19 | MASK

876 170 57
                                    


.

.

.

19 | MASK

MASIH TERINGAT jelas apa yang terjadi kepadanya, pisau lipat sempat menggores leher Hinata ketika ia bergerak untuk memiting lengan pria asing yang duduk di sebelah dalam mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MASIH TERINGAT jelas apa yang terjadi kepadanya, pisau lipat sempat menggores leher Hinata ketika ia bergerak untuk memiting lengan pria asing yang duduk di sebelah dalam mobil. Hinata tidak tahu sejak kapan, gerakan yang ia berikan untuk melawan menjadi gesit begitu saja. Ketika menghadapi pria itu, omelan Kurenai terdengar di telinganya dan suara berat Naruto ikut mengalun di ingatannya, Naruto sempat mengajarinya cara menangkis serangan meski itu bukan sesuatu yang mendetail.

Segala upaya itu ia pakai untuk bertahan.

Tetapi tidak mampu membuatnya menang.

Dirinya tetap kalah dalam taktik mengunci, membuatnya tetap terjebak.

Setelah pertarungan singkat itu tetapi sepertinya tidak dapat disebut pertarungan, kini Hinata tidak dapat melihat apapun dari kain penutup yang menutup kedua matanya. Kakinya tidak berhenti memberontak sehingga pada akhirnya pria asing keparat itu mengikat seluruh tubuhnya hingga dirinya tidak bisa bergerak.

Hanya penciumannya yang berfungsi.

Ia mencium harum sengit dari minyak.

Bau-bau tidak sedap semacam besi yang berkarat.

Sebuah tempat yang tak bisa ia bayangkan.

"Kau babak belur oleh seorang wanita?"

Terdengar suara berat, setelah hanya ada keheningan dan cicitan tikus.

"Maaf. Aku tidak tahu dia bisa bertarung."

Siapa itu? Hinata bertanya-tanya. Dimana dirinya sekarang?

"Kau menyuruh kami bertindak cukup mencolok."

"Kalian keberatan? Bukankah kalian juga cukup tangguh hanya untuk menghajar polisi lalu lintas? Hm?"

Hening tak ada jawaban.

Hinata tidak cukup mengenali suara itu.

Dirinya juga tak bisa berbicara ketika mulutnya tertutup lakban hitam yang begitu lekat.

"Buka penutup kepalanya."

Tak lama perintah itu, penutup kepalanya di tarik kasar, Hinata mendesis ketika tindakan itu terasa kasar, ketika ia sudah dapat melihat, seseorang kini sudah berdiri di hadapannya. Pria itu, tidak dapat ia kenali, membuatnya menerka-nerka dengan matanya yang mawas.

Dia mengenakan topeng.

Lakban yang melekat di mulutnya ikut di lepas. Hinata mendesis ketika merasakan pelekat dimulutnya dilepas cukup kasar.

"Siapa kau...?" Hinata kontan melempar pertanyaan, tanpa bisa menahannya.

Pria itu tak menjawab.

Hinata mendengkus dan berusaha melepaskan tubuhnya dari ikatan. Ia begitu kesal saat pria itu, yang tampaknya terlihat tua, tak mengindahkan pemberontakannya.

BLOOD FLOWER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang