Jika memang langkah tak cukup
Haruskah aku perbalik pergi
Atau berlari mendekat pada hati
Aku tetap seperti iniAmerika
Akibat kecelakaan itu Davina harus menjalani serangkaian terapi. Ya, ia lumpuh karena kerusakan saraf motorik pada kakinya. Davina sempat menyerah, ia sempat tak ingin kembali ke Indonesia dan bertemu Bintang. Tapi, selalu saja mimpi-mimpi itu datang. Mimpi yang membuat Davina setidaknya masih memiliki harapan, harapan untuk bersama Bintang.
Hari ini setelah hampir satu tahun semenjak ia sadar dari koma dokter menyatakan ia sembuh total. Davina bisa kembali berjalan tanpa bantuan alat dan Davina bisa pulang kembali ke Indonesia.
"Davi, kamu yakin akan langsung pulang?," tanya Bundanya ketika Davina berkemas sehari sesudah pulang dari rumah sakit.
"Yakin Bun, Davina harus ketemu Bintang", jawab Davina sambil menatap Bundanya dengan keyakinan penuh.
"Bunda akan menyusul seminggu kemudian. Kamu baik-baik disana, Bunda akan kasih tau dan minta Bintang jemput kamu dibandara", ujar Bunda sambil memeluk Davina. Sebenarnya Bunda ingin Davina disini saja. Ia takut keadaan di Jakarta tak seperti dulu, begitu pun hati Bintang.
"Gak usah Bun, Davi pengen buat kejutan buat Bintang. Bunda jangan kasih tau Davi pulang ya ya ya?", pinta Davina sambil memberikan senyuman terbaiknya.
Setelah itu Bunda mengantarkan Davina ke bandara. Melepas anak perempuan yang disayanginya dan berharap dalam hati semoga semuanya baik-baik saja.
Jakarta
"Sabrina kamu belum pulang? Kirain saya kamu sudah pulang duluan", ucap Bintang saat keluar dari tempat praktiknya di klinik.
"Eh..iya dok saya baru selesai merekap data pasien. Dokter mau pulang sekarang?", ujar Sabrina dengan senyumannya yang tulus.
"Iya nih kamu pulang bareng saya ya. Yuk keburu malem nanti", tawar Bintang tanpa mendengan jawaban Sabrina terlebih dahulu terharap tawarannya.
Perjalanan pulang hanya ditemani suara radio dari mobil Bintang. Canggung, begitu yang mereka rasakan. Walau Bintang tau Sabrina mempunyai rasa lain untuk dirinya, tapi Bintang tak ingin membuat Sabrina sakit hati.
Bintang tak ingin memaksakan hatinya menerima Sabrina sementara dengan sangat sadar dia masih mencintai Davina.
Semenjak Davina pergi Bintang sangat terpuruk. Kegiatannya kacau, bahkan untuk mengurus diri sendirinya pun Bintang harus diingatkan oleh orang lain.
Sabrina hadir,walau hanya sebagai bagian pendaftaran dan juga staffnya diklinik tapi dia berbeda. Sabrina tulus membantu Bintang. Ia gadis baik, begitu yang Bintang rasakan.
Sabrina menyukai Bintang dan Bintang sadar akan itu. Setiap hari selalu menyiapkan makanan yang ia bawa dari rumah, diam-diam memperhatikan Bintang, dan tanpa sengaja ketika ia lembur merekap data pasian dan ketiduran Bintang mendengar Sabrina mengigau menyebut kan ia suka pada Bintang.
Memang hanya igauan Sabrina, tapi Bintang yakin itu yanh sebenarnya Sabrina rasakan.
"Dok, makasih ya. Jadi ngga enak setiap hari dianterin padahal dokter pasti cape kan", ucap Sabrina dengan tulus begitu mobil Bintang sampai didepan rumahnya.
"Santai aja kali Sab, udah kewajiban saja memastikan kamu sampai rumah dengan selamat. Udah gih sana masuk, ibu kamu pasti khawatir anak gadisnya belum pulang", jawab Bintang dengan sembari terkekeh
Salahkah rasa itu tumbuh dihati Sabrina kalau sikap Bintang seperti ini. Sabrina suka sama Bintang, ralat mungkin bisa disebut cinta. Tapi apakah ia pantas untuk Bintang? Sabrina terlalu takut. Takut setelah Bintang mengetahui perasaannya Bintang malah menjauh pergi. Dan satu hal, Sabrina tahu bahwa Bintang masih memiliki rasa yang sangat mendalam untuk seseorang dimasa lalunya.
Setelah mengantarkan Sabrina, Bintang segera pulang ke rumahnya. Rumah orangtuanya tepatnya, bukannya ia tak mampu membeli rumah sendiri. Hanya saja jika dirumah orangtuanya setidaknya ia tidak kesepian. Perjalanan dari rumah Sabrina menuju rumah orangtua Bintang memang tidak searag. Bintang harus memutar arah, tapi ia merasa kasihan juga kalau Sabrina pulang larut malam dari kliniknya. Maka dari itu Bintang selalu mengantarkan Sabrina setiap malam kerumahnya ketika selesai dari klinik.
"Assalamualaikum Bintang pulang nih", ucap Bintang ketika memasuki rumahnya. Tumben sepi biasanya orangtuanya dan adiknya akan berkumpul diruang keluarga sambil menonton tv jam segini.
"Waalaikumsalam den Bintang. Kalau nyari tuan nyonya sama mba Bulan-adik Bintang- ada dibelakang lagi terima tamu den", jelas bibi dirumahnya ketika bintang memasuki dapur untuk mencari minum dan juga mencari orangtuanya tentunya. Setiap pulang memang Bintang selalu menyempatkan ngobrol sebentar dengan orangtuanya. Walau bahasannya tak lebih dari kegiatan sehari-harinya.
Samar-samar Bintang mendengar suara mengobrol ketika ia mendekati halamn belakang rumahnya. Seperti suara Dav...ah mana mungkin pikir Bintang dalam hati.
"Iya tante, memang sudah niatnya harus kesini", ucap wanita yang memunggungi Bintang itu.
Suaranya, Bintang tak mungkin salah. Tapi apakah mungkin Davina sudah kembali. Bintang ragu, Bintang terlalu takut ia hanya menemukan setumpuk kekecewaan yang semakin menyesakkan didadanya.
"Davina...Dav...", ujar Bintang dan seketika wanita yang memunggunginya itu berbalik. Dan ketika itu jantung Bintang rasanya berhenti berdetak seketika.
----------------------------------
Halo semuanya 😄
Maaf updatenya tidak teratur dan terjadwal. Namanya juga menulis sesuka hati, begitu ada ide langsung ditulis kalau ngga ada? Cuman bisa baca-baca doang setiap buka wattpad.
Lagi-lagi ceritanya ngga panjang kan? Maklumin aja ya hehehe
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa vote dan comment 😊
![](https://img.wattpad.com/cover/41320379-288-k727489.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang untuk Davina
RomanceDijodohkan dengan orang egois yang selalu membuat Devina jengkel adalah mimpi buruk dan demi ayahnya yang sakit Devina rela menjalaninya. Jangan lupa vote dan comment ya Cover by chloerophyta