6 | BLACK ROSE

1.1K 158 48
                                    

6 | BLACK ROSE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

6 | BLACK ROSE

HINATA menatap keluar kaca mobil ketika mobil yang di kemudikan oleh sopir pribadi Naruto berhenti di sebuah bar mewah bernama Black Rose. Hinata mengerjapkan matanya, berpikir matanya sudah rabun ketika Naruto mengajaknya ke tempat yang hanya orang-orang istimewa dengan kartu akses khusus yang bisa memasukinya, sudah menjadi rahasia umum diantara teman kantornya, bahwa Black Rose adalah bar berkelas yang di singgahi orang-orang penting. Bukan hanya itu, karena di singgahi orang-orang penting, bar itu sering di katakan menjadi tempat transaksi ilegal. Sebab kepolisian tidak dapat menembusnya, pemilik Black Rose bisa di katakan seorang petinggi yang mampu mengendalikan pihak keamanan.

Tidak ada mobil polisi yang berani melintasi pemukiman Black Rose, membuat Hinata juga sempat bertanya-tanya, apakah memang ada tempat yang memang tidak tersentuh oleh hukum?

Black Rose, mungkin menjadi contoh nyata.

"Kau berharap aku membukakan pintu untukmu?" Suara berat Naruto menyadarkan Hinata dari rasa kagumnya melihat gedung bar yang begitu tinggi.

Hinata menelan salivanya, sebelum akhirnya wanita itu keluar terburu-buru dari mobil Naruto. Di sepanjang perjalanan ia bersebelahan dengan Naruto, sudah dapat di tebak jika Hinata hanya duduk kaku seperti wanita itu kehilangan fungsi pita suaranya.

Begitu keluar, Hinata merekatkan mantel kulit gelapnya menghalau dingin Tokyo pada malam hari. Naruto menyusul keluar mengenakan mantel senada, tanpa mengatakan apapun, lelaki itu melangkah memasuki lobi, Hinata menyusul terburu-buru karena takut di tinggalkan, pemukiman Black Rose tampak menyeramkan karena jarang ada mobil yang terlihat melintas, terlalu hening membuat bulu kuduk Hinata meremang.

Langkahnya terlalu cepat, hingga tubuh Hinata menabrak punggung Naruto, membuat wanita itu melotot saat tubuh lelaki berambut pirang itu tersentak ke depan. Terdengar decakan Naruto, Hinata mendongak dengan mata melotot.

"Kau."

"Mma-maaf!" Hinata kontan menunduk, memejamkan matanya, ia menggigit bibirnya merutuk kecerobohannya, Naruto hanya menghela napas tanpa menyahut, tetapi jelas Hinata merasakan tatapan tajam menghunus tubuhnya.

Hinata melirik Naruto yang sudah di sambut oleh seorang resepsionis, lelaki itu memberikan sebuah kartu, berwarna gold. Setelah pengecekan kartu, Naruto bersama Hinata yang tidak tahu apa-apa itu, memasuki lorong, Hinata melihat dua penjaga bertubuh kekar berjaga di dua sisi. Terlihat tengah memeriksa setiap orang yang hendak masuk.

Tetapi, ketika Naruto melewati, dua penjaga itu tidak melakukan pemeriksaan, membuat Hinata yang sudah siap di periksa, celingukan saat dua penjaga itu menunduk hormat, sementara Naruto hanya mengangguk singkat. Hinata meringis, kembali merekatkan mantelnya dan mengekor di belakang Naruto.

Hinata masih sesekali menabrak punggung Naruto, karena lelaki itu sering berhenti mendadak. Ketika ke tiga kalinya menabrak, Naruto menggeram emosi, ia menarik kasar pergelangan tangan Hinata, membuat tubuh wanita itu tertarik ke depan, tepatnya di sebelah Naruto berdiri.

BLOOD FLOWER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang