Part 12 • When We Meet

595 73 5
                                    

Haris daritadi sibuk menyuruh Gavin untuk menghampiri meja no.3 tempat teman-teman Wilona berkumpul.

Gavin terus menunda dengan alasan nanti aja abis makan. Sebenarnya Gavin masih menunggu Selina yang sedari tadi sibuk mengantarkan pesanan.

Bukannya Wilona yang bilang kalo dia bakal ngenalin Selina ke Gavin, maka dari itu Gavin menunggu Wilona yang memperkenalkan mereka.

Riki menyadari bahwa sedari tadi Gavin terus menatap waitress cantik yang bername-tag 'Selina' di dadanya.

"Penasaran sama yang itu ya," ujar Riki seraya memasukkan potongan daging ke mulutnya.

"Yang mana, Rik?" Tanya Haris yang tidak mengerti maksud Riki.

"Itu temennya Wilo yang kerja part time disini," ujar Riki.

"Ohh siapa tadi namanya gue lupa."

"Selina." Jawab Gavin tanpa ragu.

"Nah itu! Kenapa, lo tertariknya sama yang itu? Emang yang lain kenapa, cantik-cantik juga kok bro."

"Ini bukan masalah cantik apa ngga bro. Selina juga cantik, lo kaga liat apa mirip peri temennya tinkerbell. Kapan lagi liat waitress secantik itu," ujar Gavin.

Gavin gak bohong, Selina emang cantik banget. Selama ini Selina selalu tidak pede kalo diminta pap. Gavin kira memang wajah Selina biasa saja makanya gadis itu gak pede. Taunya malah sebaliknya.

"Yaudah panggil ke sini aja, alesannya mau nambah pesenan kek atau minta sendok baru," ujar Haris.

"Bukan gitu, Bro. Lo inget gak sih stranger yang sering gue ceritain."

"Yang mana? Yang buat lo galau sampe gak punya semangat idup kayak orang tipes?"

Gavin mengangguk mantap. "Namanya Selina juga, bro.... "

"Kebetulan aja kali, nama Selina pasaran gak cuma 1 2 orang aja," sahut Riki.

Riki ini gak sadar ya dia ada di posisi yang sama dengan Gavin.

"Masalahnya Selina jadi jarang balas chat gue karena dia lagi part time. Beberapa hari yang lalu dia cerita ke gue kalo dia kerja part time di cafe," jelas Gavin

"Lo gak nanya nama cafenya apa?" Ujar Riki.

"Nggak. Lagi pula dia gak bakal ngasih tau juga sih ke gue. Nanya nama aja susahnya setengah mampus."

"Terus lo maunya gimana, Vin?" Tanya Haris

"Gue juga bingung. Gak mungkin kan kalo tiba-tiba gue nanya langsung ke orangnya." Gavin mengusap kepalanya.

"Kalo gak lo foto aja dia dari sini terus kirim ke orangnya abis itu nanya ini beneran dia apa bukan." Saran dari Haris tentunya tidak diterima oleh Gavin maupun Riki.

"No, that's creepy dude! Mending lo tanya langsung ke dia, ngobrol empat mata. Cuma sekarang dia lagi sibuk. Mungkin lo bisa minta bantuan ke Wilo." Saran dari Riki masih bisa diterima oleh Gavin.

Mungkin dia memang harus meminta bantuan ke Wilona.

Sementara itu Riki terus melirik ponselnya berharap Bella membalas pesannya.

Sampai terdengar bunyi lonceng kecil tanda pelanggan masuk ke dalam cafe itu.

Riki melirik ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.

Namun Riki tidak yakin kalo itu Bella apa bukan, maka dari itu Riki bertanya pada Haris, "itu Bella bukan?"

Namun Riki tidak yakin kalo itu Bella apa bukan, maka dari itu Riki bertanya pada Haris, "itu Bella bukan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hi, Stranger! • 04L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang