11. She Is Mine!

4.2K 121 2
                                        

KOMENTARNYA DI TUNGGU YA!

APAPUN KOMENT DARI KALIAN SAAT BERGUNA UNTUKKU.

Happy reading

Aaron membuka matanya, mencoba meraba-raba kasur di sebelahnya yang sudah tidak ada lagi gadisnya. Dengan mata menyipit ia bisa menangkap dimana Freya yang ternyata sedang berdiri tegak membelakanginya dengan jarak yang cukup jauh, entah sedang apa. Ia duduk untuk mengumpulkan nyawanya. Setelah cukup sadar, ia berjalan mendekati Freya dan langsung memeluknya dari belakang.

Freya yang tengah merapikan baju di almari pun tersentak, ia merasakan tubuhnya yang berat karena Aaron menaruh kepala di bahunya, juga kedua tangan yang melingkar sempurna di pinggangnya. Ia mengusapnya pelan, tidak tahu apa yang harus dibicarakan.

“Maaf,” ucap Aaron membuka pembicaraan.

Freya menghela napasnya, ia membalikan tubuhnya dan membalas pelukannya erat. “Akupun,”

“Seharusnya aku tidak mengungkit masa lalu kita,” sesal Freya.

“Bahkan aku tidak mengingat apapun yang terjadi malam itu. Bagiamana aku bisa menyalahkan mu?” lanjutnya memejamkan mata.

Aaron merenganggkan pelukkannya, ia mengusap pipi Freya lembut. Apa sungguh, gadisnya tidak mengingat apapun yang terjadi pada malam itu?

Sungguh?

Ternyata obatnya begitu kuat.

Aaron mengalihkan perhatiannya pada jas hitam dibelakang gadisnya.

“Oh, ini ada jas yang Aiden berikan. Katanya akan ada rapat pagi ini,” ucap Freya mengerti tatapan Aaron.

“Hanya satu?” tanya Aaron mengambil jasnya.

Freya mengerutkan keningnya. “Tentu. Memang kau akan rapat berapa kali untuk hari ini?”

Aaron menurunkan jasnya, ia mencubit pipi gadisnya gemas. “Hanya satu pertemuan. Tapi maksudku bukan itu, aku menyuruh Aiden untuk membelikan dress juga,”

“Untukku?”

“Siapa lagi jika bukan kau, hmm?”

“Tapi untuk apa Aaron? Aku tidak memerlukannya,”

“Aku akan mengajakmu untuk meeting bersama. Jadi aku membelikanmu,” jelas Aaron.

“Sungguh? Tapi bagaimana jika aku menganggumu?” tanya Freya panik.

“Tidak. Klienku kali ini cukup baik, dia temanku. Kami sudah menjalin kerjasama sejak lama,” balas Aaron memeluk tubuh mungil gadisnya.

“Kau sudah mandi?”

“Sudah Aaron,”

“Kau wangi sekali,” sebut Aaron menciumi puncak kepala Freya.

Freya mendorong pelan tubuh besar Aaron. “Cepatlah mandi. Kau bangun terlalu lama,”

“Kiss,” minta Aaron menunjuk pipinya.

“Hah?”

Aaron berdecak gemas, ia mengangkat wajah gadisnya. Mencium pipi hingga ke bibir ranumnya dengan ganas. Barulah ia melepas pangutannya ketika Freya sudah kehabisan napas.

“Aaron!” pekik Freya tertahan.

Pelaku utamanya malah pergi ke toilet. Freya mencoba untuk mengendalikan degup jantungnya yang terasa kencang. Pengelihatannya teralih saat mendengar suara ketukan pintu. Dengan langkah pelan ia membuka pintu.

Dream Of 31 Days || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang