Prolog

1.7K 107 16
                                    

Hai Readers sekalian, semoga sehat selalu.

Selamat membaca dan semoga suka.

Jangan lupa vote, koment, dan share ya. Ajak kenalan kalian juga untuk membaca Anos x Readers

Di bawah langit kota Tokyo,

lebih tepatnya di pinggir jalan Tokyo.

Terdapat dua gadis berseragam sekolah yang baru saja pulang. Mereka berbincang singkat hingga mereka sampai di sebuah persimpangan jalan, mereka berpisah dan berpamitan satu sama lain. Salah satu gadis tersebut ialah (Name), sang protagonis utama cerita ini.

-Name POV-

Perkenalkan! namaku adalah (Name), umurku sekarang 16 tahun. Aku adalah gadis yang kuat, kata teman-temanku karena aku tidak pernah kelihatan sedih, padahal aku yatim-piatu sejak lahir.

Ya, mungkin dihadapan mereka aku tidak pernah sedih, kenyataannya aku sering menangis karena harus hidup sendirian tanpa keluarga, bahkan aku terpaksa bekerja di sebuah kafe sebagai pelayan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan biaya sekolahku.

Sejak kecil aku sudah tahu bertapa kerasnya hidup ini, jika kau tidak mau lelah, maka kamu akan menderita, itulah kata kata yang selalu ada dikepalaku ketika bekerja.

Ring!!

Handphoneku berdering di kantong, aku segera mengeluarkan dan melihat siapa yang meneleponku. Waduh! melihat nama bos yang meneleponku, aku segera mengangkat telepon sambil berlari menyebrang jalan tanpa melihat apakah jalan itu aman atau tidak. Hingga terjadi sebuah tragedi yang tak pernah terbayangkan akan terjadi di hidupku.

Brugh!!

Dengan kecepatan cukup tinggi, sebuah truk menabrak diriku hingga aku tergeletak bersimbah darah. Warga sekitar langsung menghampiri diriku yang sudah sekarat, tapi aku tidak memperdulikan itu. Penglihatanku kabur dan kepalaku sakit sekali seakan-akan memerintah diriku untuk menutup mata secepatnya.

Aku merasakan rasa panas yang mengalir dari luka-luka di tubuhku, dan rasanya seperti waktu telah melambat. Detik-detik terakhir hidupku terasa sangat berat.

Dalam keheningan yang mendalam, aku mencoba untuk bernapas, namun suara nafasku sendiri terdengar begitu jauh. Wajah-wajah orang-orang di sekitarku menjadi samar-samar, tetapi aku bisa merasakan panik mereka. Mereka mencoba menghubungi bantuan darurat dan berteriak meminta pertolongan. Aku mendengar suara-suara itu seperti jauh di kejauhan.

"Apakah aku akan mati? Apakah ada yang menangis atas kematianku? Apakah aku akan berjumpa dengan ayah dan ibuku nanti?" Itulah yang ada dipikiranku sekarang. Hingga aku teringat pembicaraan aku dengan temanku sebelum kami berpisah di persimpangan jalan.

"(Name), kau percaya tidak jika ada yang namanya reinkarnasi?" Tanya temanku yang berhasil membuat diriku menatapnya aneh. Pasalnya dia orang yang tidak mempercayai hal-hal yang menentang logika, sedangkan reinkarnasi adalah sesuatu yang menentang logika.

"Kenapa kau bertanya tentang itu? Bukannya kau tidak percaya dengan namanya reinkarnasi?" Aku bertanya kepadanya tanpa menjawab pertanyaan yang dia berikan kepadaku.

Dia terdiam beberapa saat, memikirkan jawabannya dengan serius. "Jika diriku sudah pasti tidak percaya hal itu, tapi bagaimana denganmu?"Aku merenung sejenak, merenungkan jawabanku.

"Aku tidak tahu, tapi jika reinkarnasi itu benar-benar ada, aku berharap hidupku lebih mudah. Mungkin aku bisa bertemu dengan ayah dan ibuku, dan kami bisa menjadi keluarga yang bahagia. Aku akan mencoba menjadi lebih baik di kehidupan selanjutnya."

Temanku tersenyum lembut. "Itu adalah harapan yang indah, (Name). Siapa tahu, mungkin reinkarnasi adalah bagian dari misteri kehidupan yang belum kita pahami sepenuhnya."

Anos X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang