Teman-teman, maaf sekali Nirwana jarang update :(
Coba kalian pilih deh:
A. Hiatus berbulan-bulan, tapi nanti update rutin
B. Update sebulan sekali
Silakan dipilih yaa, aku belum bisa update rutin Nirwana sekarang karena lagi nyelesaiin nulis Atharrazka 3: Zyana dulu :')
****
Selesai shalat Isya, Ayra belajar mengaji bersama Ammar hingga pukul 9 malam. Sudah satu bulan mereka tinggal bersama, sikap Ayra sudah jauh lebih baik pada Ammar. Setiap malam Ayra selalu belajar mengaji bersama Ammar, dan saat ini Ayra sudah iqra 5, sungguh perkembangan yang baik dan cepat.
"Ayahmu bilang, kamu ingin melanjutkan S2 di Australia, Ra?" Tanya Ammar.
Ayra mengangguk, "lo izinin, kan?"
"Jika itu yang terbaik untuk kamu, saya akan mengizinkan. Tujuanmu baik, melanjutkan pendidikan setinggi mungkin."
"By the way, gue udah lama gak ketemu temen-temen gue, boleh gak kalau besok gue ketemu sama temen-temen gue?"
"Teman yang mana?" Tanya Ammar.
"Tania sama Sani, yang waktu itu hadir di pernikahan kita."
"Hanya mereka, kan?"
"Iya."
"Boleh, tapi batasnya jam 7 malam sudah ada di rumah, bisa?"
"Kok jam 7? Jam 9 deh ya," tawar Ayra.
"Jam 7 atau jam 6?" Tanya Ammar.
"Jam 8 aja gimana? Please."
"Jam 7 atau tidak saya berikan izin?"
Ayra menghela napas, "yaudah jam 7, tapi gue berangkat dari jam 11 siang!" Sebalnya, ia melepaskan mukena, menggantungnya lalu berbaring di ranjang.
Ammar memggeleng kecil, ia pun melipat sajadah dan keluar kamar, sepertinya Ammar akan membuat materi ceramah untuk acara esok sore.
Ammar sudah kembali mengajar les setiap Senin sampai Jumat, ia menggunakan transportasi umum karena jarak dari rumah hingga tempat ia mengajar hanya sekali menaiki bis umum. Sedangkan untuk mengisi acara, Ammar mengambil undangan yang bisa menjemputnya saja.
Yah, untuk sementara waktu saja, Ammar juga sedang menabung untuk membeli sepeda motor.
****
Pukul 11 siang, Ayra dijemput oleh Tania di depan gang, ia tak ingin Tania masuk ke dalam gang karena Ayra masih merasa malu dan gengsi jika temannya mengetahui tempat tinggalnya yang jauh berbeda dari tempat tinggalnya dulu.
"Hai, sorry, Tan. Lo kelamaan nunggu, ya?" Ayra masuk dan memeluk singkat tubuh Tania.
"Rumah lo jauh banget dari gang, Ra?"
"Ah, iya. Lumayan jauh, makanya lama." Alibi Ayra.
"Kita langsung makan siang di Mal aja ya, Ra. Udah mau masuk jam makan siang juga nih."
"Terserah lo, Tan. Eh, Sani mana? Gak ikut?"
"Katanya dia nyusul, soalnya dia masih di rumah sepupunya."
Mereka pun menuju salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, saat tiba, langsung menuju restoran untuk makan siang. Setelah makan, mereka berkeliling mencari baju. Karena terlalu asik mencari baju, tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, Ayra teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana
SpiritualPernikahan rahasia antara seorang laki-laki biasa dan gadis kaya, pernikahan yang dimulai karena keinginan dari orang tua si gadis. Ammar Alfatih, pria tampan berusia 25 tahun yang hidup sendirian, setiap harinya menghadiri acara yang mengundangnya...