9 | Awal Penantian

3.5K 145 3
                                    

Jika sampai waktuku tiba
Aku mau tak ada dusta
Hanya ada kejujuran saja
Tanpa harus terpaksa
Apalagi teraniaya

#Bintang

Setelah kejadian kecelakaan itu yang membuat Davina koma sampai saat ini, merenggut pula konsentrasi dan hidupku. Karena jangankan untuk bekerja untuk melakukan aktivitaspun aku tidak bisa.

Kegiatanku hanya menunggu, menunggu Davina.

Sejak detik-detik krisis beberapa waktu lalu menimpa Davina, suara monitor detak nadinya menjadi lantunan irama yang menemaniku. Aku rindu, rindu mendengar celotehnya

Ya, aku memang lemah. Sebagai seorang lelaki memang tidak seharusnya aku seterpuruk ini. Tapi aku sadar betul, hatiku dan hari-hariku sudah sepenuhnya dikuasai Davina.

"Bin, lebih baik lo pulang aja dulu", saran Naya sepupu Davina

"Nggak Nay, gue harus nemenin terus Davina, gue ga mau saat Davina sadar gue ga ada disisinya", jawabku

"Lo kan tau Bin, Davina udah koma lebih dari dua minggu dan ga ada tanda-tanda buat sadar. Lo harusnya pikirin kesehatan lo juga dong Bin", kesal Naya

"Ya lo benar, tapi gue tetap bakalan disini", tegasku

Setelah itu Naya pulang. Ya, bagitulah hanya aku yang selalu menunggu makan mandi pun aku tetap dirumah sakit.

Tok tok tok
"Assalamualaikum", ujar Bundanya Davina

" Waalaikumsalam tante", jawabku

"Panggil Bunda aja kali Bin. Gimana ada perkembangan? Maaf Bunda ga bisa selalu nemenin Davina", ujar Bunda

"Iya Bunda. Gpp Bunda juga harus menjaga kesehatan Bunda, aku juga ga mau liat Bunda dari orang yang aku cintai sakit hhe", candaku

"Bin, sebenarnya ada yang ingin Bunda beritahu sama kamu", kata Bunda

"Apa Bun?",jawabku

"Sebenarnya besok Bunda sama Ayah Davina sudah mengambil keputusan akan membawa Davina untuk menjalani perawatan di Amerika. Mungkin ini keputusan yang mendadak. Tapi kami rasa ini yang terbaik demi Davina", jelas Bunda

"Aku akan ikut kalau begitu Bun", jawabku tegas

"Bukan kami melarang kamu ikut, tapi kamu juga mempunyai tanggung jawab pekerjaan disini. Bunda yakin Davina akan lebih senang jika dia tahu kamu tetap disini bekerja sebagai dokter menolong orang lain. Kamu harus bangkit, tidak boleh seperti ini", jelas Bunda

Aku hanya terdiam,
Aku sadar, sadar aku terlalu tenggelam dalam rasa ini.

Setidaknya aku harus tetap bertanggung jawab dengan pekerjaanku. Davina pasti marah jika tahu aku seperti ini.

Aku harus ikhlas menunggu disini, karena aku yakin kepergia Davina untuk kebaikannya

"Aku setuju saja Bun", jawabku

Setelah itu keesokannya Davina pergi, pergi untuk sebuah kesembuhan.
Disini aku hanya bisa menanti.

Sekuat apapun berlari
Aku tak akan bisa
Sekuat apapun aku berbalik
Aku tak akan mampu
Karena,
Aku hanya mampu diam
Termenung tak beranjak

-------------------------------------------------------
Selamat malam semua ^^

Maaf karena penulis yang moody ini sangat tidak menentu menulis jalan ceritanya hehehe

Penulis harap Vote dan Commentnya agar semangat menulisnya tetep muncul hehe maklum moody

Terimakasih ^^

Bintang untuk DavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang