Keadaan Riki semakin lama semakin membaik, dirinya sudah bisa berkomunikasi dengan normal. Riki juga sudah bisa menggerakan tubuhnya, sayangnya Ia masih kesulitan berjalan akibat jahitan di perutnya yang cukup besar.
Dibantu dengan kursi roda, setiap harinya Mama Riki mengajaknya berkeliling rumah sakit agar anak lelakinya tidak jenuh. Terkadang Anjani yang menggantikan tugas Mama Riki. Meskipun Riki tidak nyaman dengan kehadiran gadis itu tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Sudah 5 hari juga Riki melakukan terapi agar Ia bisa berjalan dengan normal, sedikit demi sedikit pun akhirnya Riki bisa berjalan walau masih tertatih-tatih.
"Ma, hp Riki mana ya," Tanya Riki.
Sudah seminggu lebih sejak Ia sadar dari komanya, Riki tidak pernah memegang atau melihat ponselnya.
"Ada di rumah, Mama gak sempat bawa ke sini." Rumahnya yang ada di Indonesia maksud Mamanya.
Sejak 2 minggu Ia dirawat akhirnya Riki sudah diperbolehkan pulang.
"Mama bakal full ngerawat kamu di rumah. Hari minggu, Echa juga pulang ke indo, katanya dia kangen banget sama kakaknya pengen cepet cepet ketemu kamu."
Riki tersenyum senang saat tau Mama nya akan merawatnya, itu artinya Ia memiliki banyak waktu dengan Mamanya ditambah adik satu-satunya juga bakal pulang ke Indonesia.
"Terus semua barang-barang Riki di asrama gimana, Ma?"
"Kamu tenang aja, sebagian barang-barang penting kamu dan pakaian udah Mama bawa pulang semua."
Riki hanya mengangguk. Setelah memastikan semua barang-barang sudah dibawa, Mama dan Riki pun keluar dari kamar yang sejak 2 minggu Ia tempati itu.
Dari rumah sakit, mereka langsung menuju ke bandara untuk kembali ke Indonesia.
Di perjalanan, Mama Riki bertanya kepada anaknya hal yang selama ini ingin Ia tanyakan namun Mama Riki harus memastikan kondisi anaknya sudah cukup baik.
"Riki, Mama mau nanya," ujar Mama Riki.
"Nanya apa ma."
"Kenapa kamu rela ngorbanin nyawa kamu demi teman kamu. Kamu tau kan risiko yang harus kamu tanggung, kamu bisa aja gak selamat saat itu juga."
Riki menghela nafas, sudah Ia duga Mamanya pasti akan menanyakan itu suatu saat.
"Ma, setiap manusia itu pasti punya naluri untuk saling tolong menolong apalagi dia teman Riki," jelas Riki.
"Ya tapi kan dia cuma teman bukan keluarga, kamu rela ngorbanin nyawa kamu demi orang lain."
"Bukannya Mama yang ajarin Riki untuk saling tolong menolong. Mau dia teman Riki, mau dia keluarga Riki atau bahkan orang asing kalo butuh bantuan selama Riki mampu ya pasti Riki tolong."
Mama Riki terdiam mendengar penjelasan anaknya. Tidak disangka ternyata Anaknya sudah besar dan punya pemikiran seperti itu.
"Mama ingat kan beberapa tahun lalu ada orang asing yang nolongin Echa pas dia hampir tenggelam. Coba Mama bayangin perasaan Mama kalo Echa gak ditolong saat itu, pasti Mama sedih kan."
Beberapa tahun lalu tepatnya saat tahun 2018, Riki dan keluarganya berlibur ke Bali untuk merayakan kelulusan Riki saat SMP.
Di saat momen bahagia itu, Echa-adiknya hampir tenggelam di pantai karena Ia bermain terlalu jauh.
Untungnya ada orang baik yang melihat Echa saat itu dan segera menolong adiknya.
Riki tidak tahu pasti siapa orangnya, karena saat itu Riki berada di villa dan tidak ikut dengan kedua orang tuanya ke pantai. Yang pasti Riki sangat berterima kasih dengan orang itu, mungkin kalo tidak ada dia, Echa sudah tidak ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Stranger! • 04L ✓
FanfictionSelamat datang di Hi, Stranger! Aplikasi chat anonymous terbaik untuk menemukan teman baru, teman ngobrol dan teman kencan. Segera daftar dan pilih sidename yang cocok denganmu! ~started 01/10/23