Ketiga

129 10 1
                                    

"Saya sedang terburu-buru, cepat carikan mawar biru itu sekarang." Demi apapun, Vinson sangat muak dengan perempuan dua yang ada di depan nya saat ini mereka terus saja bertanya kepada bapak yang sempat dia tolong tadi.

Yah, laki laki yang bersama bapak tadi adalah Vinson. Dan sekarang Vinson sudah berada di dalam toko bunga tersebut bersama bapak, Jia, dan Nini.

Vinson ingin membelikan mawar yang baru untuk si bapak, karna mawar yang bapak beli tadi sudah hancur tidak terbentuk. Vinson tidak ada hubungan apapun dengan bapak itu ia hanya menolong Nya saja.

Nini berdiri dengan melipat kedua tangan nya didada lalu ia menjawab "Anda bisa pergi, biar kita yang mengurus bapak."

"Saya hanya berniat baik, kenapa kalian ingin menghentikan niat baik saya."

"Kita hargai niat baik anda, Nini ambil kan bunga mawar itu." Jia juga tak kalah kesal nya seperti Nini, karna mereka berdua sedang menanyai si bapak apakah dia terluka? atau bagaimana kejadian nya? mereka kan perlu tau.

Nini bergegas mengambil kan bunga itu.

"Sudah, jangan ribut nak bapak baik-baik saja. Dan untuk nak Vinson kamu boleh pergi terimakasih ya sudah bantuin bapak." Bapak itu berkata dengan lirih mungkin karna ia masih syok apa lagi faktor usianya yang sudah cukup tua.

"Saya--," belum sempat Vinson menjawab, Nini sudah kembali dengan membawa mawar biru.

"Nih bunga nya sudah kan? sekarang silahkan anda pergi mengganggu saja." Nini memberikan bunga itu pada Vinson, Vinson mengambilnya lalu mengulurkan uang hendak membayar bunga tersebut.

"Tidak usah di bayar, kami juga ikhlas untuk membantu bapak." Jia menghentikan Vinson.

"Terimakasih nak, kalian bertiga adalah anak yang baik. Bapak senang melihat kalian." Ucapan bapak membuat mereka terharu, padahal hanya membantu kecil saja tapi itu sangat bermanfaat sekali bagi orang lain.

"Saya akan mengantar kan bapak pulang." Tawar Vinson, Jia dan Nini mengangguk mereka setuju dengan ulasan Vinson.

Bapak tersenyum dan menganggukkan kepala nya ia mau di antara pulang oleh Vinson. Vinson langsung memapah bapak untuk masuk ke dalam mobilnya.

TUPh!

Vinson menutup pintu mobil lalu berjalan kembali ke dalam toko.

"Apa lagi?!" Vinson baru membuka pintu tapi sudah mendapatkan pertanyaan itu mana dengan muka garang lagi.

"Saya cuma mau mengatakan, bahwa besok saya akan membeli semua bunga yang ada di sini berserta tokonya." Vinson mengatakan nya dengan santai, tapi bagi yang mendengar itu membuat jantung bergerak tiga kali lebih cepat.

DHARR!

Pintu itu ditutup dengan kencang, Vinson segera keluar dari toko meninggalkan Jia dan Nini yang masih mencerna perkataan Vinson tadi.

"Dia bercanda kan?" Jia menatap Nini untuk memastikan.

"Menurut aku engga deh Jia, liat aja tuh mobil nya kayak nya bukan mobil biasa deh." Nini menjawab dengan sejujur-jujurnya, jika kita liat pakaian Vinson bisa terbilang biasa tapi mobil nya luar biasa.

"Ih Nini! Jangan bilang gitu entar kita kerja di mana dong." Jia menjadi takut, karna perkataan Nini bisa jadi benar.

"Kita jadi pengangguran Jia, huaa ga mau ...." Nini yang awalnya biasa saja sekarang malah dia yang bersedih duluan.

"Udah lah Ni, kok kita mikirin itu sih mending kita beres-beres terus pulang."

Nini dan Jia bergegas mengerjakan tugas mereka masing masing walaupun perkataan Vinson masih mereka pikirkan di dalam otak masing mereka. Sekarang mereka menyiapkan diri untuk segara pulang karna hari sudah mau menunjukkan waktu enam sore.

***

"Huh ..., hari yang melelahkan." Vinson bersandar di sofa ruang tamu rumahnya, sangat lelah untuk masuk ke dalam kamar dia di lantai dua.

Rumah yang besar tapi hanya ada Vinson di sana, dan beberapa pembantu rumah tangga. Erlan pulang di waktu malam begitu juga dengan papanya, dan bunda nya biasanya setiap hari ada di rumah tapi entah sekarang dia ada di mana Vinson tidak tau.

Vinson mengambil ponsel yang ada di sakunya, mencari nomor yang bertulisan Kak Erlan.

"Kak, malam ini gw ga pulang ya."

"Terserah."

"Jahat banget."

"Apa lagi Vinson?"

"Terserah doang gitu, larang kek atau apa gitu."

"Manja!"

TUT!

Panggilan di Putus oleh sebelah pihak, Erlan yang mematikan telfon mereka.

Vinson meletakan telpon genggam nya di atas meja, ia menutup mata dengan lengan nya, merebahkan tubuh di atas sofa mungkin dia akan tidur di ruang tamu malam ini. Vinson tidak jadi keluar rumah mood nya sudah hancur gara-gara kakaknya.

❁͜❁❁͜͜❁

Ketiga selesai.
Aya usahin update satu hari sekali kalau ga berarti Aya lagi sibuk banget mana dua minggu lagi mau UTS. Fighting Aya😭💪
📝🤍




BETWEEN US?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang