Bagian 8

5.6K 937 1.3K
                                    

Maaf kalau Nirwana slow update, taukan karena apa? Karena pembaca gelap🙏🏻

Inipun belum tembus target tapi tetep ku update karena tak tega sama readers yang udah vote comment dan nungguin update-an hehe

Happy reading!

****

Hari Senin, Ammar mengantar Ayra ke kampus menggunakan motor. Selama di perjalanan mereka tak membuka percakapan, sampai akhirnya mereka sudah dekat dengan kampus.

"Turunin gue di sini aja, gak perlu sampe depan kampus." Ucap Ayra.

"Kenapa?"

"Gue bilang, turunin gue di sini, Ammar!"

Ammar berhenti di pinggir trotoar, Ayra pun segera turun dan menyerahkan helm yang ia gunakan pada Ammar, "lo gak perlu jemput gue, biar gue pulang bareng Sani." Setelah mengucapkan itu, Ayra berlalu dari hadapan Ammar.

Ammar masih diam di tempatnya, memastikan jika Ayra sudah masuk ke dalam kampusnya, barulah ia berlalu dari sana dan menuju tempat acara yang mengundangnya.

****

Pukul 2 siang, kelas Ayra telah selesai. Ayra sudah mengatakan pada Sani jika hari ini ia ingin pulang bersama Sani, dan Sani pun tak merasa keberatan.

Saat mereka masuk mobil, Sani bertanya, "jadi gimana malem pertamanya, Ra?" Goda Sani.

"Malem pertama apaan? Najis gue disentuh-sentuh sama cowok kampung itu."

"Kok najis? Secara fisik dia ganteng, Ra. Malah ya, gantengan Ammar daripada Devan. Kalau Devan kan kayak orang Korea, tapi muka suami lo lebih ke orang Arab. Alisnya tebel, idungnya mancung, bibirnya pink-pink gitu, bulu matanya lentik, rambutnya item lebat, cocok buat di jambak-jambak."

"Tai lo." Kesal Ayra yang dibalas tertawa oleh Sani, ia senang menggoda Ayra seperti ini.

Sani menjalankan mobilnya, saat mereka keluar kampus, Sani melihat adanya Ammar di pinggir trotoar jalan.

"Ra, itu bukannya suami lo?" Sani menunjuk Ammar yang tengah celingak-celinguk melihat ke arah dalam kampus.

"Ck, ngapain sih tuh orang? Udah gue bilang gak usah jemput."

"Lo gak mau pulang sama suami lo aja, Ra? Kasian dia udah nunggu."

"Biarin lah, dianya ngeyel. Anter gue ke rumah Papa aja, San."

Sebenarnya Sani tak tega melihat Ammar, mengapa sahabatnya ini tidak punya hati pada suaminya sendiri? Mau tak mau Sani mengikuti perkataan Ayra untuk mengantar Ayra ke rumah orang tuanya.

****

Ammar datang ke rumah Guntur untuk menjemput Ayra, karena ia mendapat telepon dari Dania jika istrinya itu berada di sini. Saat ia masuk ke dalam, ia di sambut oleh Dania.

"Nak, Ayra ada di kamar, kamu naik aja ke atas ya."

Ammar mengangguk, "iya, Bu." Pria itu menuju kamar Ayra, ia mengetuk pintu kamar terlebih dahulu sebelum masuk. Rupanya Ayra tengah tidur nyenyak.

Ammar duduk di tepi ranjang, menatap istrinya yang tengah tertidur memeluk guling, terlihat Ayra tertidur sangat pulas karena suhu kamar ini sangat sejuk. Ammar menatap dinding kamar Ayra, dimana adanya AC yang menempel, lalu kembali menatap Ayra.

"Maaf, saya belum bisa membelikan kamu AC, tapi saya akan berusaha mendapatkan banyak uang untuk membelikan kamu AC."

Ammar beranjak keluar kamar, ia tak ingin mengganggu Ayra yang tengah tidur nyenyak. Ia pun turun ke bawah, menghampiri Dania yang tengah bersantai di ruang keluarga.

NirwanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang