3

11.4K 39 0
                                    

Dia membuka botol itu dan menuangkan seporsi untuk masing-masing kami. "Untuk kita bertiga," katanya seraya memajukan gelasnya agar bisa bersulang sebelum kami bertiga mulai minum. Aku setuju pada Ben karena benar-benar merasa ini adalah waktu yang spesial karena itu aku mendentingkan gelasku pada gelasnya dengan sukahati. Aku melakukan hal yang sama pada gelas Tom dan saat itulah tatapan kami bertemu. Aku merasa dia tengah menatapku seolah sedang memandangi jauh ke dalam jiwaku pada saat cahaya mulai berpendar hilang sebagai penanda berakhirnya siang.

"Untuk kita bertiga," imbuhnya kemudian mendentingkan gelasnya pada gelasku dan gelas Ben.

Aku berpaling dan mulai menenggak sedikit. Aku tidak terlalu paham mengenai anggur, tetapi yang satu ini sangat lembut dan amat sangat lezat. "Hmm... hmm," kataku masih di balik bungkusan selimut yang membungkus tubuhku dengan ketat. "Sangat nikmat, Beson. Ini yang terbaik."

Aku sedang duduk di tepian kapal bersama Tom dan Ben dan mereka berdua masing-masih mengapitku ketika aku meneguk sekali lagi, lalu meletakkan gelas anggurku di lantai kapal agar bisa mendekat ke arah Tom. Aku menyesakkan diriku pada tubuhnya lalu mendesah, memikirkan betapa menyenangkan rasanya berada di sini bersama dua pria ini malam ini. Tom melingkarkan lengannya pada tubuhku dan Ben bergerak mendekat, bersandar lembut di tubuhku. Hmmmm. Rasanya luar biasa.

Kami duduk dalam keheningan sampai akhirnya malam yang pekat mulai membungkus sekitar, menenggak anggur di gelas masing-masing dan merasa nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Kapal yang berguncang karena embusan angin membuat kami bergerak perlahan mengikuti iramanya dan saat itulah aku merasa diriku terasa meleleh di pangkuan Tom. Ben bergelung pada tubuhku dari sisik yang lain, bersandar dengan amat erat. Aku benar-benar berada di dalam situasi yang melenakan, digulung dalam kehangatan dan kenyamanan selimut bersama pria-pria yang dekat denganku memeluk tubuhku dengan erat pada setiap sisi.

Aku bisa merasakan gerakan perlahan yang dilakukan oleh Tom dan merasakan selimut yang disibak pada bagian kakiku. Beberapa saat kemudian, aku merasakan sentuhan tangan yang lembut pada pahaku yang terbuka dan sentuhan perlahan berubah menjadi rabaan. Itu terasa luar biasa dan sekalipun sadar bahwa aku adalah istri dari seseorang, aku tidak melakukan penolakan atau usaha apa pun untuk menghentikannya.

Kusandarkan tubuhku semakin rapat pada Tom dan mengesah, yang sepertinya diartikan olehnya sebagai tanda bahwa tidak apa-apa untuk terus menyentuhku. Dia memulai usapan dimulai dari paha bagian atas sampai ke ujung dengkul lalu kembali lagi untuk mengulangi gerakan yang sama kemudian merengkuhku erat. Aku menutup mata untuk menikmati sensasi sentuhan seorang pria pada tubuhku. Dia mulai mengecup leher dan telingaku perlahan, sama lembutnya dengan sentuhannya pada kakiku yang lain hingga tangannya mulai merayap naik ke atas. Aku bergerak gelisah, membuka kakiku selebar mungkin, berharap dan mendamba dia akan menyentuh kelopak bungaku yang kini basah untuknya. Aku tahu ini sangat tidak benar, tetapi rasanya begitu tepat. Aku mendesak diriku semakin dalam pada kecupan lembutnya.

Aku merasakan Ben semakin merapat dan aku menjangkaukan tanganku untuk merangkul bahunya, membungkus dia dengan selimut bersamaku, menariknya lebih dekat pada saat tangan Tom mulai menjelajah ke titik di tengah kedua pahaku yang terbuka. Dia mulai meraba bagian dalam pahaku, baik turun dengan begitu perlahan, sangat memabukkan. Setiap kali dia nyaris menyentuh bagian tengah, begitu dekat pada celahku yang merekah karena mendamba sentuhannya, basah karena mengharapkan untuk segera diberi perhatian khusus olehnya. Ben tampaknya menganggap tindakanku membagi selimut bersamanya sebagai tanda karena aku mulai merasakan embusan napasnya ketika dia mulai menggigit kecil dan mengecup leher dan telingaku di sisi yang lain. Sungguh sangat menakjubkan rasanya bisa memiliki pria pada setiap sisi tubuhku yang mengecup dan memberi gigitan kecil di leher dan setiap sisi pipiku.

Aku menjadi waspada ketika lapisan tipis bikiniku mulai tersentuh oleh Tom dan berakibat fatal pada bungaku yang semakin merekah. Selama dia meraba paha bagian dalam, aku merapatkan tubuh semakin erat padanya dan mencoba mengarahkan tangannya untuk segera menyentuhku di sana. Aku menginginkan sentuhannya. Aku mendambakan disentuh olehnya. Aku membuka kakiku semakin melebar dan mengayunkan pinggulku sedikit ke depan; cukup untuk mencapai ujung jarinya agar berada tepat di titik yang kuinginkan. Dia kembali lagi meraba bagian dalam pahaku perlahan dan penuh maksud. Dia sengaja ingin membuatku menggila dan karena senyumnya menunjukkan hal itu.

Ben masih menciumi leher dan telingaku dan aku merasakan sentuhannya di bawah selimu pada perutku yang tidak tertutupi apa pun. Dia memulai membuat lingkaran lewat sentuhannya, kemudian menyentuh dadaku dari luar atasan bikiniku. Aku merasakan putingku yang mengeras dan karena gemas aku lantas meraih tangannya lalu kubiarkan dia menangkup salah satu buah dadaku. Ketika Tom meraba paha bagian dalam yang berjarak hanya beberapa inci dari biji bungaku yang juga basah dan membengkak, aku menarik atasan bikiniku dan membimbing tangan Ben kepada putingku yang tegang. Dia menjentiknya perlahan sebelum akhirnya memberi cubitan ringan, menarik selembut mungkin yang dirinya bisa. Rasanya seperti surga.

Ben bergerak cepat dengan menangkup bibirku dan aku balas melahap bibirnya saat itu juga. Dengan bibirku yang terkunci oleh ciuman penuh gairah dari Ben dan tangannya yang memijat perlahan putingku, aku merasakan tangan Tom bergerak ke bagian lebih dalam dari pahaku dan mulai memberi rabaan perlahan pada kelopakku yang mekar dan telah membanjiri bawahan bikiniku. Dia menggosokkan tangannya ke atas dan bawah permukaan liangku yang menganga untuknya, memberi tekanan lebih sementara pada saat yang sama Ben melilitkan lidahnya dengan lidahku dalam ciuman membara kami. Aku melenguh di dalam mulut Ben.

Aku merasakan jari-jari Tom bergerak dari bagian luar bawahan bikiniku dan dia mulai merabakan ujung jarinya tepat pada titik liangku berada. Tentu saja aku bisa merasakan bagaimana jarinya berusaha bergerak untuk menembus lapisan tipis bawahan bikini itu agar bisa menyentuh langsung liangku yang menunggunya. Untung saja pagi tadi aku sempat bercukur di rumah sehingga aku lega bahwa saat ini bunga liarku itu mulus tanpa bulu dan membayangkannya sesaat betapa banjirnya di bawah sana karena getahku yang tumpah meruah akibat terbakar gairah.

Tiba-tiba saja aku bisa merasakan jari Tom menyelinap ke bawah lapisan tipis bikiniku dan aku tercekat di antara mulut Ben saat ujung jarinya mencelup ke dalam, menembus perlahan melewati celah liangku. Aku mendorong tubuhku ke arah tangannya datang dan untuk sesaat dia hanya menahan jemarinya yang telah tercelup jauh ke dalam diriku. Rasanya luar biasa ketika aku terkunci di dalam ciuman membara bersama Ben serta putingku yang terus diremas serta jari Tom tenggelam di dalam diriku.

DOBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang