[Chapter bonus] a memorable day

206 24 3
                                    

Gua lagi kangen banget bikin naskah gini dah wkwkwk. Kangen juga sama minyul. Jadi.. gua tambahin nih cerita ini😂

cw///kissing

---
Jo Yuri berkali kali menghembuskan napasnya perlahan. Perempuan itu sudah berdiri sigap di atas altar, dengan gaun pengantin berwarna putih yang memeluk tubuhnya sempurna. Ia menatap puluhan pasang mata tamu undangan pernikahannya hanya sekedar untuk membuang rasa gugup.

Mata milik Yuri dapat melihat kehadiran teman-temannya. Ia dapat melihat Hitomi dan Nako yang duduk di belakang orangtuanya, ia juga dapat melihat Sungchan, Jeongin, Daehwi, dan beberapa teman kelasnya saat kuliah. Matanya juga mendapati sosok teman-teman kelas Minju, diantaranya Ryujin dan Winter.

Ketika sepasang mata miliknya bertemu dengan sepasang mata milik sang Papa, mata milik Yuri sedikit berair. Dengan sekuat tenaga ia tahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya.

Papa mengusungkan senyum kepada Yuri, yang disambut hangat oleh anak perempuannya itu. Dalam hati, Yuri berterima kasih kepada Papa dan Mama yang mengizinkannya untuk menikahi kekasihnya, dan mau direpotkan untuk membantu Yuri mengurusi pernikahan di negeri orang.

Pintu yang ada di depannya terbuka lebar, menunjukkan sosok perempuan cantik yang sedang digandeng oleh Papanya. Perempuan tersebut teramat cantik dengan riasan sederhana. Baluran gaun putih yang ujungnya memanjang ke belakang serta rambut yang disanggul dengan kain tule dan hiasan bunga membuat dirinya seperti putri kerajaan.

Yuri menelen ludanya menatap perempuan tersebut. Ia perhatikan langkah demi langkah sang puan. Genggaman buket bunga hydrangea merah muda sangat cocok di tangannya.

Perempuan tersebut sudah sampai di atas altar. Ia melepaskan gandengannya dengan sang Papa. Yuri yang sedari tadi memperhatikan setiap inci gerakan perempuannya, tersenyum lepas ke arah sang perempuan dan si Papa. Yuri segera menggandeng perempuan itu untuk maju ke hadapan pendeta.

Yuri menggenggam tangan Minju, perempuannya dengan erat. Mereka menarik napas dalam sebelum mengucap janji suci perniakahan.

"Di hadapan Tuhan, imam, orang tua, saudara, para saksi, dan semua orang yang hadir. Saya Jo Yuri, memilih engkau Kim Minju untuk menjadi pasangan hidup saya. Saya berjanji akan setia kepada engkau, dan akan mengabdi pada engkau dalam keadaan susah maupun senang, dalam berkelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit. Saya berjanji akan setia kepada engkau, akan saling mengasihi, menghargai, dan menghormati engkau selama-lamanya sesuai dengan Hukum Tuhan."

"Di hadapan Tuhan, imam, orang tua, saudara, para saksi, dan semua yang hadir di sini. Saya Kim Minju, memilih engkau Jo Yuri untuk menjadi pasangan hidup saya. Saya berjanji akan setia dan mengabdi kepada engkau, dalam waktu susah maupun senang, dalam waktu kelimpahan maupun kekurangan, dalam waktu sehat maupun sakit. Saya berjanji akan mengasihi, menghargai, dan menghormati engkau selamanya sesuai dengan Hukum Tuhan."

---
"Sayang. Kamu ngapain ngeliatin foto-foto pernikahan kita?"

"E-eh?" Suara Minju yang mengagetkannya membuat Yuri buru-buru mengusap air mata. Ia buru-buru menutup album foto pernikahan mereka.

"Loh? Kamu nangis?" Tanya Minju panik, ia membalikkan badan istrinya itu.

"Eh enggak-enggak, aku nggak nangis." Ucap Yuri. Ia memperlihatkan senyumnya pada Minju. "Aku cuma terharu aja. Nggak nyangka, 8 tahun lalu akhirnya aku bisa nikahin kamu."

"Idih, bohong mulu lo, ah! Tadi kamu jelas-jelas nangis." Minju memukul pelan bahu Yuri. "Ayo keluar! Anak-anak udah siap, tuh."

"Okay, bentar sayang. Aku ambil jaket dulu."

"Yaudah, aku ke depan duluan ya." Minju mengecup pipi kanan Yuri sebelum meninggalkan perempuan itu.

"Minjuuu." Langkah kaki Minju terhenti saat lengannya di tahan oleh Yuri.

"Kenapa?"

"Hmm..." Yuri menggigit bibirnya. "Masa yang kanan doang yang dicium, yang kiri nanti cemburu."

Minju tertawa mendengar ucapan Yuri. Ucapan itu sudah lebih dari 1000 kali ia dengar keluar dari mulut Yuri.

"Mwahh." Minju mengecup pipi kiri Yuri.

"Udah, tuh. Ayo cepet, itu anak-anak udah nungguin, loh!" Minju kembali membalikkan badannya dan melangkahkan kaki, tetapi—

"Eeehhh." Lagi-lagi Yuri menahan lengan Mqinju.

Kali ini Minju sudah mengerti apa yang dimau oleh pasangannya itu.

Yuri tersenyum saat melihat Minju membalikkan badannya, dengan segera ia menarik tubuh istrinya itu ke pelukannya.

Perempuan itu dengan segera mendekatkan wajahnya dengan wajah sang istri. Mereka bedua memejamkan mata, kemudian saling memajukan bibir mereka sampai bersentuhan.

Adalah Yuri yang pertama kali menggerakan bibirnya, membuat Minju mau tak mau juga menggerakan bibir miliknya.

Mereka berdua saling melumat bibir dan bermain lidah satu sama lain. Yuri dengan lihai mengajak Minju bertukar saliva. Ia ingin terus memainkan bibir favoritenya itu.

"Mama sama ibun ngapain?"

Belum ada lebih dari 2 menit, suara dari anak sulung mereka menginterupsi kegiatan mereka.

"Hnggg..." Yuri merutuki kebodohannya ketika melihat kedua anaknya sudah berada di depan pintu kamar mereka. "Ini. Ibun lagi bantuin mama rapihin make up mama. Ya kan, bun?"

Minju yang sudah terlatih berbohong ketika ke-gep oleh anaknya, dengan cepat menyetujui. "Iyaaa! Bener. Ini mama kalian kalo lipstick-an suka belepotan."

"Oh gituuu." Anak bungsu mereka mengangguk. "Adek juga mau dipakein apa itu lipstim lipstim itu yang buat bibir dong, ibun."

"Oh adek mau?" Minju buru-buru mengambil lipbalm di meja rias miliknya, dan segera menghampiri si bungsu.

"Sini ibun pakein ya, sayang."

"Ibunnn! Kakak juga mau pake itu ibun." Kini, si sulung yang iri melihat adiknya diberikan pewarna bibir pun meminta Minju memakaikan kepada ia juga.

"Kakak mau dipakein sama mama aja, nggak?" Yuri menghampiri anak sulungnya. Menunjukkan lip balm di tangannya.

Dengan cepat si sulung menggeleng. "Nggak mau! Kata ibun, mama kalo pake lipstir lipstir itu berantakan. Nanti muka kakak kayak badut."

Minju tidak dapat menahan tawanya mendengar si sulung berkata seperti itu.

Begitu juga dengan Yuri, ia tidak bisa marah dengan anaknya hanya karena ucapan seperti itu.

Selagi menunggu Minju memberikan pewarna bibir pada kedua anak mereka, Yuri mengambil jaket yang ia gantung di lemari. Kemudian ia keluar mendahului ketiganya.

"Ibun, kakak Zia sama adek Zea jangan lama-lama mainan lip lip-annya itu, yaaa! Mama tunggu sambil panasin mobil. Kalo lama mama pergi sendiri aja." Ucapnya sembari melangkahkan kaki menuju mobil yang terparkir di halaman depan.

"Apasih, mama. Sendiri sendiri. Memangnya mama bisa tidur tanpa dipeluk sama ibun?" Ucap si bungsu menjawab obrolan Yuri.

---

HEHEHEHEHE TERIMA KASI SUDAH BACAAAA. rencananya gua mau benerin penulisan cerita ini dari chapter 1 sampe akhirrr. Sama, ini kalo masih rame pembaca cerita ini, gua ada 1 chapter bonus lagi after married wkwkwkwkkwkw.

btw jagan lupa baca cerita Minyul gua yang lain judulnya 7 Days. thankyou<3

Housemate - Minyul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang