1

20.7K 58 0
                                    

Suamiku keluar kota. Lagi. Terkadang aku merasa seperti seorang ibu tunggal, membesarkan dua anak tanpa kehadiran seorang suami. Dia memang menghasilkan banyak yang, tapi terkadang aku merasa dia bepergian terlalu banyak yang sampai membuatku merasa seperti seorang janda. Sebagai tambahan, ketika dia berada di rumah dia selalu tampak teralihkan, terlalu sibuk mengejar kehidupan pribadinya dibandingkan memberiku sedikit saja perhatian. Akibat dari ketidakhadirannya itu membuat kehidupan ranjang kami dan rasa cinta di antara kami bukannya tumbuh semakin menguat, tetapi malah ke arah yang sebaliknya. Aku merasa kesepian, sementara beberapa waktu belakangan ini sering kali aku merasa bergairah. Kesendirianku mengarahkan diriku pada berbagai fantasi dan fantasi-fantasiku itu pada akhirnya menggiringku untuk mengeksekusi segalanya dengan tangan sendiri hingga menyerupai kegiatan wajib yang harus dilakukan setiap ada waktu luang.

Tetangga sebelah rumahku ternyata dua orang pria yang baru saja menduda yang memutuskan untuk tinggal bersama untuk menghemat uang sementara memulihkan keuangan mereka dari proses perceraian yang banyak menguras materi dan tenaga. Tom, si pirang, sering kali menjadi objek dari fantasiku. Usianya kurang lebih lima tahun lebih muda dariku; antara 35 atau sekitar itu. Dia memiliki sebuah kapal dan berpenampilan selayaknya seorang pria yang menghabiskan banyak waktu di bawah terpaan angin dan sinar matahari. Teman serumahnya, Benson, barangkali berusia 40, menjalankan bisnisnya sendiri dengan penampilan kuat dan kepribadian pendiam yang membuat orang tetap berjarak darinya. Bisa jadi itu adalah salah satu penyebab dirinya memilih untuk tinggal bersama duda lain yaitu Tom. Aku menduga kepribadian seorang introvert dan kebiasaan melindungi diri dari gangguan luar berujung membuat mantan istrinya merasa seperti terasing. Namun, aku harus bilang bahwa dia adalah sosok pria yang menarik, dan memiliki tubuh berotot yang bagus, juga sesekali pikiranku yang melanglang buana hingga berakhir pada dirinya ketika jari jemariku melakukan keajaiban di bawah sana.

Seiring waktu berjalan, aku hubunganku dan Tom dan Ben menjadi semakin baik dan makin baik setiap harinya. Ada begitu banyak akhir petang di akhir pekan yang kami habiskan bersama, terutama ketika akhir pekan di mana anak-anak mereka datang berkunjung. Aku harus mengakui bahwa perhatian yang kudapatkan dari dua orang pria tampan dan matang sesungguhnya begitu membuatku mencandu, terutama ketika suamiku sedang pergi jauh dan aku sedang merasa sendirian dan terabaikan. Tom akan memanggang barbeku dan aku membuat salad. Kemampuan spesial Ben adalah membuat roti bawang dan seringnya kami menggoda kemampuannya yang di luar dugaan itu; tetapi saat itu terjadi anak-anak akan bermain, dan kami para orang dewasa akan menenggak anggur, dan dua orang pria tapan itu akan selalu mampu membuatku merasa bahwa aku memang ditakdirkan memiliki satu tempat di mana diriku diinginkan di dunia ini.

Sewaktu sore mulai lewat, dan anak-anak berdesakan kembali ke dalam ruangan untuk bermain gim video, sementara anggur sudah berlalu lalang bebas di antara kami sejak pukul 3 atau 4 sore itu, aku tidak kuasa untuk membagi cerita pada mereka bagaimana diriku merasa terabaikan oleh suamiku yang seorang petualang. Mereka sungguh manusia-manusia berjiwa baik, karena mereka akan mendengarkan dan pada akhirnya memberiku semangat untuk menjalani semuanya dengan lebih tegar dan menjadi versi pribadi terbaik untuk diriku sendiri dengan situasi yang kumiliki saat ini. mereka benar-benar teman yang baik, sejak saat itulah rasanya aku mulai menyayangi mereka.

Pada suatu petang, aku sedang berada di fase protes pada suamiku yang akhirnya pulang hanya untuk empat hari saja dan berencana kembali pergi untuk setidaknya dua minggu ke depan. Aku meneriakkan padanya bagaimana aku merasa bahwa diriku tidak memiliki kendali atas hubungan pernikahan yang kami jalani dan berujung pada bagaimana hidupku hanya berputar mengikuti kehendak dari kegilaannya pada pekerjaan. Singkatnya, aku pun akhirnya bercerita pada kedua sahabatku, bahwa aku sudah berada di ambang batas pengertian dan pemakluman atas kelakuan suamiku. Uang hanyalah uang, tetapi aku membutuhkan sesuatu yang lebih dari uang. Aku membutuhkan pria di dalam hidupku. Pria sejati yang selalu ada di sisiku secara nyata.

Usai reka ulang adegan kemarahanku di hadapan mereka berdua sore itu, kami duduk dan meminum anggur dengan tenang seraya mendengarkan anak-anak di kamar mereka, berteriak kencang setiap kali zombie berhasil dikalahkan atau saat sebuah mobil hancur lebur. Tiba-tiba saja Tom berdiri dan berkata, "Hey, aku punya ide bagus!"

Aku sepertinya sudah setengah mabuk saat itu dan tanpa ragu aku menjawab, "Oke, aku ikut!" Ben protes dan berkata bahwa dia perlu mendengar ide yang dibilang bagus itu terlebih dulu sebelum memutuskan.

"Jadi," ucap Tom, "Minggu depan seharusnya cuaca paling cerah sepanjang tahun ini. Baik aku ataupun Ben tidak akan merawat anak kami; aku mengusulkan kalau kita bertiga sebaiknya membawa kapalku ke Danau Shandon dan menghabiskan akhir pekan di sana. Kita bisa menyelam, berenang, berjemur di bawah sinar matahari, dan setelah itu bisa memasak barbeku dan minum lebih banyak lagi anggur nikmat ini setiap sore. Kita bahkan bisa menambatkan kapal di pantai dan membuat api unggun di pasir!"

"Bisakah kapalmu menampung kalian berdua, ditambah aku dan anak-anakku?" tanyaku, sembari berpikir bahwa itu sama sekali bukan ide yang buruk.

"Tidak!" sergah Tom. "Tidak ada anak-anak. Khusus dewasa. Kau sudah menghabiskan semua waktu dan tenagamu untuk merawat anak-anak selama suamimu berpetualang berkeliling negeri untuk menjual obat kuat atau apa pun yang dia jual. Ini adalah waktumu bersantai. Cari seseorang untuk menjaga anak-anakmu, dan kita bertiga harus menjadi tiga jiwa bebas sepanjang akhir pekan yang pasti akan menyenangkan!"

Sejujurnya aku tidak melihat sesuatu yang tidak pantas dari sarannya; kami bertiga, pada dasarnya, adalah tiga tetangga yang berteman dengan baik dan ide untuk menghabiskan akhir pekan tanpa anak-anak sungguh sangat menggodaku.

"Sebenarnya," kataku, "Adik perempuanku dan suaminya tinggal hanya beberapa jam perjalanan saja dari sini dan mereka tidak akan keberatan kalau Jason dan Char menginap selama akhir pekan."

"Sepakat!" seru Tom. "Liburan Akhir Pekan Para Remaja Jompo Jalan Barton... minggu depan!" bersamaan dengan itu dirinya mengangkat gelas anggur tinggi-tinggi dan menatap penuh harap ke arah kami berdua. Ben ikut mengangkat gelasnya dan aku pun menyusul. Pada saat yang nyaris bersamaan, kami berdua ikut berseru, "setuju!"

Malam itu, di ranjang pengantin yang lebih banyak kuhuni sendirian aku memuaskan diriku sendiri dengan penuh semangat, di benakku bermain fantasi gila tentang diriku bercinta dengan Tom di kapalnya. Aku sangat bersemangat saat itu sampai meninggalkan jejak noda basah di seprai dan malam ini terpaksa aku pindah ke sisi yang biasanya dihuni oleh suamiku. Pada akhirnya aku memilih untuk mengakhiri fantasi yang terlalu indah dan jatuh tertidur kelelahan sepanjang malam itu.

DOBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang