.
.
.
TERASA HANGAT ketika bibir itu kembali mendekat dan melumat lembut bibirnya, kedinginan air kolam sedikit terobati dan Hinata memejamkan matanya perlahan, membalas ciuman itu. Memilih tenggelam dalam buncahan perasaan yang terasa menyenangkan ketika Naruto menciumnya begitu saja, seperti tindakan itu adalah hal biasa yang pria itu lakukan. Bibir itu berpadu, saling bertemu. Dirinya menyukai bagaimana Naruto menyentuhnya. Membiarkan lengan kokoh pria itu menarik lembut tengkuknya, tubuh mereka menjadi lebih dekat, jemarinya membelai lembut dada bidang Naruto.
Hinata pikir mereka harus berpindah.
Kolam bukan tempat yang cocok untuk bertindak lebih jauh!
Dirinya sudah terhanyut.
Ayo bawa aku ke ranjang!
Tetapi pengharapan itu sepertinya tidak terwujud, suara langkah kaki terburu-buru yang terasa menggesek lantai terdengar olehnya. Membuat Hinata harus menahan birahi kucing betina-nya ketika suara terdengar dan menginterupsi ciuman mereka.
"Permisi... Tu-Tuan."
Hinata pikir Naruto benar-benar akan membunuhnya dengan ciuman sebab pria itu tak terlihat akan berhenti. Bibir sedikit tebal itu menjauh pada akhirnya, Hinata dapat menarik napas, melihat Naruto menolehkan kepalanya kepada pelayan yang wajahnya ketakutan ketika tindakannya mungkin akan menganggu.
Tetapi memang benar, pelayan itu menganggu!
Kedua tangan Naruto masih menangkup wajahnya.
"Kenapa?" Tanya Naruto.
Hinata ikut menoleh pada pelayan.
"Seseorang me-nelepon telepon rumah, meminta Tuan segera mengecek ponsel." Ungkapan itu membuat Hinata melirik Naruto, pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk, sehingga pelayan itu segera pergi dari hadapan mereka, Naruto kembali menyugar rambut pirangnya yang basah. Netra safir itu kembali bertemu dengan mata kucubung Hinata, tetapi kemudian Hinata menyengir dan membuang muka.
Dirinya tidak ingin merasa gugup, ketika suasana menghanyutkan mereka telah sirna.
"Masuk." Tutur Naruto.
"Ya?"
"Masuk ke kamarmu, kau akan mati kedinginan jika di sini." Naruto menatap bibir mungil yang terlihat menggigil, kelopak mata Hinata mengerjap beberapa kali dan kepala wanita itu mengangguk kaku.
Naruto segera berbalik memunggungi dan berjalan meninggalkan Hinata. Ia segera berjalan mengambil handuk untuk membasuh wajahnya, dirinya memang meninggalkan ponsel di kamar. Mungkinkah Kakashi yang menghubunginya?
Naruto menoleh ke kolam, melihat Hinata kini berjalan pelan-pelan ke pinggir kolam. Wanita itu terpeleset tetapi berhasil berpegangan pada pinggiran kolam, Naruto berdecak, segera menghampiri dan mengulurkan tangannya.
Hinata mendongakkan kepala, tak langsung meraih uluran tangannya.
"Cepat."
Uluran tangannya bersambut, Naruto membantu Hinata menaiki tangga kolam, tubuh wanita itu timbul dari air, warna merah terang dari baju renang Hinata telah berubah menjadi warna merah gelap karena terkena air. Membuat kulit putih susunya tampak kontras, air menetes-netes, bibir itu memilin menahan kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD FLOWER (ON GOING)
Fiksi PenggemarNaruto dan Hinata bertemu, pada peristiwa naas yang tentu saja merugikan keduanya. Hinata mencuri-dengar pembicaraan terlarang Naruto dengan rekan bisnisnya, sesuatu yang tak boleh di dengar siapapun, tetapi Hinata mengetahuinya. Naas bagi Hinata ad...