Mencintai itu tidak cukup dengan rasa
Tapi harus ada asa untuk bertahan
Namun, kala takdir tak kunjung menjawab
Haruskah aku pergi, bebalik, dan berlari2 Tahun kemudian....
#BintangHari-hari berlalu tanpa Davina. Dan seperti yang kalin bisa tebak. Aku masih mengharap dia kembali. Keluarga, sahabat, bahkan temn kampusny pun tak mau memberiku alamatnya. Yang ku tahu dia dibenua eropa.
Tapi, eropa itu luas bukan? Dan aku juga punya kewajiban disini. Davina...davina apa gadis itu sudah sembuh. Ah, entahlah...
Sejak kepergiannya aku sudah berusaha move on. Perjodohan yang gagal diiringi cinta yang gagal pula bukan berarti aku harus menyerah. Hahaha lucu memang jika mengingat dibulan-bulan pertama aku seperti manusia hidup yang tak bernyawa. Semua itu karena cinta.
Tok...tok...tok
"Dok, maaf pasien hari ini sudah habis. Saya izin pulang duluan ya dok", pamit SabrinaSabrina, gadis yang baru lulus kuliah itu memang bekerja di klinik kecilku saat ini. Sebagai penerima pendaftaran. Cukup mudah memang, tapi aku tahu selain bekerja ia juga ternyata masih berkuliah dipagj harinya. Benar-benar gadis tangguh, seperti Davina. Nah kan Davina lagi.
"Eh, iya Sab. Aku antar ya. Kebetulan aku juga mau pulang", tawarku pada Sabrina
"Hm jangan deh dok, takutnya saya merepotkan", tolaknya halus
"Ngga lah, lagian kan tujuan kita searah, yuk", pungkasku
Selama perjalanan pulang keheningan yang menemani kami. Sabrina cuman diam matanya lurus menatap jalan didepannya.
"Sab, ini lurus atau belok kanan ya?," tanyaku memecah keheningan saat dipertingaan jalan
"Belok kanan pak, rumah saya gak jauh dari belokan sini pak," jawabnya
"Eh manggilnya jangan bapak, kalau diluat klinik manggil nama aja, Bintang," ujarku
"Saya gak enak lagi pula umur dokter lebih tua dari saya. Eh atau saya panggil kakak aja gimana dok?", tawarnya
"Boleh lah, lain kali bicaranya gak usah formal gitu sab. Woles aja hehe", ujarku berusaha nyaman
"Dok eh kak saya turun disini rumah saya itu yang warna orange", kata Sabrina sambil menghentikan lajuku. Tak sadar tangannya menyentuh lenganku
"Eh kak maaf saya...saya gak sengaja tadi. Saya permisi ya kak, selamat beristirahat", cicitnya dan dia langsung turun dari mobilku.
------------------------
#Sabrina POV
Setelah mobil dokter Bintang eh kak Bintang menghilang dibelokan tadi akhirnya aku masuk ke rumah.Dokter Bintang. Lelaki yang bisa jadi idola para wanita. Termasuk aku, tidak...tidak aku gak boleh suka sama dokter Bintang. Kita gak selevel. Huh
"Sab...hoy kok kamu ngelamun gitu sih", ujar ibuku mengangetkan
"Ih nggak kok bu aku gak ngelamun. Perasaan ibu aja kali hehe, assalamualaikum ibu maaf ya salamnya telat", ujarku sambil tersenyum
"Waalaikumsalam, Sab tadi diantar siapa? Mobilnya keren bener, pacar ya?", tanya ibuku kepo
"Ih ibu, bukan lah mana punya Sabrina pacar. Dia itu dokter Bintang, dokter di klinik tempat Sab kerja bu. Udah ah Sab mau mandi dulu ya ibu sayang", jelasku buru-buru kalau gak gitu ibuku akan semakin kepo.
"Pacar juga boleh kali Sab, anak Ibu kan cantik. Jadi wajar dapet pacar ganteng plus dokter pula hehe", ujar ibuku sambil bercanda
Ibu-ibu wanita paling ceria yang pernah aku temui. Bahkan saat suaminya yang adalah ayahku pergi entah kemana meninggalkan kami, ibu tetap cerita. Walau aku tahu pasti, ibu tetap wanita pasti hatinya sakit. Tapi demi anak-anaknya ibu rela terlihat tegar.
Dari ibu aku belajar menjadi wanita yang tegar. Aku ingin seceria ibu, menularkan energi positif kesemua orang.
Setelah ayah pergi ibuku berusaha menghidupi anak-anaknya yaitu aku dan adikku Bara dengan membuka usaha catering kecil-kecilan. Yah cukuplah untuk membiayai Aku dan Bara sekolah. Tapi untuk uang jajan aku dan Bara berusaha sendiri. Aku bekerja di klinik dan Bara jadi kasir di resto temannya.
Aku ingin membahagiakan Ibu dan Bara. Karena kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku.
------------------
#BINTANG POV
Sepulang dari mengantarkan Sabrina, aku langsung pulang ke rumah. Rumah keluargaku karena hanya dengan bertemu keluarga dan bekerja caraku agar tak selalu mengingat Davina."Bi, Ayah sama Bunda kemana? Tumben sepi ini rumah," tanyaku kepada Bi Darti
"Tuan sama nyonya lagi ke kondangan. Den Bintang mau makan sekarang?", jawab Bi Darti dan bertanya lagi padaku.
"Oh boleh bi, siapain dulu aja sementara saya mau mandi dulu", jawabku sambil melangkah kemarku dilantai dua.
Setelah mandi dan makan aku kembali ke kamar. Dan seperti biasa setelah itu aku hanya bisa duduk memandang foto Davina sampai tak sadar lelah ini merenggut kesadaranku.
-----------
#author povDibelahan benua lain seorang wanita cantik terbangun dari tidur panjangnya.
"Engg...dimana?", kata yang pertama kali keluar dari mulutnya
"Dav...davina kamu sadar nak. Alhamdulillah ya Allah", ucap Bunda Davina sambil berurai air mata
"hhauus bun...", keluh wanita itu. Seketika wanita yang di panggil Bunda tersebut memberikan gelas berisi air putih.
"Buun....", ucap Davina terbata
"Iya sayang? Kenapa Davina mau apa? Bilang sama Bunda", ujar Bundanya penuh khawatir
"Bintang...Davina mau Bintang", keluh wanita yang terbaring itu sambil menangis.
"Sebentar ya Bunda mau panggil dokter dulu. Davina tunggu ya," ucap Bundanya sebelum meninggalkan ruangan serba putih itu.
Davina terus menangis. Dalam tidur panjangnya ia bermimpi. Mimpi Bintang yang sudah bahagia dengan wanita lain. Hanya mimpi saja hatinya sangat sakit. Davina rindu, rindu Bintang.
---------------------
Halo semuanya 😊
Penulis balik lagi dengan cerita yang udah lama ada di arsip tapi gak dipublish karena gak sreg.Jujur aja penulis bingung mau bawa kemana alurnya. Penulis juga sengaja ngebawa tokoh baru yaitu Sabrina supaya cerita gak jenuh hehe
Oh iya kalau ditanyakan sama penulis bisa tanyakan langsung di ask.fm/danthyh pasti penulis jawab kok 😊
Jangan lupa vote & comment ya karena jujur penulis suka tiba-tiba semangat kalo ada notif yang memberi tanggapan terhadap cerita.
Salam danthyh 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang untuk Davina
RomanceDijodohkan dengan orang egois yang selalu membuat Devina jengkel adalah mimpi buruk dan demi ayahnya yang sakit Devina rela menjalaninya. Jangan lupa vote dan comment ya Cover by chloerophyta