.
.
7 | WHINY
GAARA melihat untuk pertama kalinya luka di wajah Naruto, plester menghias pipi lelaki berambut pirang itu, melihat bagaimana Naruto memijat pelipisnya. Naruto terlihat jelas tengah memikirkan sesuatu, sekali lagi, hampir tidak pernah Gaara melihat lelaki itu memikirkan sesuatu dengan keras sampai keningnya berlipat jengah.
Gaara berdehem.
"Katakan yang ingin kau katakan." Tutur Naruto, malas berbasa-basi, dirinya tak menatap Gaara, lelaki berkulit tan itu menatap padatnya jalan Ibukota dari kaca ruangan kerjanya.
Gaara menghela napas. "Kunjungan ke pabrik industri keluarga Nara terjadwal besok. Ada beberapa kendala, kabarnya Nara Industri mendapatkan teguran atas penyalahgunaan limbah cair dari industrinya. Hal ini———"
"Langsung ke inti." Naruto menginterupsi.
Gaara terdiam sejenak, kemudian melanjutkan.
"Intinya, kau akan tetap menjalin kerja sama? Mengetahui reputasi Nara Industri sedang buruk. Di tambah keluarga tersebut sedang menjadi sorotan karena Shikaku Nara mencalonkan diri dalam pemilu tahun ini."
Naruto semakin memijat pelipisnya, suara Gaara tampak mengambang dan tidak terlalu mengusiknya. Sementara pikiran Naruto sebenarnya mengingat begitu banyak kejadian dua hari lalu, setelah pergi dari Black Rose, Naruto secara khusus memaksa wanita itu latihan fisik. Tetapi, ketika Naruto mengawasi, wanita itu hanya terus menangis.
Mengingat wajahnya yang menyebalkan dan cengeng, Naruto menahan emosi. Padahal hanya berolahraga ringan dan meditasi, belum yang aneh-aneh, agar wanita itu pandai menempatkan konsentrasi. Jika tidak di awasi, pasti terpergok sedang memoles bibir dengan lipstik atau berkaca sambil menebalkan bedaknya.
Sungguh, Naruto ingin sekali mematahkan lipstiknya. Wanita itu selain tidak bisa di andalkan, hobinya juga membuat orang di sekitarnya kesal. Naruto tidak habis pikir, untuk apa wanita itu berdandan?! Naruto bahkan tidak memerintahkan hal itu!
Tapi, Naruto juga ingat wajah cengeng gadis itu ketika memeluknya erat dan tak ingin lepas, selain membuat semua orang geleng-geleng kepala, Hinata juga membuat semua orang menahan tawa.
Gaara meninggikan alisnya ketika melihat senyum kecil terbit dari bibir Naruto, membuatnya heran bukan main. Apakah Naruto mendengarkannya?
"Naruto-san." Gaara memanggil, melihat sepertinya pikiran Naruto tidak di tempat.
Naruto seketika menoleh pada Gaara, melupakan sepenuhnya sekretarisnya yang tengah berada di depannya. Naruto kemudian berdehem, menegapkan tubuhnya.
"Apa tadi?" Naruto meminta Gaara mengulang.
Gaara menatap atasannya itu, mengetahui tidak pernah Naruto melewatkan sesuatu dari informasinya. Gaara mengetatkan senyumnya begitu tahu dirinya harus kembali mengulang.
"Pabrik Industri Keluarga Nara———"
"Ah, ya. Itu." Naruto kembali menginterupsi, lelaki itu kembali berdehem dan mengangguk-anggukan kepala. "Batalkan saja dulu, jika rumornya mulai surut. Rencanakan kembali pertemuan." Lanjut Naruto, membuat Gaara mengangguk paham. Lelaki berambut merah itu kembali melihat luka, kali ini di pergelangan tangan Naruto, dirinya benar-benar heran dengan luka itu.
Apa yang Naruto hadapi sehingga punya luka lebih dari satu. Lelaki itu tidak pernah punya bercak atas kecerobohan apapun, Gaara tahu bagaimana tangkas Naruto Uzumaki, apakah ada insiden yang tidak Gaara ketahui?
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD FLOWER (ON GOING)
FanfictionNaruto dan Hinata bertemu, pada peristiwa naas yang tentu saja merugikan keduanya. Hinata mencuri-dengar pembicaraan terlarang Naruto dengan rekan bisnisnya, sesuatu yang tak boleh di dengar siapapun, tetapi Hinata mengetahuinya. Naas bagi Hinata ad...