BAB 11

627 40 16
                                    

babe, im so sorry to take a long time for this chapter. This is my last chapter for you. Enjoy <3 share, vote kalau boleh komen - komen yaa.. ternyata aku suka baca komentar dari kalian. hihihii. XOXO.

Suara air dengan lembut, angin yang dingin menerpa telapak kaki, setiap orang yang berada di dalam ruangan tersebut pasti mencium bau dupa yang harum dan sakral.

Lantai dari kayu asli dengan dinding berasal bahan yang sama, diwarnai dengan jendela kelabu berwarna putih tertiup dengan angin yang dingin itu.

Xiao Zhan bangun dari tidurnya, ia menyadari detak jantungnya begitu jelas tanpa beralasan. Ia bergumam, apakah mimpi bisa sejelas ini. Ia duduk di pinggir kasur kayu itu dan menatap seseorang dengan penuh keagungan tiada tara, indah melebihi sempurna, bahkan Xiao Zhan tidak berani untuk menatap laki - laki itu terlalu lama karena tiba - tiba ia merasa tidak pantas.

Mata mereka bertemu. Xiao Zhan membuka matanya dengan lebar yang ia bisa. Wajahnya... wajah pria itu...

Namun pria Agung itu tersenyum, hampir tidak terlihat namun entah dari kapan Xiao Zhan tahu itu adalah senyuman paling tulus yang pernah pria itu lakukan.

" kau sudah bangun. "

Suaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suaranya... suara yang megah itu adalah miliknya...

" m-maaf.. aku.. " Xiao Zhan sedikit bingung karena dilihat begitu lekat oleh laki - laki itu.

Laki - laki itu berdiri dari duduk silanya. Xiao Zhan baru menyadari juga bahwa sedari tadi laki - laki itu bermain alat kecapi tradisional yang sangat kuno bernama Gu Zheng.

Xiao Zhan terlalu terpaku. Matanya tidak bisa berkedip saat pria itu menghampirinya.

Tubuh yang tegak, pundak yang begitu besar dan bidang, pinggangnya terlihat dengan sempurna diikat oleh baju yang serba putih, tali yang terikat di dahinya seperti berlian di tengahnya, begitu indah dan bersinar. Mahkota laki - laki itu.. Xiao Zhan tidak bisa mengungkap apapun lagi selain ia berpikir, mungkin dia sudah mati dan bertemu dengan Tuhan.

Tetapi wajahnya...

' jika aku memang tidak mati, mungkin aku sudah gila. '

Kalimat itu yang hanya bisa Xiao Zhan ungkapkan dalam hati.

Laki - laki itu duduk di sebelahnya. Xiao Zhan merasakan tatapan itu terlalu berat untuknya karena begitu lekat. Tetapi ia juga tidak bisa berpaling dari wajah pria itu, dari mata pria itu.

Tiba - tiba saja Xiao Zhan merasakan kesedihan yang luar biasa. Semakin lama ia menatap pria itu, semakin sesak dan sakit dada dan hatinya. Xiao Zhan tidak pernah merasakan sayatan di dalam dadanya begitu sakit hanya karena memandang seseorang, namun ia tidak menemukan alasan di balik itu.

Gerakan pria Agung itu sangat perlahan, tangannya terangkat untuk meraih wajah Xiao Zhan namun tatapan mereka masih melekat satu sama lain.

" Lan Zhan. "

Affair with In-LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang