9

4.4K 18 0
                                    

Ben berjalan memutari kursiku dan mendorongnya lebih maju mendekati api dengan aku yang masih berada di atasnya. Kemudian, dia berjalan memutar lagi ke hadapanku untuk berlutut di atas pasir. Aku membuka kakiku selebar mungkin, memperlihatkan bunga liarku yang mekar sempurna kepadanya dengan cara mengangkat lututku setinggi tinggi mungkin dan tubuhku bergeser maju di atas kursi pantai yang kududuki. Dia mendekatkan dirinya dan mulai menjilati kelopak demi kelopakku ke atas dan bawah, berhenti hanya untuk menjulurkan lidahnya di dalam celahku yang terbuka dan mendesak masuk ke dalam dengan itu. Aku terkesima bagaimana mereka berdua tampaknya benar-benar terfokus untuk memuaskan diriku daripada mengejar kepuasan mereka sendiri. Aku merasakan satu tangan mulai meraba bagian bokongku yang terbuka akibat tubuhku yang terangkat dan kakiku yang terbuka begitu lebar. Aku melihat ke atas dan mendapati Tom yang ternyata berlutut di sisi kursiku dan meraba diriku di bawah sana. Dia bergerak maju untuk melahap putingku sementara tangannya masih sibuk menjelajahi bungaku yang mekar dan juga yang satu menguncup. Ben mulai mengarahkan lidahnya ke biji bungaku dan tangan Tom pun bergerak naik ke celah bunga mekarku yang basah, lalu turun lagi kuntum di bawah yang sebelumnya tidak pernah disapa. Getah dari dalam diriku meleleh turun dan dala seketika membuat pangkal pahaku beserta semua yang ada di sana jadi licin karenanya.

Sungguh, aku tidak pernah membiarkan pria mana pun untuk menyentuh kuntum di bawah sana. Itu bukanlah sesuatu yang menarik bagiku. Namun, ketika aku merasakan ujung jari tengah Tom menyapa kuntum rahasia itu, aku merasakan dorongan energi seksual yang asing. Aku melepaskan desahan dan dia mulai mendorong masuk ujung jarinya sedikit. Sensasi dari jilatan lidah Ben pada biji bungaku dan jari Tom yang menerobos kuntum rahasiaku benar-benar memberikan sensasi yang benar-benar baru untukku, dan anehnya aku tidak bertanya-tanya kenapa aku begitu menyukai sensasi ini dengan teramat sangat. Hingga akhirnya kurasakan jempol Tom menyelinap masuk ke celahku yang dibiarkan terbuka, aku terlonjak di luar kendali. Bersamaan dengan Ben menjilat biji bungaku, Tom memompa keluar masuk pada bunga dan kuntumku secara bersamaan dengan menggunakan jempol dan telunjuknya, aku benar-benar menggila. Tubuhku mulai berguncang dimulai dari kepala yang terayuk ke depan dan belakang dan mengeluarkan suara dengking yang begitu asing. Sekujur tubuhku bergetar karena rasa nikmat yang kurasakan. Tom mendorong jari tengahnya semakin dalam pada kuntum pada setiap gerakan masuk dan keluar yang dia lakukan. Gerakan masuk dan keluar secara terus menerus pada kedua liang di bawah sana secara bersamaan sungguh luar biasa, dan aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi dan meraup kepala Ben dan melepaskan berbagai umpatan dari mulutku, "Oh sial," sepanjang waktu kuhantamkan wajahnya ke pangkal pahaku dan membasahi wajahnya dengan ledakan orgasmeku. Tubuhku mengejang selama gelombang orgasme itu terus datang dan datang lagi bersamaan dengan jari tengah Tom terkubur dalam pada kuntumku di bawah sana. Kurasa aku nyaris saja pingsan untuk sesaat karena sensasi nikmat yang teramat sangat yang kurasakan. Sedikit demi sedikit orgasmeku mereda dan para pria mulai menjauh dari berbagai bagian tubuhku untuk kembali ke kursinya masing-masing.

"Tunggu sebentar," kataku heran. "Tidak secepat itu, kalian berdua. Segera mendekat ke sini dan berdiri di hadapanku." Mereka berdua langsung melakukannya, berjalan mendekat dan berdiri di sisi satu sama lain di hadapanku dengan kemaluan yang tegang hanya berjarak beberapa inci dari wajahku. "Aku akan membuat kalian berdua keluar pada waktu yang bersamaan." Aku meraup ke permukaan bungaku untuk membasahi semua jariku dengan getahku sendiri, yang kemudian kugunakan untuk membungkus batang besar mereka berdua sebagai pelumas agar aku bisa mengocok naik dan turun keduanya secara serentak. Dua kemaluan yang keras di depan wajahku dan aku memilih batang milik Tom yang lebih besar untuk mendekat kemudian mulai menjilat dan menghisapnya sembari menyeimbangkan tempo pada kedua tanganku. Kemudian kulepaskan milik Tom dan menarik Ben agar bisa menjilat dan menghisap batangnya selama satu atau dua menit, semuanya masih dengan terus mengocok keduanya bersamaan.

Saat batang Ben bergerak keluar masuk mulutku, aku berkata, "Aku menginginkan kalian berdua untuk keluar bersama-sama, jadi tahan itu sampai yang lain siap." Aku pun melanjutkan untuk memanjakan dua kemaluan di hadapanku bergantian, menjilat dan menghisap satu sampai akhirnya batang itu terasa terlalu keras lebih daripada yang lain, kemudian aku akan mengalihkan perhatian pada yang satu lagi sampai mencapai tahap yang sama. Semua itu kulakukan tetap dalam gerakan mengocok yang sama pada keduanya. Aku membawa gairah mereka sampai ke level yang setara sampai akhirnya aku tahu dua batang itu siap untuk meledak segera.

Tiba-tiba saja Ben berucap, " Aku akan keluar! Aku tidak bisa menahannya lebih lama!"

Tom menyahut, "Ya, ya! Aku juga akan keluar!" Mulutku saat itu sedang dipenuhi oleh batang Ben dan merasakan kedutan yang kemudian disusul oleh tembakan benih pada langit-langit mulutku. Aku tidak penah membiarkan pria mana pun untuk melepaskan benih mereka di mulutku sebelumnya. Aku selalu menganggap hal itu menjijikan, tetapi ternyata aku salah. Selama itu adalah Ben. Selama itu adalah Tom. Aku berpindah ke milik Tom dan menangkap tembakan keduanya tepat saat aku menangkupkan mulutku pada batangnya yang tebal dan menyesapkan kuat. Aku terus mengocok kedua batang itu sembari terus memerah habis benih mereka, mencoba untuk mendapatkan segalanya hingga tetes terakhir. Aku sungguh tidak menyadarinya, tetapi mereka berdua rupanya meraup rambutku selama aku menggunakan mulutku untuk memuaskan mereka, dan aku membalasnya dengan melingkarkan lenganku di sekitar bokong mereka dan menarik pangkal paha mereka sedekat mungkin ke wajahku. Aku menahan mereka di sana untuk waktu yang lama dan selama itu pula mereka mengusap kepala dan rambutku.

Kami berdua akhirnya duduk mengelilingi api unggun untuk satu jam penuh, perlahan-lahan menenggak anggur kami dan menghabiskan camilan. Aku merasa luar biasa, telanjang, bebas, dan mendapatkan perhatian penuh dari dua pria menyenangkan ini. Aku tidak pernah menyadari betapa kesepian dan tidak bahagianya aku sampai aku membebaskan diri seperti yang kulakukan sekarang. Dan saat ini, tanpa ada kekang yang menahanku, aku benar-benar mendapatkan kebahagiaan dan menikmai setiap menitnya, tanpa merasa bersalah sama sekali.

Ketika kami memutuskan untuk kembali ke pantai untuk tidur, aku bercinta dengan Ben dulu sementara Tom mencium dan membelai dadaku. Kemudian, setelah Ben puas, tetapi menginginkan lebih, Tom memasukiku dengan batangnya yang lebih besar dan lebih panjang, memenuhiku secara fisik dan mental selama dia menyetubuhiku dengan andal dan Ben mencium bibirku dan leher dan telinga dan membisikkan hal-hal manis di telingaku. Aku terlelap dalam kebahagiaan penuh, bersama pria baik di masing-masing sisi tubuhku.

*****

DOBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang