Bagian 1

7.8K 1.2K 152
                                    

Semoga cerita ini bisa sampai tamat yaa! Walaupun aku juga belum kepikiran endingnya mau gimana hehe

Happy reading!

****

Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an terdengar saat Guntur melangkahkan kaki masuk ke dalam sebuah gang, ia sudah tahu darimana suara itu berasal, tak pakai lama, Guntur mempercepat langkahnya mendekati suara tersebut.

Ia berdiri di depan pagar rumah, tepat di depan matanya ia melihat segerombol anak muda yang tengah mengaji bersama, dan mata Guntur terpaku pada pemuda yang berada di tengah antara segerombol anak muda.

Guntur mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam, ia memilih untuk diam ditempat seraya memperhatikan pandangan menyejukan yang berada dihadapannya ini. Sampai akhirnya, salah satu anak remaja itu menyadari keberadaan Guntur.

"Ustad, Bapak itu siapa?"

Ammar melihat ke arah yang ditunjuk oleh muridnya, "sebentar ya, adik-adik." Lalu Ammar beranjak mendekati pria itu, "Pak Guntur?"

"Assalamualaikum Ustad Ammar."

"Waalaikumussalam, silakan masuk, Pak."

Ammar membuka pagar rumah, lalu mempersilakan Guntur masuk ke dalam. "Mohon maaf sebelumnya, Pak. Pengajiannya baru selesai sekitar 30 menit lagi."

"Tidak apa-apa, Ustad. Saya bisa menunggu."

"Kalau begitu, silakan Pak Guntur menunggu di ruang tamu saja."

"Tidak apa-apa, saya menunggu di teras saja, sembaring melihat anak-anak mengaji."

Ammar mengangguk, ia masuk ke dalam mengambil minum untuk Guntur, tak berapa lama kemudian ia kembali, "silakan diminum, Pak. Saya izin lanjut mengajar adik-adik sebentar."

"Terima kasih, Ustad."

Ammar kembali melanjutkan kegiatannya bersama murid-muridnya, selesai membaca Al-Qur'an bersama, Ammar membacakan sebuah kitab pada mereka semua, sedangkan mereka semua menyimak perkataan Ammar. Dan 30 menit kemudian kegiatan selesai, mereka semua pamit pulang. Barulah Ammar kembali kepada Guntur.

"Mohon maaf membuat Pak Guntur menunggu lama, kalau begitu mari masuk ke dalam, Pak." Lebih baik mereka berbincang di ruang tamu daripada di teras rumah, kan?

"Saya yang harusnya minta maaf sama Ustad karena saya mengganggu waktu Ustad mengajar."

"Tidak apa-apa, Pak. Kemarin, kan, saya yang meminta Pak Guntur untuk datang di malam Jumat saja."

"Ustad tinggal sendirian atau mungkin ada kerabat?" Tanya Guntur saat matanya melihat sebuah foto keluarga yang terpajang di dinding ruang tamu.

Ammar tahu jika Guntur melihat foto keluarganya, "iya, Pak. Saya tinggal sendirian. Tadinya saya tinggal bersama kedua orang tua saya dan adik saya, tapi 3 tahun yang lalu mereka meninggal dunia."

"Innalillahi, mereka meninggal dunia?"

Ammar mengangguk, "saat kedua orang tua saya ingin mengantarkan adik saya ke Pesantren, mereka mengalami kecelakaan tunggal."

"Saya turut berduka cita, Ustad."

"Tidak apa-apa, Pak. Sudah 3 tahun berlalu. Omong-omong, ada apa Pak Guntur menemui saya?"

"Jadi maksud kedatangan saya kesini karena ada suatu hal yang ingin saya bicarakan, Ustad."

"Sebelumnya maaf Pak Guntur, saya merasa tidak pantas dipanggil Ustad oleh Pak Guntur, umur saya masih 25 tahun, cukup panggil nama. Ammar."

NirwanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang