2 | Bintang yang Bercahaya

5.9K 233 5
                                    

#Davina

"Kamu???", teriak Davina dan Bintang berbarengan.

"Ehm...ternyata kalian sudah saling kenal. Bagus dong, iya tidak alex?", ujar papa memecah ketegangan aku dan bintang

"Iya betul tuh, kalau udah kenal begini kan acara perjodohan ini bisa dipercepat", jawab om alex dengan antusias

Aku benar-benar kesal mana mungkin pria yang akan dijodohkan untukku itu si pria menyebalkan cafe tadi siang.

Aku harus menolak ya...ya benar harus tekadku dalam hati.

"Tapi aku masih kuliah, terus juga aku masih mau sendiri dulu pah", rengekku

"Memang siapa yang bilang kamu berhenti kuliah, kami kan cuman ingin kamu berjodoh dengan bintang. Lagi pula kamu udah janji sama papa kam devina", jelas papa penuh harap.

"Tapi pah...", belum sempat aku menjelaskan lagi si Bintang sudah main potong omonganku

"Iya pah om kalo aku sih setuju setuju aja lagi pula aku rasa Davina akan cocok denganku", jelas Bintang dengan senyuman

"What?? Cocok ga ga mungkin itu terjadi gue sama lo cocok", sungutku kesal

"Udah udah jangan malah berantem begini, tidak ada penolakan pokoknya kalian tetap dijodohkan", jawab papa

Acara itupun berlangsung dengan tegang dan ditambah dengan seringai-seringai menyebalkan dari Bintang.

#Bintang

Dalam acara itu sepertinya gadis itu ah ya namanya Davina berusaha untuk membujuk papanya agat perjodohan ini batal. Tapi tenang saja hal itu ga akan terjadi karena bagaimana pun dia harus menjadi milikku.

Saat acara sudah selesai aku melihat devina keluar menuju taman belakang. Buru buru aku mengejarnya.

"Huhh menyebalkan mereka pikir aku tidak punya perasaan hah", sesal devina tanpa menyadari aku sudah dibelakangnya

"Gue tau kok perasaan lo", ujarku mengagetkannya.

"Sejak kapan lo berdiri disitu?", tanya devina

"Udahlah jangan banyak tanya. Saran gue sih lo mendingan setuju aja sama rencana perjodohan itu", jelasku

"Jangan ngarep deh lo mimpi aja sana!", teriak devina sambil pergi meninggalkanku

"Inget aja devina aku pasti dapetin kamu", ujarku dalam hati

Hari-hari selanjutnya dapat dipastikan aku seorang dokter yang mapan terus mendekati seorang devina mahasiswi kedokteran yang bekerja part-time sebagai kasir dicafe rumah sakit aku bekerja.

Davina...davina hanya nama itu yang terus ada dipikiranku, hanya saja orang yang dipikirkannya sibuk dengan urusannya sendiri. Jangankan bicara denganku melihatku saja dia langsung menghindar ketika aku datang ke cafenya.

"Ada yang bisa dibantu, mau pesan apa pak?", sapa devina ramah kepada pengunjung tanpa ia sadari antrianku sudah ada didepannya

"Aku pesan kamu saja bagaimana?", seringaiku

"Lo lagi jangan harap ya, awas lo minggir kalo lo cuman mau bikin masalah", jawab devina ketus

Ya...selalu saja begitu setiap hari aku mencoba mendekatinya. Tapi aku janji ngga akan pernah nyerah.

#Davina
Selalu aja cowo itu bikin kesel mulai dari acara perjodohan itu sampe dia yang selalu datang dijam makan siang ke cafe tempat aku bekerja. Memang sih dia datang dijam makan siang dan kebetulan cafe tempatku bekerja dekat dengan rumah sakit tempat dia bekerja.

Hari ini cuaca panas banget mana tugas kampus yang numpuk belum lagi kerja part-timeku. Sebenarnya tanpa bekerja part-time pun aku sudah bica hidup cukup bahkan sangat cukup. Tapi aku bukan tipe cewe yang mau enaknya aja, hidup itu perlu proses buat bahagia. Itu prinsibku.

"Hai...pulang kerja ya? Aku anter deh sampe rumah dengan selamat gimana?", ujar lagi lagi dan lagi Bintang. Memang akhir-akhir ini dia senang sekali menggangguku.

"Jangan so baik deh lo, ga akan sudi gue semobil sama lo", jawabku ketus

Akhirnya aku pergi meninggalkannya. Seperti biasa aku memang jarang sekali memakai mobil pribadi apalagi saat aku bekerja part-time, alhasil aku selalu memakai jasa angkutan umum. Menurutku itu tidak buruk malah kita bisa bersosialisasi dengan orang banyak.

Huh panas banget mana angkot yang aku naiki ini penuh banget.

"Misi-misi mba geser dikit mba", ujar salah satu pemuda yang baru naik. Aneh menurutku ditengah udara yang panas ini masih ada orang yang memakai jaket serta masker seperti itu. Ah tapi aku ngga mau ambil pusing.

Setibanya aku didepan komplek rumahku. Aku bingung biasanya suka ada tukang ojek mangkal tapi hari ini kok ga ada satupun.

"Kata gue juga apa lo harusnya terima tawaran gue tadi", ujar bintang mengagetkanku

"Oo jadi lo cowo berjaket dan bermasker ditengah panasnya ibukota. Dasar cowo aneh lo", ujarku sengit

"Aneh-aneh begini aku jodoh kamu loh dev", jawab bintang santai

"Mimpi lo kejauhan bung", teriakku

Akhirnya untung ada tukang ojek lewat akupun segera melesat meninggalkan Bintang si cowo aneh, yang masih berdiri mematung.

*hohoho part dua emang gaje banget, maaf.
Jangan lupa biar penulis tambah semangat vote dan comment ya readers hehe ^^

Bintang untuk DavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang