4. A Drug

3.7K 135 0
                                    

Happy reading ✨

“Perkenalkan. Saya Aaron Ryan Barnard, senang bisa mengenalmu, nona Freya Kimberly!”

Mata Freya membulat sempurna. “Kau tahu namaku?”

“Bagaimana bisa aku tidak mengetahui nama kekasihku sendiri?” tanya Aaron.

Plak!

Freya benar-benar menampar Aaron. Napasnya terengah karena marah, ia tidak tahu lagi informasi apa saja yang pria ini ketahui tentangnya. Ini terlalu berbahaya, bagaimana jika Aaron tahu tentang hal pribadinya?

“Lepaskan aku!”

Freya kembali memberontak, ia memukul dan menarik kemeja Aaron agar bisa terlepas dari pelukannya. Kedua kakinya mencoba untuk mendorong tubuhnya agar bisa terlepas dari Aaron, tapi hasilnya nihil. Aaron terlalu kuat.

Aaron tersenyum smirk, ia semakin mengeratkan pelukannya ketika Freya memberontak. Tubuh Freya kecil, mau sekeras apapun dia memberontak tidak akan bisa.

“Sebentar lagi kita akan sampai. Baby girl,” ujar Aaron menyelinapkan anak rambut milik Freya.

Freya menepis tangan Aaron. Ia malah semakin menangis sesenggukan, ia tidak mau ada di posisinya saat ini. “Aku tidak mau! Kenapa kau tidak mengerti?!”

Freya terus memukul dada bidang Aaron dengan terus menangis, walau tahu usahanya akan sia-sia. Demi apapun ia tidak berniat dekat dengan pria psikopat seperti Aaron. 

Aaron berdecak kesal, karena gadisnya terus saja memberontak minta di lepas. Ternyata, Freya bukan gadis yang mudah menyerah. Untuk apa Aaron melepasnya? Ia sudah bergerak jauh untuk bisa menemui gadis yang ada di mimpinya. Tidak akan ia biarkan.

“Hei! Dengarkan aku,”

Aaron mencoba bersabar, jangan sampai ia melukai gadisnya. Ia memegang kedua pipi Freya kuat, mengamati wajahnya yang cantik namun penuh dengan air mata ketakutan. Ia menatapnya lebih dalam, mencoba mengetahui apa penyebabnya.

“Kau tidak perlu merasa tidak berdaya,”

“Saat bersamaku kau akan merasa bebas. Tenanglah, aku akan bersama mu, aku janji.”

Freya menatap mata Aaron dengan diam, ia melihat kesungguhan di dalam matanya. Tidak ada kebohongan, Aaron mengucapkan itu dengan penuh cinta dan tanggung jawab. Tapi lagi-lagi Freya meragukannya. Bagaimana caranya bisa percaya dengan orang yang baru ia temui selama 24 jam?

“Tuan, kita sudah sampai.”

Kalimat Aiden membuyarkan lamunan Freya, ia melepas kedua tangan yang menempel pada pipinya. Ia memilih untuk membuang muka.

“Kita sudah sampai,” bisik Aaron tepat di telinga kiri Freya.

Freya menatap tajam Aaron. Ia mendorong wajahnya agar tidak terlalu berdekatan dengannya, “Jangan harap!” cegahnya saat tahu Aaron ingin menciumnya.

“Yes, baby girl!”

Aaron mengurungkan niatnya karena ketahuan. Ia membuka pintu mobil dengan Freya yang masih berada di dalam gendongan koalanya. Sedangkan Freya, mungkin terlihat diam tapi sebenarnya ia sedang memikirkan cara untuk kabur.

“Zarco. Aku ada tugas untukmu,” pesan Aaron kepada salah satu anak buahnya.

“I-iya tuan,” balas Zarco dengan sedikit menunduk.

“Biasakan untuk berdiri tegak. Aku tidak menerima orang penakut!” Aaron menatap tajam Zarco, lalu mengedarkan pandangannya.

“Baiklah, berikan aku obat pe— ARGHH!”

Freya menjatuhkan dirinya di tanah, berusaha untuk bangkit dan mendorong tubuh Aaron. Ia bergerak pergi melarikan diri. Tidak peduli, ia pergi ke arah mana yang penting ia harus lari, sekuat tenaga walau dengan berteriak minta tolong.

Dream Of 31 Days || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang