Bagian 7

5.7K 962 2K
                                    

Kayaknya vote 2K belum bisa ya? Yaudah aku minta 1K votes dan 2K comments :)

****

Ammar membuka pagar rumahnya, lalu ia masuk lebih dulu dengan menarik 3 koper milik Ayra, saat ia menoleh, ternyata Ayra masih berdiri di depan rumah.

"Ayra, ayo masuk."

Ayra masuk ke dalam, ia menunggu Ammar membuka pintu, lalu mengikuti langkah Ammar masuk ke dalam rumah. Suara kerincing kalung kucing terdengar, seekor kucing berlari ke arah Ammar, membuat Ayra memekik.

"Aaa kucing!" Ayra menjauh dari Ammar, dirinya takut dengan kucing.

Ammar melirik sekilas Ayra, lalu membawa kucingnya ke dalam, memasukannya ke kandang dan menyiapkan makanan juga minuman untuk kucingnya. Ammar mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum kembali menghampiri Ayra.

"Lo kok gak bilang kalau lo punya kucing? Gue gak suka sama kucing."

"Apa yang kamu gak sukai dari hewan kesayangan Rasulullah?"

"Dia suka nyakar, gue gak suka."

"Muez gak galak, dia gak akan menyakar kamu, karena saya selalu memotong kukunya. Nanti kamu juga akan terbiasa dengan Muez."

Ammar kembali menarik koper Ayra menuju kamarnya, lalu ia membuka pintu kamar, "ayo masuk." Ayra mengikuti, ia menatap seisi kamar, "ini kamar lo?"

"Hm, mulai saat ini sudah menjadi kamar kita."

"Kecil banget, ini kayak kamar mandi di kamar gue, lo gak ada kamar lain? Gue mau tidur di kamar lain aja."

"Ada 1 kamar, dulunya ditempati Ibu dan Bapak saya. Sudah 3 tahun kosong dan saya jadikan tempat ibadah. Jadi kamu tidak bisa menempati kamar itu."

"Saya sudah mengosongkan sisi lemari untuk kamu meletakkan pakaian kamu."

Ayra menatap lemari Ammar, lalu mengangkat satu alisnya, "lemari sekecil ini untuk berdua? Mana muat, baju gue ada dua koper!"

"Mulai sekarang kamu hanya boleh memakai rok, gamis, dan dress yang tidak membentuk lekuk tubuh. Jadi simpan saja semua pakaian ketat dan kurang bahanmu itu."

Ammar membuka sisi lemari yang ia kosongkan, "kamu akalin gimana caranya agar pakaianmu muat diletakkan di sini." Setelah itu Ammar keluar kamar, membiarkan Ayra memiliki waktu sendiri.

Sedangkan Ayra terus menggerutu, ia membuka kopernya lalu memilah-milih pakaian yang akan ia masukan ke dalam lemari untuk ia gunakan sehari-hari. Sisanya hanya ia simpan di koper.

"Ah, gerah banget." Ayra merasa kepanasan, ia pun membuka kerudungnya dan jaketnya tanpa rasa canggung ataupun takut jikalau tiba-tiba Ammar masuk ke kamar.

****

"Ammar."

"Astaghfirullahaladziim."

Ammar terkejut karena tiba-tiba Ayra menghampirinya dengan hanya memakai kaos lengan pendek dan celana selutut. Baru pertama kali Ammar melihat penampilan Ayra seperti ini.

"Gue laper." Keluh Ayra seraya mengusap perutnya.

"Ka—kamu tunggu meja makan, sebentar lagi makanannya matang."

Ayra berdecak, ia pun berlalu menuju meja makan, sedangkan Ammar melanjutkan memasaknya. Tak sampai 5 menit, makanan telah matang, Ammar membawa lauk pauk yang telah ia masak ke meja makan, menghidangkannya di depan Ayra.

"Silakan makan."

"Telor kentang balado? Ammar, nasi ini udah karbohidrat, kentang juga karbohidrat. Lo mau bikin gue gendut?" Protes Ayra.

NirwanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang