delapan

90 13 0
                                    

"KARA!" Panggil Luna dengan suara keras.

Ankara yang sedang berjalan di koridor pun menoleh ke belakang saat namanya dipanggil.

Luna yang jarak nya sedikit jauh dari Ankara pun sedikit berlari agar menyamakan langkah mereka. Kemudian ia menatap Ankara sambil ngos-ngosan.

"Hah...hah! K-kar.." Panggil Luna sambil mengatur nafas nya.

Ankara yang melihat tingkat Luna hanya menggeleng tak habis pikir.
"Makanya jangan lari-lari," tegur Ankara.

Luna yang sudah bisa bernafas teratur pun tersenyum cengengesan,
"Hehehe,"

Mata Luna memincing, menatap Ankara dengan penuh selidik. Ia menatap Ankara dari atas kepala hingga ujung kaki. Kemudian mata nya terfokus ke satu titik ia memincing tajam melihat rahang Ankara yang terlihat memerah.

Ankara yang menyadari tatapan Luna yang penuh selidik itu sedikit bergerak tidak nyaman.

"Lo...!" Ucap Luna sambil melototi Ankara.

Ankara menoleh dan menggeleng memberi pertanda kepada Luna agar tidak membahas nya di luar kelas.

Luna pun hanya mengangguk pasrah. Tetapi ia tidak sabaran, lantas ia menarik tangan Ankara dan mengajak nya berlari agar cepat sampai di kelas. Jujur saja, berbagai macam umpatan sudah berada di ujung lidah nya, ia siap mengamuk.

"Kar! Jelasin ini! Jangan bilang bokap lo yang ngelakuin ini?!" Sembur Luna dengan emosi. Padahal mereka baru saja duduk di meja mereka.

Ankara hanya bisa mengangguk pasrah.

"Anjir si bapak tua bau tanah itu emang ga ada akhlak! Dasar setan! Bisa-bisanya dia ngelakuin ini padahal Lo baru aja bangun dari koma?!!" Ucap Luna penuh emosi yang membara. Tangan nya bahkan terkepal erat, napas nya tak beraturan.

Luna jelas tak terima. Hal ini sudah biasa bagi Luna, bahkan dulu sering kali ia melihat Kara penuh luka. Luna yang melihat itu sangat sakit hati, tetapi setiap kali Luna ingin membantu Kara, dia pasti menghalangi dan berkata bahwa jika ia menolong nya maka Luna hanya akan membuat Kara semakin tersiksa. Oleh karena itu, Luna tidak bisa membantu banyak selain membantu mengobati luka Kara.

Tapi kali ini Luna sudah tidak bisa menahan emosi nya. Semenjak kabar bahwa Kara di racuni oleh Keezar, ia sudah memutuskan akan memberontak membantu Kara.

Dulu, saat Luna mencoba membantu Kara dari siksaan Keezar, Kara hanya menggeleng seolah mengatakan jangan ikut campur, Luna tidak sakit hati sebab ia tau jelas bagaimana ayah tiri nya. Oleh karena itu, Luna merasa dirinya tidak berguna sebagai teman. Tetapi sekarang berbeda, ia akan memberontak dan melindungi Kara dalam perlindungan nya. Ia tidak peduli jika Kara menghalangi nya lagi.

"Udah ga papa Lun, gue baik-baik aja kok," ucap Ankara menenangkan. Sebenarnya ia terharu melihat Luna yang selalu mendukung nya.

Luna tersenyum geregetan mendengar nya.

"Kar, udah berapa kali gue bilang sama Lo? Lo punya gue kar. Jangan berpura-pura seakan Lo baik-baik aja!"

Pada akhirnya Ankara tersenyum lalu mengangguk, "sorry ya Lun, kalau gue selalu keras kepala kayak gini. Makasih selalu ada buat gue," ucap Ankara tulus.

Mata Luna berkaca-kaca, astaga kapan terakhir kali ia melihat Kara yang berekspresif?

Malu terlihat cengeng di hadapan Ankara, lantas Luna mendongkakan kepala nya guna menahan air mata yang hendak meluncur.

"Ah Lo mah! Gue nangis nih," ucap nya sambil mengibas-ngibas mata nya agar tidak menangis.

Ankara tersenyum melihat itu, ternyata Luna adalah sosok yang lemah lembut tapi pemberani.

***

Saat ini, Keezar, Marwel dan Ken sedang berada di lapang basket karena kelas mereka sedang jam pelajaran olahraga. Mereka bertiga baru saja selesai bertanding.

Marwel dan Ken langsung menghempaskan tubuhnya di rerumputan dekat pohon Karena kelelahan Karena lapangan basket memang berada di out door membuat lapangan ini jadi sejuk karena banyak tanaman di sekitar nya.

Lain hal nya dengan Keezar yang hanya melirik teman-teman yang sudah tepar tak berdaya. Keezar masih terlihat biasa saja tak sedikit pun terlihat kelelahan tetapi badan nya penuh dengan keringat. Tentu saja bermain basket adalah hal biasa bagi nya, Keezar sangat suka bermain basket.

Tak lama, beberapa perempuan menghampiri nya sambil menyodorkan sebotol air mineral dingin yang terlihat menyegarkan bagi Marwel dan Ken.

Tentu hal ini sudah biasa bagi Marwel dan Ken karena Keezar memang terkenal karena ketampananya.

Perempuan-perempuan itu saling mendorong agar minuman yang mereka bawa di ambil oleh Keezar. Tapi Keezar tak berminat, ia justru mengedarkan pandangannya mencari seseorang.

"Kez! Ini gue bawain air dingin Lo pasti kehausan kan." Tiba-tiba seseorang berucap bernama Selina, teman sekelas nya.

Beberapa dari siswi-siswi tersebut cemberut karena tentu, Keezar pasti memilih air yang diberikan oleh Selina. Siapa yang tidak tau bahwa rumor nya mereka itu dekat?

Selina dengan percaya diri membukakan tutup botol air mineral tersebut dan memberikan nya pada Keezar.

Keezar melirik air itu dan menatap Selina yang memperlihatkan sambil tersenyum lebar.

"gue ga minum air dingin." Pungkas Keezar. Setelah itu ia meninggalkan Selina yang terdiam kaku.

Ah tidak sekali dua kali dia diperlakukan seperti itu oleh Keezar, tapi karena cinta Selina begitu besar pada Keezar maka ia terus berusaha meskipun sering di tolak.

Marwel yang merasa kasihan pun mengambil air minum tersebut dari tangan Selina sambil tersenyum cengengesan.

"Eh eh buat gue aja Sel, gue juga lagi haus banget nih." Ucap Marwel sambil meneguknya sekaligus.

Sedangkan Ken? Jangan di tanya, dia sudah menghampiri para siswi-siswi yang tadi nya akan memberi Keezar, tapi karena merasa kasihan dan kebetulan ia juga haus maka nya ia melontarkan gombalan maut sehingga siswi-siswi tersebut tersenyum malu-malu.

"Thanks ya semua, kalian baik banget udah ngasih ini ke gue," ucap Ken dengan tersenyum manis hingga mata nya ikut menyipit.

"Eh iya sama-sama Ken, btw Lo cakep banget tadi!" Ungkap salah satu dari mereka sambil tersenyum malu-malu.

Ken tersenyum dengan alis mengernyit, padahal tadi perempuan-perempuan ini memuji dan memuja Keezar tapi kini mereka memuji nya.

"Semua cewe sama aja," gumam Ken sambil tersenyum paksa.

CLOUDBURSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang