[1] Kondangan Kok Nangis?

709 98 6
                                    

⚠️ harsh words
⚠️ gag/? / muntah

---

"Minjuuuuu, Yuriiiii!"

"Kim Min Juuuuuuuuu!"

"Jo Gu Riiiiii!"

Sudah hampir 5 menit Nako dan Hitomi meneriaki dua nama penghuni rumah berwarna biru dan kuning yang ada di depan mereka. Dari dua nama tersebut tidak ada satupun yang menyaut. Mereka berdua lelah, tenggorokan masing-masing merasa haus sehabis teriak-teriak. Hitomi dan Nako pun membuka pagar rumah, ingin mengecek apakah kedua teman mereka ada di rumah atau tidak.

Nako yang sudah berada di depan pintu rumah beralih pada Hitomi. "Mana kuncinya?" 

"Hah, kunci apaan?"

"Ya kunci rubik, lah. Kan sebelum berangkat tadi Gue minta Lo bawa kunci duplikatnya, Hiiii! Gue bilang takut mereka nggak ada di rumah."

"Apaan? Gue nggak denger tuh Lo ngomong gitu."

"Makanya punya kuping tuh dipake, jangan jadi pajangan doang! Udah jelas-jelas pas Gue lagi nyisir bilang ke Lo buat bawa kunci, ya."

Hiromi berjalan ke arah rak sepatu yang berada di halaman depan. Ia lelah jika harus berdebat dengan Nako sepagi ini. Suaranya juga sudah serak habis dipakai teriak.

Biasanya kalau Minju dan Yuri tidak ada di rumah, pasti kunci rumah mereka ditaruh di salah satu sepatu yang berjajar rapih di rak. Hitomi mulai mengecek tiap-tiap sepatu, berharap ada kunci di sana agar mereka berdua bisa langsung masuk seperti biasanya.

Nako yang sedari tadi menunggu di depan pintu rumah masih melihat gerak gerik Hitomi yang mencari kunci. Hitomi menolehkan kepalanya, kemudian menggeleng. "Nggak ada kuncinya. Berarti mereka di dalem."

"Apa masih tidur kali, ya?" Nako beralih pada jam yang melingkar di tangan kirinya. "Tapi ini udah jam 10, nggak mungkin mereka masih tidur. Pasti Yuri udah marah-marah kalo jam 10 mereka belum beres-beres rumah."

Hitomi mengedikkan bahu, berpikir sejenak, "Apa mereka capek ya kita berdua numpang makan terus tiap weekend?"

"Nggak mungkin, Hii. Kalo nggak ada Lo ya siapa yang mau bantuin Minju masak. Dia juga nggak akan mau masak sendiri." Kata Nako. Tapi benar juga, kalau tidak ada Hitomi, di rumah ini tidak akan ada makanan yang dimasak.

"Ya siapa tau Yuri mau belajar masak?" Hitomi membuat spekulasi lagi.

"Jangan kan belajar masak, Dia aja sampe sekarang nggak bisa bedain merica sama ketumbar."

Hitomi tertawa. Benar juga apa yang dikatakan Nako, teman mereka yang satu itu tidak mungkin mau belajar masak. Untuk membedakan nama bahan makanan saja Yuri tidak pernah bisa. Selalu salah. Bahkan Yuri pernah membuatkan Minju teh hangat asin saat Minju sedang masuk angin. Asin karena Yuri kira yang Ia taruh pada gelas teh Minju adalah gula, bukan garam.

"Yuriiiii, Minjuuuuu." Lagi, Nako dan Hitomi meneriaki nama Minju Dan Yuri, berharap salah satunya keluar untuk menyambut mereka.

Hitomi berjalan ke arah pintu, meraih gagang pintu, mengecek apakah pintunya dikunci atau tidak.

Ceklek

Hitomi merubah mimik muka menjadi selesu mungkin ketika pintunya terbuka. "Oalah asu, dari tadi nggak dikunci anjir."

Hitomi melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia merasa sia-sia sudah membuang energinya untuk teriak-teriak sepagi ini.

Nako yang menahan tawa ikut masuk ke dalam rumah.

Keduanya kini sudah berjalan ke arah koridor kamar Minju dan Yuri. Yang mereka temukan hanya dua kamar Kosong yang masing-masing pintunya terbuka.

Nako menolehkan kepalanya ke dalam kamar Minju Dan Yuri, kemudian menoleh lagi ke arah ruang tamu. Tetap Kosong, tidak ada siapa-siapa.

Housemate - Minyul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang