Eps. 2

20 7 0
                                    

Jatuh tenggelam di tengah kegelapan, huh... kegelapan... kegelapan... dan kegelapan... aku bosan mendengar kata-kata itu! Dan aku bosan tinggal di sana! Jadi aku mulai berteriak dan meninju kegelapan yang berakhir memecahkan kegelapan, ya pastinya aku kaget karena di luar kegelapan masih ada yang lain... yaitu pilihan, kata "pilihan" selalu membuat aku hancur dan bingung, karena kita harus memilih salah satu dari keduanya atau lebih, apapun yang kita pilih pasti ada resikonya, ya begitulah kehidupan, kita sudah berhasil memecahkan 1 masalah malah muncul 1 lagi...

"Iza.. bangun... sudah pagi..." ucap ibuku.

Aku membalikkan tubuhku dan berkata. "I..iya bu" ucapku dengan nada malas.

"Kalau tidak mau sekolah ya sudah, tapi si Shiya sudah nunggu loh diruang tamu." ucap ibu.

"S..Shiya!? Kenapa masih ada dia!?" Tanyaku dengan nada ketus.

"Sudah.. sudah.. cepat mandi sana sebelum dia ninggalin kamu duluan." ucap ibu.

"Iye.. iye.." ucapku sambil turun dari ranjang.

Ya seperti anak-anak sekolah pada umumnya mandi, ganti baju, dan mengemasi buku semua ini sudah menjadi kebiasaanku jadi bukanlah hal baru...

Setelah semuanya siap aku berjalan keruang tamu dan terlihat seorang gadis manis duduk dengan rambut bewarna pink, aku bertanya pada shiya.

"Hi.. yo berangkat." ucapku sambil keluar lewat pintu.

"Tunggu.." ucap Shiya secara mendadak.

"Hmm?" Dehemku.

"Apakah kamu tidak menyapaku kek? Atau apa gitu?" Tanya shiya.

Aku melipat tanganku dan bertanya. "Emang kamu siapa aku?" tanyaku.

"Uhh.. baiklah ayo kita berangkat." ucap Shiya.

Aku berjalan membelakangi Shiya, ya biasanya orang-orang pada memakai motor sih namun didekat rumahku ada halte bus jadi kami bisa memakai bus agar lebih hemat uang.

Setelah sesampainya disekolah aku bertanya pada Shiya.

"Kamu dah berapa lama sekolah disini?" tanyaku.

"Baru." ucap Shiya dengan singkat padat dan jelas.

"Oh, tau ga dimana kelas mu?" tanyaku .

"Sama denganmu." ucap Shiya.

"Oh, yaudah langsung aja masuk soalnya bel dah bunyi." ucapku.

Ditengah kami akan memasuki kelas ada entitas tak dikenal mengatakan sesuatu padaku.

Ia menepuk bahuku sambil mengatakan. "Ciee.. punya cewek... cakep lagi tuh, udah itu imut dan sepertinya sifatnya introvet." ucapnya.

Seketika emosiku menggelojak dan mengatakan tanpa sadar. "Weh anji*** lu diem ya kalau ga gua bunuh juga lu ditempat." ujarku.

"Wow.. wow.. santay, yaudah aku duluan dulu ya." ucapnya.

"Ye." ujarku.

Ya pastinya kita juga punya teman ekstrovet seperti itu, teman-teman seperti itu memang tidak nyaman untuk kita dekati karena sangat susah untuk mempercayai mereka namun ya mau bagaimana lagi, namanya saja "teman"

Dan secara kebetulan aku masuk bertepatan dengan guru masuk, aku duduk dipaling depan dan apesnya lagi kursi disampingku itu kosong dan 89% kemungkinan shiya akan duduk disampingku, dan kini sementara shiya duduk disampingku selagi menunggu guru memanggilnya untuk pengenalan diri.

"Oke anak-anak yang diluar sihlakan masuk karna bel sudah berbunyi." ucap guru.

"Ya baik selamat pagi semuanya bagaimana kabar kalian." tanya guru.

"Baik bu." ujar sekelas

"Oke syukurlah, dan kebetulan kita kedatangan murid baru dan hebatnya murid baru ini dari luar negri, ya sihlakan Shiya." ucap guru.

Shiya berdiri dari kursinya dan memperkenalkan diri

"Ya selam-" saat Shiya akan memperkenalkan dirinya mendadak guru itu menyanyakan sesuatu.

"Maaf shiya, apakah disekolah sebelumnya rok kamu sependek itu?" tanya guru.

"Umm.... maaf bu aku baru pertama sekali sekolah diindonesia jadi aku belum membeli baju." ucap Shiya.

"Hmm... tidak apa-apa sekolah disini memang juga pendek kok karna sekolah ini juga sekolah elite dan kebetulan perempuan-perempuan yang non muslim bebas memakai rok pendek atau panjang dan apakah kamu non muslim?" tanya guru.

"Iya bu." ucap Shiya.

"Okey tidak apa-apa, kamu juga bebas kok mau memakai baju apapun kesekolah sama seperti murid-murid disini." ucap guru.

"Baik bu terimakasih atas informasinya... dan izinkan saya untuk memperkenalkan diri." ucap Shiya sambil memberi hormat gaya jepang.

"Oh iya sihlakan-sihlakan." ucap guru.

"Perkenalkan nama saya ShikumaShiya, dan asal saya dari jepang, dan salam kenal untuk teman-teman semua." ucap shiya sambil memberi hormat gaya jepang.

"Oke shiya terimakasih sihlakan duduk disamping fyizan" ucap guru.

Seketika aku yang lagi mengantuk seketika hilang dan protes. "B..bu t..tapi!"

"Maaf Fyizan kamu tak bisa membantah guru atau tidak penggaris ini melayang ke kepala mu." ucap guru.

"I ..iya bu." ujarku dengan pasrah.

Saat melihat Shiya duduk tepat disampingku seketika tatapan-tatapan preman sekolah seperti mengeluarkan hawa-hawa negatif yang membuatku pasrah, tapi kenapa harus takut sama mereka kan aku dan dia juga sama-sama makan nasi tapi yasudalah.

Saat aku melihat Shiya aku sedikit gugup karena Shiya mengundang hawa nafsu, ya pastinya dikarnakan ia mengenakan rok sekolah jepang jadi itu bisa mengundang hawa nafsu mau bagaimanapun sepertinya aku harus melindungi shiya...

Setelah jam pelajaran  berlalu dan memasuki jam istirahat.

Saat akua keluar dari kelas tiba-tiba aku dihadang oleh preman-preman sekolah itu. "Wow.. beruntung sekali kamu ya fyizan duduk disamping gadis manis seperti dia kamu tidak berhak untuk dia!" Ucap preman sok kuat itu.

"Tidak dia pantas..." ucap Shiya dengan tatapan sinis.

Ucapan Shiya pasti membuat keadaan semakin memanas yang membuat nyawaku semakin terancam sebelum ia mengatakan.

"Justru kalian yang tak pantas dekat denganku, dan kalian tidak tahu apa-apa tentangku jadi kalian jangan mengancam fyizan atau aku yang akan mengancam kalian." ucap Shiya.

Ya pastinya preman-preman itu pergi dengan wajah kesal.

"Shiya kenapa kamu mengatakan itu padaku?" tanyaku.

"Kamu diam saja, oh ya ibumu menyuruhku memberi surat ini padamu" ucap shiya.

"Apa itu?" Tanyaku sambil mengambil surat yang diberikan shiya.

Tertulis disurat itu : "nak, jagain shiya ya takutnya Shiya terlalu mengundang hawa nafsu yang akhirnya Shiya di lecehkan, jadi jangan sampai shiya diapa-apakan oleh orang lain dan ini adalah permintaan orang tua Shiya, orang tua Shiya sedang sibuk dijepang jadi shiya hanya 1 bulan sekolah diindonesia, dan ibu dengar orang tua Shiya akan membawamu juga kejepang"

Seketika aku terdiam dan melipat kertas itu, aku mengerti kenapa shiya seperti dekat denganku karena ia menganggapku seperti pelindungnya, mungkin orang tua shiya mempercayaiku karna sifat introvetku, namun, sepertinya bukan. ya aku bingung juga kenapa orang tua shiya mempercayaiku untuk menjaga anaknya, namun yasudahlah ada untungnya juga menjaga shiya....

Cahaya Dan Kata (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang