Part 19 • Awake

537 54 4
                                    

Hal pertama yang diliat Riki saat membuka matanya adalah ruangan putih dengan suara elektrokardiogram yang terdengar jelas di telinganya.

Jari jemarinya terasa berat untuk digerakkan, perlahan Riki menengok ke samping. Seorang gadis berambut blonde tertidur di atas jemarinya dengan posisi duduk.

"Bella?"

Tenggorokannya tercekat, selain tubuhnya yang sulit bergerak, Ia juga sulit untuk berbicara.

Riki berusaha untuk menggerakan tubuhnya membuat gadis itu terbangun.

"Riki, kamu udah sadar?? Dokter, pasien sudah sadar dok!!" Gadis itu pun memanggil dokter yang menangani Riki.

Riki menatap samar gadis tersebut, ternyata itu bukan Bella melainkan Anjani-Mantan pacarnya. Mengapa gadis itu bisa berada di sini???

Dokter dan suster yang berjaga segera datang memeriksa kondisi Riki, selain itu ada Mamanya Riki yang juga berada di sana.

Setelah melihat dokter dan suster yang memeriksanya baru lah Riki sadar bahwa dia berada di rumah sakit.

"Gimana dok kondisi anak saya?" Tanya Mama Riki yang terlihat senang melihat anaknya sudah membuka mata.

"Saat ini kondisi anak ibu sudah membaik namun masih sangat sulit baginya untuk berkomunikasi maupun bergerak. Untuk itu kami akan adakan terapi untuk berjalan dan berbicara setelah kondisi anak ibu benar-benar sudah pulih."

"Baik dok terima kasih banyak."

"Kalo begitu saya tinggal dulu, jangan berbicara atau bertanya macam-macam dulu karena kondisinya belum sepenuhnya pulih."

Mama Riki memandang anaknya yang sudah 7 hari terbaring tak sadarkan diri kini sudah bisa membuka matanya.

"Riki sayang anak mama. Terima kasih kamu udah kuat, nak." Mama Riki menangis dan mencium punggung tangan Riki.

Riki tidak bisa merespon apa-apa, Ia hanya bisa melihat dan mendengar Mamanya menangis. Riki tidak tahu harus senang apa sedih.

Saat dirinya masih sehat mengapa sulit sekali bertemu dengan orang tuanya karena mereka sibuk kerja.

Apa Riki harus kecelakaan dulu baru mereka bisa bertemu??

"Kamu udah 7 hari koma, Rik. Mama yakin kamu pasti bakal sembuh dan dugaan mama benar. Anak mama kan kuat, Riki pasti bisa ngelewatin semua ini." Mama Riki mengelus rambut Riki.

Anjani di sebelahnya ikut menangis terharu.

"Mama mau telepon papa dan echa dulu. Mereka pasti seneng denger kabar ini." Mama Riki berdiri dari duduknya.

"Anjani, tolong temani Riki dulu yaa tante mau telepon om dan echa dulu."

"Iya, siap tante."

Sepeninggal Mama Riki, Anjani duduk dan memandang Riki yang kini juga menatapnya.

"Hai, Rik. Long time no see. Kamu pasti kaget ya aku disini. 3 hari lalu aku ke rumah sakit nemenin temanku terus gak sengaja ketemu Mama kamu. Jujur aku kaget dan sedih pas tau keadaan kamu saat itu." Anjani meneteskan air matanya.

"Maaf kita ketemu di saat kondisi kamu seperti ini. Aku minta maaf ya rik atas kesalahanku yang dulu. Aku tau kamu gak bisa lupa dengan kejadian itu tapi aku bener-bener khilaf saat itu." Riki memalingkan wajahnya enggan menatap gadis di sebelahnya.

Hi, Stranger! • 04L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang