Semakin dekat

2.5K 84 2
                                        

Pagi ini Elvano dan Viona bangun lebih awal karena mereka akan ke rumah orang tua Elvano sebelum ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini Elvano dan Viona bangun lebih awal karena mereka akan ke rumah orang tua Elvano sebelum ke sekolah. Elmira menyuruh mereka datang ke rumahnya karena hari ini kerena mereka akan berangkat ke Jepang karena urusan bisnis.

Hari ini Elvano dan Viona sepakat berangkat ke sekolah menggunakan mobil. Setibanya di rumah orang tua Elvano, Viona langsung berlari kecil menemui sang mertua yang sudah menunggunya di halaman rumah.

“Selamat pagi sayang.” Elmira langsung memeluk Viona.

Viona tersenyum dan sedikit menunduk dan mencium tangan Elmira. “Pagi Ma,” jawabnya.

Elvano tersenyum tipis saat melihat wajah sumringah kedua wanita cantik yang ada depannya ini. Dulu saat berpacaran dengan Alana, Elmira tidak pernah terlihat sebahagia ini. Bukan karena tidak menyukai Alana, hanya saja mereka tidak sedekat ini.

“Kalau sama mantu aja lengket, anaknya sendiri di anggurin.” Sindir Elvano bersandar di mobilnya.

Viona melirik sinis ke arah Elvano yang kini sedang menatapnya datar, sedangkan Elmira hanya terkekeh pelan melihat putranya yang cemburu, “Udah gede masih suka cemburu, terus cemburunya sama istri sendiri lagi,” balas Elmira.

“Oh iya, Mama sama Papa mau ke Jepang. Kira-kira 10 hari, kalian mau titip apa?” tanya Elmira pada Viona dan Elvano.

“Gausah repot-repot Ma. Mama balik cepet aja Vio udah seneng kok.”

“El nggak mau oleh-oleh maunya ikut,” ucap Elvano dengan wajah memelas. Sementara Elmira langsung melemparkan tatapan tajam pada putranya itu.

“Kamu kan sekolah. Nanti yah sekalian sama Viona.”

Pandangan mereka tertuju pada pria yang baru saja keluar dari mobil mewahnya, pria itu melambaikan tangan dan tersenyum walaupun wajahnya terlihat sangat lelah. “Untung aja Al nggak terlambat,” ucap Alvaro mencium tangan Elmira.

“Ayo kita masuk dulu.” Elmira menuntun mereka semua masuk ke dalam rumah.

Setelah duduk di sofa, Elmira langsung mengusap tangan Elvano. “El, sebentar lagi kan kamu lulus. Kamu mau yah nurut sama Papa buat kerja di perusahaan.”

Elvano yang mendengar itu hanya mengehela napas tanpa menjawab ucapan sang ibu.

“Demi masa depan kalian, kamu sudah menikah loh masa nggak mau nafkahin istri, apalagi kalau kalian sudah punya anak.”

Mendengar kata ‘anak’ membuat Viona merinding. Bukan apa-apa, perjalanan Viona masih panjang, dia harus mencapai impiannya terlebih dahulu baru bisa memikirkan soal anak.

“Tapi kan El juga mau kuliah dulu Ma,” tolak Elvano.

“Iya, Mama nggak pernah ngelarang kamu buat kuliah. Kan kamu bisa kuliah sambil kerja.”

Mau tidak mau Elvano harus menyetujui keinginan ibunya itu, dia tidak mau mengecewakan ibunya. Dia adalah seseorang yang selalu ada di saat Elvano merasa kesulitan. Setelah di pikir, benar juga apa yang di katakan ibunya bahwa dia harus memberi nafkah pada istri dan anaknya kelak. Tapi apakah Viona akan terus menjadi istrinya? Bukankah setelah Lucas mengetahui si pelaku maka dia akan membawa Viona pergi. Lagi-lagi Elvano di hantui dengan ucapan Lucas tempo hari.

Elvano melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.01 maka dia segera berdiri dan berpamitan pada ibunya. “Ma, kita berangkat sekolah dulu.” Elvano mencium punggung tangan Elmira begitu juga yang di lakukan oleh Viona.

Saat hendak berjalan keluar tanpa sengaja kaki Viona tersandung di kaki meja yang membuatnya oleng dan hampir terjatuh untung saja ada Alvaro yang menahannya. Elvano yang menyaksikan pemandangan yang kurang menyenangkan itu langsung menarik Viona menjauh dari kakaknya.

“Bukan muhrim. Istri gue ini!” Sarkas Elvano membuat Viona menginjak kakinya pelan.

“Awwss sakit.” Elvano meringis. Sedangkan Viona langsung berlari keluar meninggalkan Elvano yang masih mengelus kakinya.

“Gila tu cewek, tenaganya gede juga,” gumam Elvano lalu berjalan mengikuti Viona.

***

Sesampainya di sekolah, Elvano memarkirkan mobilnya lalu berlari kecil untuk membuka pintu untuk Viona, gadis itu terkejut karena tidak biasanya pria itu bersikap manis seperti ini.

"Tumben banget,” sindir Viona heran, lalu turun dari mobil. Elvano hanya diam tanpa ber-ekspresi lalu berjalan mengikuti Viona dari belakang. Saat berjalan di koridor sekolah tak sedikit kaum hawa menjerit melihat ketampanan Elvano. Viona yang merasa risih saat gadis-gadis itu berteriak membuatnya berhenti dan menoleh ke belakang.

"Ngapain lo ngikutin gue, kelas lo kan bukan di sini,” gerutu Viona membuat Elvano terkekeh pelan.

"Marah-marah mulu, gue cuma mau nyapa fans gue di sini.” Jawab Elvano dengan memasukkan tangannya di kantong celananya membuat pria itu terlihat sangat manly.

"Najis,” ujar Viona sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

Baru selangkah ia berjalan tangannya langsung di tarik oleh Elvano. "Emangnya gue anjing, pake najis segala."

Viona berbalik badan dan mengangguk. "Kayaknya lebih dari anjing deh,” ucap gadis itu lalu berlari sambil terkekeh meninggalkan Elvano yang kini terlihat kesal.

"Dasar cewek gila lo!!"  Elvano berteriak saat Viona berlari ke kelasnya.

Di depan kelas, Monica dan Dian terkejut saat Viona datang sambil berlari dan melihat Elvano yang terlihat sangat kesal di ujung koridor. "Kalian berantem?" tanya Dian pada Viona.

Viona menggeleng lalu masuk ke dalam kelasnya. "Kenapa lo senyam-senyum kayak gitu, kayak orang lagi jatuh cinta aja," goda Dian membuat Viona kembali ber-ekspresi datar.

"Hayoloh jatuh cinta sama siapa lo," kini Monica ikut menggoda Viona.

"Apasih, nggak ada!" jawab Viona sambil memainkan ponselnya.

Tinggg.. Suara pesan masuk, lantas Viona membuka pesan itu.

082536******

Siap-siap nanti malam, lo nggak bakal bisa tidur.

Paginya, lo bakal nggak bisa jalan.

Viona mengkerutkan keningnya saat melihat pesan  dari nomer baru itu. Sudah Viona tebak, pasti yang mengirim pesan itu adalah Elvano.

"Lo kenapa, Vi?" Tanya Dian membuat Viona menggelengkan kepalanya dengan cepat.

***

Setibanya di kelas, Elvano meraih ponselnya dan mengetikkan beberapa kata sambil senyum-senyum sendiri. "Lo kenapa, El senyum-senyum gitu?" tany Bara menyenggol bahu Elvano.

Elvano tidak menghiraukan Bara dan masih senyum-senyum seperti orang gila. Mereka semua terheran-heran dengan tingkah Elvano hari ini. Dion mendekati Elvano dan menepuk pundaknya. "Kalian kayak nggak tau aja, mungkin habis di kasi jatah sama bini nya." Ucap Dion tanpa dosa.

Elvano menjitak pelan jidat Dion membuat pria itu meringis pelan, "Apa-apa main jitak aja lu," kesal Dion mengelus jidatnya.

"Siapa suruh mikir aneh-aneh," balas Elvano.

"El, kalian nggak pernah anu gitu. Kan udah sah.” Pertanyaan bodoh itu terlontar dari mulut Bara, yang sudah pasti mendapatkan satu jitakan juga di jidatnya sama seperti Dion.

"Mikir apaansih kalian, pagi-pagi udah mesum aja tu otak," cibir Elvano membuat Dion dan Bara saling bertatap-tatapan.

"Maksud gue, kalian nggak pernah nonton bareng gitu? Pikiran lo aja yang kesono," ucap Bara menyangkal.

***


MOIRAI [Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang