13. Malu pengen out bumii

67 31 3
                                    

"Tidak akan pergi sesuatu yang indah, kecuali digantikan dengan yang lebih indah."

˚ෆ:♫˚.✧

"Semangat yaa. Kita ujian dulu nanti selesai ujian kita kesana bareng² okei?" Yang di semangati mengangguk mendengar penuturan dari temannya itu.

Suasana hari ini begitu berbeda dari biasanya, membuat Aira dkk rasanya canggung untuk sekedar bercanda seperti biasanya.

Ujian telah selesai, yang biasanya akan ada gurauan setelah keluar ruangan kali ini berbeda bahkan senyuman pun tak terlihat di bibir merek masing-masing. Saat ini mereka hendak pulang dan kumpul kembali di kediaman Aira, karena rumah Aira lah yang jaraknya lumayan dekat dari tujuan mereka saat ini.

"Udah kumpul semua belum?" tanya Alya yang baru saja tiba di kediaman keluarga Abraham.

"Belum nih Al, tinggal Radit sama Bagus." sahut Caca membuat Alya mengangguk kan kepalanya.

"Lama banget tu dua curut, tinggal aja apa ya?" Usul Mila, saat ini semua orang sedang menatap Mila.

"Fiks tinggal aja, ntar kabarin lewat chat aja daripada kelamaan gini." mutlak Aira membuat temannya mengangguk setuju dan mulai memasuki mobil Aira dan Raka.

Mereka berangkat menggunakan mobil karena lebih safety, mobil Aira di kemudikan oleh Alya alasannya tentu saja karena Aira tidak dibolehkan sembarangan menggunakan mobil oleh Clarissa karena Aira itu suka nekat anaknya.

"Woi! lama banget lu semua!" Suara Radit membuat teman-teman nya yang baru saja tiba terkejut melihat Radit dan Bagus ternyata sudah sampai di lokasi.

"Tai lu dit, malah ninggalin. Untung kita semua ga nungguin lu berdua, bisa lumutan kita kalo nungguin lu berdua." Sembur Alya, Radit hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"kalo mau duluan lain kali kabarin dulu dit." ucap Aira dan Radit hanya nyengir dengan watadosnya.

"udah ayo masuk cepetan."

"hikss bilang sama gua kalo ini mimpi Ai, ini mimpikan ini mimpii," lirih Nia di pelukan Aira.

"Ka egi ga mungkin ninggalin gua kan Mil, gamungkin." Mila yang berada di samping Nia hanya bisa mengusap punggung Nia harap-harap bisa sedikit meredakan rasa cemasnya.

"Va tolong bangunin ka Egi vaaa,"

"Ka Egi jangan tinggalin Niaa, Nia sendirian Nia gabisa tanpa ka Egi!" jeritan pilu yang tertahan dari Nia membuat teman-teman nya tak tega melihat Nia yang biasanya selalu cerita tiba-tiba menangis tersedu-sedu seperti inii.

"Yang sabar ya sayang, kamu harus ikhlasin anak mamaa ya biar dia tenang disana," Mama Egi mengambil alih Nia mencoba untuk menenangkan gadis tersebut.

"Tapi maa, ka Egi pergi buat ninggalin kita selamanya maa. ka Egi pernah janji buat selalu ada tapi kenapa sekarang malah ninggalin aku maa."

"sssttt gapapaa, kita jalanin bareng-bareng ya sayang. Meskipun Egi sudah tidak ada kamu tetep jadi anak mamaa." Ujar Mama Egi membuat air mata Nia semakin deras. Nia merasa beruntung sekali mengenal sosok ibu dari sang kekasih yang sangat baik bak ibu kandung sendiri.

"Nia sayang ka Egi m-ma." ucap Nia tersedu-sedu.

"Iya mama tau sayang, jangan di tangisin lagi yaa. Nanti mempersulit ka Egi kalo kita nangis terus." Nia hanya bisa mengangguk sembari meredakan isak tangisnya.

***

"Udah ni, jangan nangis terus ntar mata lu ilang kelamaan nangis."

plak!

THEY'R AIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang