22.Tamparan dari ucapan

23 12 4
                                    


HAPPY READING♡

-oOo-

Kebahagiaan itu pasti ada,semua orang akan mendapatkan nya secara bergantian.Semua sudah diatur rata,tanpa kurang dan lebih.

Maka setiap masa manusia pun akan berbeda-beda, terkadang yang dapat membuat kita bahagia akan pergi karena memang masa nya telah selesai.

Sebuah perpisahan pasti ada dan yakinlah jika itu mungkin adalah kunci untuk pintu kebahagiaan sesungguhnya.

Waktu yang mereka lalui memang tidak singkat tapi serasa singkat sebab mereka selalu bersama,hingga lupa jika masih ada masa depan yang harus di tata rapi.

Belum lepas dari hari graduation SMA Bakti jaya,dikala teman-teman nya yang lain sedang merayakan kelulusan dengan berfoto-foto.
Alvaro masih dalam pendirian nya, mengucapkan satu kalimat sebelum akhirnya ia tidak bertemu Zendaya lagi.

Tak menemui keberadaan Zendaya disekitar Aula,ia pun pergi mencari di parkiran dan benar saja, Zendaya ada di sana bersama Noval.
Melihat kemesraan kala Zendaya menggandeng tangan Noval dengan erat.

"Zen!"

Zendaya dan Noval menghentikan langkah nya,tanpa menoleh sedikit pun Alvaro mendekat.

"Kasih gue waktu sebentar aja"

Zendaya masih bersikap acuh tak acuh tanpa melihat Alvaro.

"Selamat graduation dan selamat tinggal,jaga diri mu baik-baik,gue selalu ada kalo lu butuh kok"Ujar Alvaro lalu tersenyum.

Zendaya pun menoleh dengan tatapan tak suka sebelum berkata
"Bisa ga sih lu ga usah deketin gue, apalagi ngajak gue ngomong,gue udah muak sama lu,dan juga gue ga butuh simpati lu,gue juga ga peduli kalimat perpisahan itu,karna itu basi!kita udah ga ada hubungan, sekarang gue cuma mau sama Noval karna dia ga se-bangsat lu,jadi lu ga usah peduli sama gue,gue juga ga peduli lu!"

"Apakah kalimat itu benar-benar dari Zendaya, tapi mengapa begitu menusuk?Zen,lu udah di kendaliin sama Noval?"Batin Alvaro sangat terpukul akan kalimat Zendaya.

Entah mengapa kalimat itu begitu menusuk bagi Alvaro,ia tak percaya jika Zendaya dapat mengucapkan kalimat se sakit itu.

Benar kata teman-teman nya, Zendaya udah ga peduli sama dia dan Zendaya udah bahagia sama orang pilihan nya.Tapi harus kah mengucapkan kalimat itu?

"Udah Zen, ayo"Kata Noval lalu keduanya pun pergi menjauh dari Alvaro.

Perlahan keberadaan mereka menghilang dari pandangan Alvaro dan meninggalkan ucapan yang cukup menusuk bagi Alvaro.

"Gue ga nyangka,Zen.. sekejam itu mulut lu"lirih Alvaro kemudian berlutut sambil merintihkan airmata nya.

"WOY ALVARO!!"Teriak Kevin dari kejauhan

Bruiser pun mendekat dan melihat Alvaro yang sedang menangis sambil berlutut.

"Lu kenapa hah?!"Tanya Azka dengan nada tinggi

Jessica dan Elena melihat mobil Noval pergi dari parkiran,entah kemana.

PLAKK...

Semua terkejut akan apa mereka lihat barusan, tindakan yang cukup menyadarkan Alvaro.
Dan kini Alvaro memegang pipinya sambil sesegukan, merasakan sakit atas tamparan Rendra barusan.

"Lu cowok! ngapain lu tangisi sih?mau,lu gue habisi sekarang?lu capek hidup atau gimana?!cowok kok nangis, pengecut! "Bentak Rendra dengan tegas.

Alvaro menatap Rendra dengan masih bergelinang air mata.
Belum usai,Rendra pun hampir menghajar Alvaro namun sempat dihalangi oleh Dhavino.

"Alay lu!itu cuma cewek biasa,masih banyak cewek diluar sana,lu buta atau gimana hah?!kalo lu gini terus sampe keriput juga Zendaya ga akan nerima lu,buktiin ke dia kalo lu juga bisa tanpa dia!!!"Lanjut Rendra membuat Alvaro terdiam tak berani meneteskan air mata

"Ini udah berapa kali, sekarang Rendra sendiri yang turun tangan,batu banget sih lu"Sambung Azka yang sudah putus asa menuturi Alvaro.

"Udah Ren, wajarin"Sela Dhavino

"Wajarin?Azka aja sampe muak nuturi dia, Zendaya udah kayak kehidupan Lo kan?tapi Zendaya udah ga peduli,hancur hidup lu,mati aja sini"Jawab Rendra berusaha menghajar Alvaro namun Dhavino masih Menghalangi Rendra dan menjauhkannya.

Alvaro pun menyerka air mata nya dan menunduk tau akan kesalahan yang sudah beberapa kali ia lakukan.

"Gue salah,gue minta maaf,maaf kalo kalian capek nuturi gue yang keras kepala ini,maaf.."

Mendengar itu kemarahan Rendra meredah dan lebih bersikap lebih tenang.

"Maaf ga ada apa-apa nya kalo ga ada pembuktian,gue harap lu ga ngulang kesalahan yang sama,jangan pikirin Zendaya lagi, kalo pun dia butuh kita pasti akan balik,kalo gini lu yang rugi"Tutur Rendra

Kevin menepuk pundak Alvaro.
"Dia mungkin ga peduli,tapi kita peduli lu Al"kata Kevin.

Alvaro pun kembali tersenyum lalu berkata.
"Makasih"

"Tamparan tadi mungkin adalah yang terakhir untuk menyadarkan lu Al, selebihnya gue udah ga bisa bimbing kalian sebagai pemimpin lagi"Batin Rendra dari lubuk hatinya.

Bagaikan batin mereka saling terhubung ,Azka pun menepuk pundak sang empu.

"Lu udah jadi yang terbaik, thanks bro"puji Azka pun didengar Dhavino,lantas ia pun ikut menoleh dan tersenyum.

"Kenapa?lu pikir ini yang terkahir?lu masih jadi pemimpin bagi Bruiser,dan itu akan selalu terjadi walaupun generasi berikutnya"bisik Dhavino ikut berkomentar.

Mendengar itu, senyuman Rendra pun merekah sebelum kembali berkata
"Udah,gue ga mau lagi denger tangisan dari salah satu anggota Bruiser hanya karena masalah percintaan,paham ga Al?"

Alvaro pun hanya mengangguk paham walaupun pipi nya sudah kering dan tak ada lagi air mata yang mengalir.

"Sekarang gue ada sesuatu yang harus diomongin"Lanjut Rendra sengaja membuat teman-teman nya penasaran

"Tentang apa emangnya?"Elena bertanya balik kepada kekasihnya tersebut

Rendra pun merangkul teman-teman nya agar mendekat,dengan suara berbisik ia pun mulai berbicara









Bersambung...

Kok singkat?? soalnya ngelanjutin sisa hari kelulusan mereka doang.

"Sekian purnama ga publish malah kasih cerita kek gitu"

Tenang guyss, sebagai gantinya yuk lanjut ke bab selanjutnya↓

THE BRUISER GENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang