Namaku Sina Rimba, seorang siswa kelas sepuluh di Sekolah Menengah Atas Hutan Hujan. Sekolah paling ternama se-Distrik Hutan Hujan dan salah satu sekolah paling diminati di Kerajaan Rimba Selatan.
Sekolah dengan bangunan supermegah yang kadangkala menyesatkan para siswa karena luasnya itu menempati jajaran sekolah paling megah se-Kerajaan Rimba Selatan. Tidak hanya itu, SMA Hutan Hujan juga merupakan Sekolah Tercanggih dengan fasilitas termutakhir dan terlengkap. Ruang Kelas All In One, salah satu fasilitas yang menghantarkan SMA Hutan Hujan meraih predikat Sekolah dengan Fasilitas Tercanggih.
Tata kelas otomatis, Quick Presentation, Simulasi Kondisi adalah salah satu fasilitas di dalam Ruang Kelas All In One. Untuk mengatur posisi dan tata ruang pada Ruang Kelas All In One, para guru cukup menekan tombol kontrol pada mejanya dan simsalabim, posisi meja dan kursi kelas akan berubah sesuai kebutuhan pembelajaran.
Quick Presentation juga memudahkan para guru untuk menampilkan layar presentasi beserta kelengkapannya. Tidak ada remote yang harus digunakan untuk mengatur presentasi, cukup mengatakan 'buka dokumen, lanjutkan presentasi, putar video dan lain sebagainya' untuk menjalankan program presentasi. Tak lupa layar yang digunakan adalah hologram yang sekaligus menjadi layar sentuh.
Dan yang paling unik adalah Simulasi Kondisi. Teknologi paling menakjubkan yang ada dalam Ruang Kelas All In One. Dengan bantuan pemancar cahaya dan alat rekayasa kondisi, para siswa dalam kelas seakan diajak berkunjung ke lokasi-lokasi yang telah ditentukan oleh guru mereka. Dalam sekejab, ruang kelas akan bertransformasi sesuai dengan tempat beserta kondisi tempat tersebut. Suhu, aroma, suara dan pemandangan akan nampak nyata.
Jika tempat yang disimulasikan adalah Distrik Hutan Kutub Selatan, maka suhu ruangan akan terasa dingin, lantai akan nampak seperti dataran es, dan hewan-hewan khas kutub akan berlarian disamping tempat duduk siswa. Suara desir angin membawa hawa dingin juga ikut dirasakan para siswa. Debur ombak Laut Kidl juga nampak sangat nyata.
Gelar sekolah tercanggih tidak hanya sekadar isapan jempol belaka. SMA Hutan Hujan benar-benar menyuguhkan fasilitas terbaik yang dimiliki Rimba Selatan.
Maka dari itu, bukan barang aneh jikalau murid-murid yang ada di sini merupakan siswa-siswa terbaik dan berpunya. Hampir tidak ada siswa kurang mampu yang bersekolah di SMA Hutan Hujan. Mengingat biaya sekolahnya yang cukup mahal. Sekitar Png.7.000 (Tujuh Ribu Peng) per semester atau setara dengan harga dua ekor Domba dari Distrik Hutan Hewan.
Siswa sepertiku ini dapat dikatakan orang yang sangat-sangat beruntung. Bagaimana tidak, seorang anak penjual roti dengan penghasilan tak menentu yang hidup serba sederhana dapat bersekolah di sekolah ternama, termegah dan tercanggih.
Aku hanya bermodalkan keberanian untuk dapat diterima di SMA Hutan Hujan. Melalui jalur tak ada dana aku mendaftar dan akhirnya secara ajaib diterima sebagai siswa SMA Hutan Hujan. Bersekolah di sekolah ternama dan favorit dengan teman-teman yang pintar dan berpunya, namun dari hasil belas kasihan pemerintah. Untunglah Pemerintah Kerajaan Rimba Selatan tidak pernah lupa tentang nasib orang-orang sepertiku.
Di dalam rumah dengan ukuran 5x7 aku tinggal. Dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga serta ruang makan. Tidak besar bukan, apalagi ketika ayah dan ibuku sedang mendapatkan pesanan roti, hampir seluruh ruangan di rumahku akan menjadi dapur roti.
Tidak ada yang benar-benar spesial dari diriku kecuali keberuntunganku untuk dapat bersekolah di SMA Hutan Hujan. Di dalam tubuh hitam legam yang aku miliki ini, terdapat hati yang besar dan tabah. Hati yang bangga akan segala hal yang telah dimilikinya.
Sering kali anak tukang roti ini menyandang beberapa 'nama spesial'. Si Roti Hitam, Arang Keriting dan Pendek Dekil, begitulah title yang seringkali menyertai keseharianku di sekolah. Memang fisik yang kumiliki tidak sesempurna Khay, tokoh kesatria dari serial TV HH Cinema. Tubuh kecil, kulit hitam legam dan rambut keriting menyertaiku sejak aku dilahirkan di dunia ini. Seratus delapan puluh derajat dari Kesatria Khay yang dipuja banyak kaum hawa di Distrik Hutan Hujan, yang memiliki paras dan perawakan layaknya seorang malaikat.
Mata uang Peng yang tersimpan dalam tabungan virtual miliku juga sering kali habis tanpa sisa. Wajar saja, selama sehari uang saku ku hanya dapat membeli tiga Roti Mun, sebuah makanan cepat saji yang biasa dimakan para pekerja bawah tanah di akhir bulan. Alhasil, mau tidak mau aku harus banyak-banyak belajar tentang mengelola uang saku ku yang cukup sedikit itu. Itu hal yang cukup sulit, mengingat kebutuhan sekolah yang makin hari makin banyak dan tentunya memerlukan banyak Peng juga.
Namun, kisah ini baru saja dimulai. Banyak hal yang belum aku ketahui selama hidup lebih dari 15 tahun di Planet Risawa. Terlalu kecil SMA Hutan Hujan, Distrik Hutan Hujan bahkan Kerajaan Rimba Selatan sebagai tempat menghabiskan hidup dan petualanganku.
Sejatinya aku bukan hanya sekadar Si Roti Hitam, Arang Keriting ataupun Pendek Dekil. Rahasia negri ini tersembunyi dan berdiam di dalam tubuh hitam kecilku. Kekuatan maha dahsyat sedang menunggu untuk dibangkitkan. Teknik kuno menjadi gerbangnya kekuatan itu. Chi, begitulah yang tertulis dalam Nadpis sebuah batu tulis kuno Risawa.
Dalam eranya teknologi mutakhir, justru ilmu pengetahuan kuno yang akan menjadi penyelamat Kerajaan Rimba Selatan. Justru anak seorang penjual roti yang akan berperan besar.
Sekali lagiperkenalkan, Namaku Sina Rimba pemilik Chi terhebat dan inilah kisah KesatriaRimba Selatan yang Agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risawa
FantasyNamaku Sina Rimba, aku adalah siswa kelas sepuluh di SMA Hutan Hujan. Aku termasuk orang yang beruntung dapat bersekolah di sana. Namun, aku bukanlah seorang yang spesial ataupun bergengsi seperti kebanyakan siswa lainnya, aku hanyalah seorang anak...