Tujuh : Selepas Pulang Sekolah

75 10 1
                                    

Hyunjin menggeram, karena kelas sang pacar dan Chan belum pulang juga. Biasalah, satu kelas mendapat hukuman makanya agak ngaret dikit.

Ia tadinya duduk di depan kelas Lino dan Chan, tapi perhatiannya tertuju pada seorang lelaki dan perempuan masuk ke dalam kelas yang sudah tidak ada orang.

"Oh mereka yang punya kelas" awalnya ia berpikiran seperti itu, namun kedua pelajar tersebut tidak kunjung keluar kelas.

"Jangan jangan, itu tadi bukan orang?" gumamnya, namun ia tepis pikiran buruk itu "tapi tadi kakinya napak tanah"

Ditujulah kelas tersebut, soalnya menurut Hyunjin dikit mencurigakan. Dua murid lawan jenis tengah memojok dan Hyunjin melihat secara jelas jika.. keduanya tengah berciuman.

Ia menutup mulutnya rapat rapat, kalau saja kelepasan menjerit, bisa bisa ia ketahuan tengah mengintip. Ia menyadari jika setiap kelas terdapat ruang cctv. Nekat sekali keduanya.

Hyunjin tak cukup bodoh untuk melihat situasi, si perempuan terligat enggan dan berbanding terbalik dengan di lelaki. Ia menyimpulkan jika ini pelecehan. Kalaupun mereka ingin yang iya iya, harusnya si perempuan itu tidak menangis dan memberontak bukan?

Ia bimbang, tolong gadis itu atau malah membiarkan mereka melakukan tindakan lebih jauh lagi.

"Samuel, sekolah lo bener bener udah kayak neraka. Sarang maksiat"

"Lebih baik, gue tolong aja"

Gak perlu ambil waktu lama lagi, Hyunjin segera mendobrak pintu kelas tersebut dan merebut si perempuan dari cengkraman manusia brengsek.

"Kalau lo laki laki sejati, gak seharusnya lo merusak anak gadis orang" tatapan Hyunjin menajam, justru orang itu malah menatapnya tenang.

"Hwang Samuel, yang dinyatakan hilang tapi udah kembali, benar? Ini bukan ranah lo, sayang. Lebih baik, lo jangan ikut campur, atau lo sendiri yang akan jadi korban selanjutnya" lelaki itu membelai pipi Hyunjin dan membisikkan kata kata menjijikan tepat di telinganya "Gue lihat lihat, badan lo oke. Gimana kalau kita main sebentar?"

Hyunjin langsung paham arti kata main itu, ia melirik ke arah gadis itu dan memintanya untuk pergi "Lo terbebas sekarang, cepat pergi dari sini. Jangan pikirin si brengsek ini, biar gue yang urus"

Gadis yang masih gemeteran tadi langsung meninggalkan Hyunjin bersama lelaki entah siapa namanya.

"Oke, sekarang kita main apa?" Hyunjin mengeluarkan pisau lipat yang selalu ia bawa--kebiasannya saat di Sumedang dulu.

Lelaki itu nampak ciut nyali, tapi tak ingin ia tunjukkan. Justru semakin menantang Hyunjin. Ia menoleh ke arah pintu yang terbuka, sialan! Kenapa jadi banyak yang datang. Ia dari tadi memperhatikan penampilan para lelaki yang mengerubunginya. Rata rata memakai tindik di telinga sebelah kiri.

Satu lawan empat, biarpun Hyunjin jago bela diri, kalau dikeroyok begini bisa bisa Hyunjin kalah jumlah. Salah satu dari mereka merebut paksa pisau lipat itu dan memojokkan Hyunjin. Biarpun Hyunjin maniak seks, tapi bila dilakukan tanpa Lino, ia tidak akan pernah sudi. Apalagi, sekarang ada empat lelaki menatapnya lapar.

Ia gigit salah satu tangan lelaki yang ada di dekatnya, si korban mengaduh. Bisa Hyunjin lihat jika salah satu dari lelaki itu mengode ke orang yang tangannya menjadi korban gigitan Hyunjin. Brengsek, lelaki itu mengeluarkan ponsel. Ah sepertinya akan mem videokan hal menjijikan ini.

Hyunjin benar benar tidak bisa bergerak leluasa, namun bukan Hwang Hyunjin namanya bila tidak menemukan solusi, ia tendang selangkangan mereka satu persatu sampai ketiganya tumbang. Hyunjin berhasil merebut kembali pisau lipatnya, namun sial, tangan kotor salah satu diantara mereka berhasil menyentuh selangkangan dan hendak membuka resleting. Dengan gerakan refleks dan bentuk pertahanan diri, ia sayatkan pisau tersebut pada lengan pelaku.

Ia injak satu persatu tangan mereka dan meninggalkan keempat manusia keji itu "bye bitch"

•••

"Brengsek, bisa bisanya gue hampir dilecehin" ia menoleh tepat di samping kelas Lino dan Chan, sayangnya penghuni kelas sudah pulang. Sekarang tahu ia harus kemana.

"Kamu kemana aja Sam, aku cariin ke kelasmu, malah kosong" Chan nampak khawatir, karena keduanya sudah sepakat untuk pulang bersama.

Hyunjin lirik sebentar ke arah pacarnya, lalu kembali menatap Chan "Hehe maaf Chan, aku tadi lagi di toilet. Perutku mules" ia mengelus perutnya seolah olah sakit sungguhan. "Aku tadi juga nunggu di luar kelasmu, lama" ia mengerucutkan bibirnya, terlihat lucu sekali.

"Ya sudah kalau begitu, ayo pulang. Lino, kami pulang duluan ya"

Lino mengangguk, dan menatap pacarnya yang juga menatapnya dengan mengedipkan mata menggoda. Kamu niat ngegodaku, Hyunjin?

Lino sudah ribuan kali memaki, ia justru harus pulang sendiri dan menyaksikan Samuel, maksudku Hyunjin berboncengan dengan Chan.

Ia terpaksa menelpon sopir pribadi Tuan Hwang, dikarenakan demi apapun Hyunjin dan Minho tadi berangkat bersama menaiki mobil.

"Udah pacar pulang bareng pacarnya adek pacar, malah gue ditinggal di sini." Lino mengamati siswa siswi berpakaian seragam yang sama sepertinya menunggu jemputan. Ia terkekeh pelan, ingatannya berputar ketika ia benar benar masih pelajar beberap tahun yang lalu.

Bisa dibilang, Lino ini di sekolah sering betingkah dalam artian gila gilaan bersama teman. Bukan tipe pelajar nakal namun juga buka tipe pelajar ambisius.

"Temen temen gue, sekarang kabarnya gimana ya"

Lino adalah anak rantau, berasal dari Surabaya (kayaknya, aku lupa juga please), jarang bahkan hampir lost contact dengan semua teman sekolahnya. Maklum, ada yang kerja, ada yang kuliah dan ada juga yang sudah berumah tangga.

Ia buka ponselnya, grup kelas prodinya ramai sekali. Dan juga di bawahnya terdapat grup kelas ips lima.

"Jadi gini rasanya menghabiskan masa masa sma bareng ayang? Walaupun cuma menyamar, kenapa rasanya luar biasa. "

•••

tbc

11 Oktober 2023

Hope • Chanjin ft HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang