6

7K 28 0
                                    

Di bagian bawah kapal ada sebuah ruang kecil. Di sana ada sebuah kamar mandi, sebuah meja kecil dengan kursi panjang, dan sebuah ranjang besar berukuran king di ujung ruangan. Setelah kami selesai berenang, kami duduk berkumpul di meja dan menenggak habis Laffite Cab, membicarakan apa yang telah terjadi di atas dek tadi. Selama perbincangan kami berlangsung, para pria mengaku bahwa memang sudah pernah membicarakan hal ini, dan mereka berdua sepakat bahwa itu tidak akan terasa janggal bagi mereka melakukannya bersama-sama. Pada akhir pembicaraan, kami semua memutuskan bahwa apa yang kami lakukan bukanlah masalah besar dan itu akan menjadi rahasia kecil di antara kami, dan sepakat bahwa kami menginginkan hal itu untuk berlanjut.

Kami semua naik ke ranjang berukuran king itu bersama-sama. Tidak ada yang terasa janggal untukku sama sekali bahkan ketika kami bertiga sudah berada di atasnya dan merasa nyaman sekalipun ini adalah satu-satunya ranjang di kapal ini. Mereka tampaknya memang sudah yakin bahwa kami memang akan bercinta bahkan sebelum waktu tidur tiba. Atau barangkali jika mereka mengira akan gagal, tidur bersama di ranjang besar ini, mungkin saja, akan membuat kami pada akhirnya tidur bersama. Tidak ada seorang pun di antara kami yang memakai pakaian dan kami saling berpelukan dan meraba tubuh satu sama lain di atas kasur itu, tetapi belum ada yang memulai untuk segera mengulangi lagi apa yang telah terjadi di atas dek. Tampaknya aku sudah membuat kedua pria ini kelelahan! Meski begitu aku sungguh haus akan gairah, atau sekadar perhatian, atau mungkin cinta, dan tentu saja dengan senang hati bersedia memulai satu atau dua atau tiga atau berapa pun ronde yang salah satu atau mereka berdua inginkan.

Sekitar pukyl 4 pagi, aku terjaga dan mendapati Tom yang memelukku erat. Aku berpaling ek arahnya dan dia langsung memelukku dengan lengannya yang besar. Aku mendesakkan wajahku ke dadanya dan rupanya dia telah menundukkan kepala untuk menggapai bibirku dengan bibirnya lalu menciumku dengan lembut tetapi dalam. Aku memeluknya dan meraba punggungnya selama kami berciuman, merasakan kulitnya yang hangat pada permukaan kulitku. Batangnya mulai tegang dan bertambah keras di perutku. Aku menjangkau ke bawah untuk menggenggamnya dan merasakannya terus bertambah besar dan keras selama kami berciuman. Dala seketika miliknya sudah teramat keras dan aku menempelkan tubuhku pada tubuhnya dan meletakkan kakiku di atas kakinya, membuat diriku sendiri mudah dijangkau jika dia ingin memasuki diriku. Dia menangkap kode itu dan bergerak sedikit mendekat ke arahku dan aku bergerak-gerak perlahan untuk menggosokkan kepala jamurnya pada celahku yang mulai basah sebelum memosisikannya tepat di bibir liang dan mendorong batang itu masuk sepenuhnya sampai terasa mentok. Aku bisa merasakan keseluruhan dirinya di dalam sana dan kali ini tidak ada rasa sakit sama sekali, hanya ada nikmat. Aku menahan wajahnya dan menciumnya selama dia mulai bergerak memompa diriku. Rasanya sungguh nikmat, sungguh tepat, sungguh pelan, sungguh seksi, dan berbeda dengan gerakan Ben yang selalu berirama. Fokusku tertuju pada satu hal yaitu rasa nikmat dari batang kerasnya yang keluar masuk pada diriku; pada rasa nikmat yang datang dari kepala jamurnya yang mendorong lalu menggaruk bagian dalam liangku, serta semua syaraf pada tubuhku yang bersekutu untuk hanya merasakan kenikmatan pada satu titik yang sama saja. Tubuhnya hanya sedikit ebrada di atasku di ranjang, dan posisi kami berdua membuat sisa batangnya yang tidak mampu kuterima menggesek bijiku yang bengkak, dan rupanya hal itu menambah kenikmatan yang kini semakin menjadi-jadi.

Dia berhenti dan aku bisa mendengar deru napas yang kuat dan berat milik Ben di belakangku. Aku meraih ke punggung Tom dan menangkupkan tanganku pada pantatnya lalu mendorongnya lebih agar masuk dalam pada liangku.

"Jangan berhenti." Napasku terengah di telinganya. "Ini terlalu luar biasa untuk dihentikan."

Dia mulai bergerak kembali, mendorong batangnya semakin dalam. Kami berciuman lagi dan rasa nikmat dari batangnya yang menggesek biji bungaku dan kepala jamurnya yang seperti meraup g-spot di dalam sana membuatku menggila, jauh lebih nikmat daripada sebelumya. Seluruh duniaku saat ini seolah hanya membungkus batangnya yang berada di dalam liangku dan memberiku kenikmatan tak terbayangkan. Biasanya aku sulit untuk mencapai puncak hanya dari persetubuhan saja, tetapi karena petang sebelumnya aku sudah mencapainya dari dua batang mereka sekaligus, sekarang aku bisa merasakan bahwa aku akan mendapatkannya lagi dari milik Tom dalam waktu dekat. Aku benar-benar dibakar oleh gairahku sendiri. Dia menambah kecepatannya dan aku berusaha mengimbangnya dengan gerakan pinggulku sendiri, merasakansetiap rasa nikmat pada setiap hentakan melawannya. Rasanya selalu seperti surga setiap kali batangnya berada di dalam liangku. Seolah-olah semuanya terjadi dalam sebuah gerak lambat dan aku bisa merasakan orgasmeku tiba seperti kereta api di kejauhan, bersembunyi di tikungan terdekat. Aku bisa merasakan getaran pada jalurnya, tetapi aku tidak bisa melihat ataupun mendengar itu datang sampai akhirnya benar-benar menghantamku di tempatku menanti. Tiba-tiba saja masuk dala jarak pandang dan membuatku merasakan ketegangan pada tubuhku saat gelombang pertama menabrakku. Aku terisak dan memeluk Tom erat saat merasakan bahwa aku kehilangan kemampuan bernapas selama rasa nikmat menyelimuti tubuhku seperti air hangat. Aku orgasme dengan seluruh tubuh yang gemetar hebat, seolah rasa nikmat membasuhku dari atas kepala sampai ujung kaki. Aku menggelepar menggapai udara ketika gelombang demi gelombang menghantamku. Kemudian aku merasakan Tom menegang dan aku menjambak segenggam penuh rambutnya ketika dia meledak hebat, gemetar dan menggeletar. Aku memeluknya seerat mungkin dan terus merasakan ledakan bersamanya selama dia memenuhi diriku dengan benihnya.

Ketika semuanya berakhir, aku menciumnya lalu membisikkan, "Terima kasih." Dia balas menciumku dan memutar tubuhnya, tetapi membiarkan lengannya berada di pinggangku. Napas Ben yang teratur membawaku kembali ke alam tidur.

Aku terjaga pada pagi hari karena dorongan untuk buang air kecil. Karena tidak merasa nyaman dengan sistem kursi pendek dan kantong penampung kotoran yang dimiliki Tom di kapal, aku memilih untuk meninggalkan kasur tanpa memakai apa pun dan berjongkok di ujung kapal, memandangi matahari terbit dan buang air langsung ke danau. Aku juga mencoba membasuh kemaluanku, mencoba untuk membersihkan sisa benih Tom yang ternyata sama sekali tidak mengalir keluar selama aku tertidur. Aku menggosok benih lain yang sudah menjadi kerak di kelopak bunga dan sepanjang kakiku dan mencoba memancing keluar semua yang masih bertahan di dalam diriku. Udara di awal pagi di danau seperti ini sangat sejuk dan karena selangkangan dan kakiku basah jadi aku memutuskan untuk mengambil handuk, mengeringkan diri, lalu memilih kembali ke kasur karena kedinginan. Ketika aku naik ke ranjang dan kakiku tidak sengaja menyentuh kaki Ben, dia langsung duduk.

"Ya ampun, kakimu dingin!" katanya sembari terus menatapku. Rambutnya menjadi kusut selama dia tidur dan itu membuatnya tampak imut.

DOBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang