..
.
Kakashi
Aku akan pergi ke Grand Plais, Paris.
Kakekmu ingin mengenang mendiang istrinya dengan melihat olympic anggar, kondisi moodnya sedang baik.Ini saatnya kau bicara.
KAKASHI membawa kabar lewat pesan singkat. Padahal begitu banyak yang ingin Naruto diskusikan dengan pria itu, tetapi hanya kabar singkat itu yang ia terima.
Naruto menghela napas, menatap ponselnya. Ia melihat Hinata yang tengah menata bunga di vas, seraya sesekali Kurenai memukul pelan punggung tangan wanita itu karena asal-asalan dalam merangkai bunga.
Ia memasukan ponselnya ke saku celana bahan yang ia kenakan, berdehem untuk mengalihkan atensi dua wanita yang tengah sibuk ribut-ribut kecil, terutama Kurenai yang ingin semuanya sempurna untuk misi penyamaran Hinata. Pagi ini Hinata punya jadwal kelas merangkai bunga dari Kurenai, banyaknya penyamaran yang sering Kurenai emban membuatnya sangat mahir berbagai hal.
Kurenai menatap Naruto.
"Bagaimana Kurenai? Apakah Hinata sudah siap?"
Kurenai mengerjapkan matanya. Lalu menoleh pada Hinata yang terlihat celingukan.
Baik Kurenai dan Tuan Naruto melihat ke arahnya, membuat Hinata kebingungan. Apa yang dimaksud dengan siap? Berhenti menggunakan bahasa-bahasa peperangan!
Kurenai menghela napas. "Kurasa cukup. Kau ingin membawanya?"
"Ya. Aku akan pergi ke Paris, tepatnya Grand Plais."
"Ah, di sana olimpiade anggar dilaksanakan, jika aku tidak salah?"
"Kau boleh ikut jika tidak keberatan."
Sementara Hinata yang tidak tahu kemana arah pembicaraan mereka hanya bisa menoleh bergantian pada Kurenai dan Tuan Naruto.
Heii!!!
Dirinya bukan pajangan yang baru selesai dilelang!
Akan dibawa kemana dirinya?!!
Naruto beranjak dari duduknya di kursi, yang semula hanya jadi penonton dan mengawasi Hinata yang tengah berada di teras rumah dengan dress flowernya yang membentuk tubuh, sementara bunga berbagai warna dibiarkan berjejer. Menonton kegiatan wanita itu saat weekend seperti sebuah hiburan yang dapat menuntaskan kejenuhannya, entah sejak kapan rutinitasnya berganti menjadi hanya terduduk memandangi tingkah konyol Hinata sewaktu-waktu.
Ia menghampiri Hinata ketika wanita itu juga beranjak dari duduknya di lantai teras.
"Tuan, kita memangnya akan kemana?"
"Berjalan-jalan."
"Wow." Hinata bertepuk tangan. "Aku mau ke DisneyLand."
"Kau pikir kau siapa?!" Kurenai menyalak galak. Hinata menatap Kurenai protes, berkacak pinggang mengembungkan pipinya.
Naruto terkekeh, meraih pipi Hinata yang menggembung setelah Kurenai membentaknya. "Aku yang akan tentukan destinasinya." Kedua mata berbeda warna itu beradu. "Kita akan menonton olimpiade di Paris,"
"Uh? Olimpiade?"
"Di Paris juga ada Disneyland, lebih besar."
Kurenai menghela napas. Eksistensinya terasa seperti lenyap jika keduanya telah saling bicara, nuansa yang Hinata bawa ke mansion Tuan Muda Uzumaki telah berubah total, alih-alih seperti rumah era victoria yang berselimut kekelaman, kini beberapa ruangan terasa segar karena ulah Hinata menambahkan pajangan-pajangan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD FLOWER (ON GOING)
FanfictionNaruto dan Hinata bertemu, pada peristiwa naas yang tentu saja merugikan keduanya. Hinata mencuri-dengar pembicaraan terlarang Naruto dengan rekan bisnisnya, sesuatu yang tak boleh di dengar siapapun, tetapi Hinata mengetahuinya. Naas bagi Hinata ad...