Memang benar aku pernah membicarakan hal ini seakan-akan aku ikhlas dan rela tapi tak semudah itu. Jika aku sudah terlanjur benar-benar yakin dengan mas Albab, akan sakit rasanya jika harus merelakannya dengan perempuan lain.
"Banyak, Mas, yang ngaji sore seperti ini?"
"Sekitar 10 anak kalau sore. Nanti malam lebih banyak lagi. Kapan-kapan lah kamu main ke sini."
"Hehehe, iya, Mas."
"Semoga, ya, Na. Kita memang benar-benar berjodoh."
"Mas, tapi aman, kan?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan wajib yang selalu ku tanyakan pada mas Albab. Maksudnya, apakah mas Albab masih belum ada perempuan yang lebih siap atau apakah mas Albab sedang tidak dijodohkan dengan siapa-siapa. Karena aku takut ketika aku sudah jatuh rasa terlalu jauh, malah berakhir patah dan kecewa. Aku juga pernah membaca kata-kata bahwa konsekuensi kata tunggu adalah kehilangan. Ya, menunggu itu berat. Dan ditunggu juga berat. Keduanya harus sama-sama menjaga komitmen jika tak ingin ada yang terluka.
"Aman, Na. Kamu selalu tanya seperti ini. Aman, kok, aman. Kamu tahu, Na? Di HP-ku tidak ada nomor perempuan selain nomormu dan ibuku."
"Alhamdulillah kalau masih aman. Tapi saya Ndak melarang mas Albab untuk menyimpan nomor perempuan lain. Monggo saja, Mas."
"Ndak, Na. Aku memang kalau Ndak ada urusan ya nomornya Ndak tak simpan."
Aku kagum dengan mas Albab. Dia begitu menjaga dari hubungan-hubungan yang tidak jelas. Di HP-nya tak ada nomor perempuan lain selain nomorku dan sepupunya.
"Lalu nomor HP perempuan-perempuan yang pernah dijodohkan dengan Mas atau perempuan yang dulu dekat dengan Mas gimana?"
"Sudah kuhapus, Na. Karena memang sudah tidak ada hubungan lagi," jawabnya. "Kamu pasti banyak ya nomor laki-laki di HP-mu?" Mas Albab menggodaku.
"Jujur banyak sih, Mas. Nomornya kang-kang pondok itu pun kita chat-nya karena memang ada kepentingan pondok saja," jelasku.
"Aku percaya, kok, sama kamu. Hehe."
"Oh iya, Na. Kamu di pondok ngajar apa?"
Aku melotot melihat pesan yang dikirim mas Albab. Pasalnya, aku tak pernah bilang jika aku juga mengajar di pondok. Aku hanya bilang jika aku ikut mengaji kitab-kitab saja di pondok. Tahu dari mana mas Albab tentang ini?
"Kata siapa saya ngajar di pondok, Mas?"
"Ibumu yang bilang pas aku ke rumahmu."
"Oh jadi, ibu yang bilang," batinku.
"Oh, ibu, toh."
"Jadi, jawabannya apa, Na?"
"Ndak, Mas. Ndak ngajar apa-apa."
"Aina?"
"Hehe"
