Walapun Edo sudah jujur dan mengukapkan segalanya, tapi Satala masih memiliki rasa menganjal saat dekat dengan cowok itu. Atau mungkin karna sebagian hatinya merasa tidak terima karna wanita yang disukai oleh Edo adalah Laluna, bukan dirinya. Bagaimanapun dialah yang berada di samping cowok itu selama ini, bisa-bisanya dia tidak terlihat sama sekali.
Satala memang sudah tidak lagi menyakal jika dia menyukai Edo, apalagi berpura pura merasa jika debaran di jantungnya karna rasa simpati saja. Benar perkataan Rika, mereka sudah berteman sangat lama, mana mungkin salah satunya tidak memiliki perasaan. Tapi sialnya, Satala baru menyadarinya sekarang.
Dan untuk Edo, Satala tidak tau perasaan lelaki itu. Mungkin saja cowok itu pernah menyukainya, atau tidak pernah sama sekali. Tapi, jika di lihat dari gelagat lelaki itu, Edo mana mungkin menyukainya. Pertama karna Edo sudah berpacaran dengan Laluna dan mengkau nyaman dengan wanita itu, dan kedua apa Edo pernah melihatnya sebagai wanita, perempuan, atau hal lain selain sahabat? Sepertinya tidak. Edo terlalu acuh padanya, jikapun perhatian tidak lebih dari seorang sahabat yang menghawatirkan sahabatnya yang lain.
Lalu bagaimana nasip hatinya yang kecil mungil namun sudah layu sebelum berkembang ini?
Apa dia harus mengakaui pada cowok itu? Tapi bagaimana jika di tolak?
Namun, bagaimana jika mulai sekarang dia membuat rencana agar Edo melihat ke arahnya?
"Apa, apa? Kenapa?" kaget Rika ketika melihat Satala yang bersorak penuh semangat, padahal tadi seperti orang tidak memiliki masa depan yang hanya berguling ke sana kemari di karpet kamar kosnya.
"Aku punya ide, ideku brilian." saut Satala berapi-api. Benar, dia harus membuat Edo berbalik menyukainya, dan melupakan Laluna.
"Apa sih? Ide apa?"
"Kamu dukung aku kan, Ka?"
Rika mengangguk.
"Mulai sekarang kamu harus dukung aku, aku punya ide brilian."
"Iya, tapi ide apa?" tanya Rika yang mulai kesal.
Satala tidak menyahut, dia mula memikirkan rencana apa yang harus dia lakukan pertama kali untuk membut Edo balik menyukainya.
Menepel pada lelaki itu?
Benar, mulai sekarang dia akan menepel pada Edo agar tidak ada waktu barang sedetik untuk cowok itu memikirkan Laluna. Bila perlu dirinya akan pindah kerumah cowok itu juga.
Rika mengaruk kepalanya yang tidak gatal saat melihat Satala pergi meninggalkan kamar kosnya. Pertanyaan yang tadi dia ajukan belum juga di jawab, tapi sekarang cewek itu sudah pergi begitu saja. Merasa tidak harus di pikirkan, Rika kembali meneruskan skripsinya. Lebih baik dia cepat menyelesaikan patokan kelulusanya, ketimbang memikirkan Satala yang jalan pikiranya kerap di luar nalar.
"Kenapa?" tanya Edo ketika melihat Satala sudah berdiri di depan bengkelnya.
"Pulang bareng." ucap Satala dengan cengiran.
"Tumben?"
"Nggak papa sih, pingin aja."
"Hm, ya udah tunggu di atas aja."
Tala dengan cepat menggeleng, dia menarik kursi plastik yang tidak jauh darinya lalu mendudukinya. Jika dia naik ke atas, bisa bisa dia lupa akan niatnya untuk membuat Edo melihat ke arahnya karna sibuk memesan banyak makanan, lebih baik dia menunggu di bawah dan melihat lelaki itu bekerja. Alasan lain karna Tala takut Laluna tiba tiba muncul tanpa bisa dia cegah. Walapun kemukinan terakhir sangat tidak mungkin karna di liht-lihat butik wanita itu sepertinya sedang tidak beroprasi. Namanya juga waspada, dia harus siap dengan banyak kemungkina-kemungkinan.
"Di sini aja."
"Yakin?" Edo bertanya dengan alis terangkat. Tumben sekali perempuan itu mau menungguinya di dalam bengkel. "Aku bayarin."
Satala tetap menolak, walapun tawarn lelaki itu terdengar mengiurkan. Tidak, Tala harus waspada 86.
"Ya udah." kalah Edo. Dia berbalik dan melanjutkan bekerja, masih sekitar 2 mobil lagi yang harus dia cek.
Satala yang melihat Edo kembali bekerja pun meneguk air liurnya. Astaga, bagaiamana dia baru sadar jika Edo itu ganteng banget. Pantas saja Laluna yang sudah menikah kesemsem dengan cowok itu. Bahkan dengan baju dan wajah kotor penuh oli membuat Edo semakin terlihat lebih jatan juga sexy.
Aduh, aduh! Satala, kemana saja kamu selama ini?
Sekitar 2 jam Satala menunggu sampai Edo menghampirinya dengan wajah segar sehabis mandi. Pakian lelaki itu juga terlihat sudah berganti dengan kaus di balut kemeja dan celana panjang dengan beberapa sobekan.
"Naik motor?" tanya Tala dengan delikan ketika melihat Edo mengeluarkan motornya dari pintu samping. Bukan apa, Tala suka naik motor, tapi dengan Edo? sepertinya tidak. Jika hanya riding santai dia sih oke saja, tapi Edo jika sudah bertemu motor itu seperti akan mengajaknya mati saja. Dan Satala tidak suka itu.
"Iya. Kenapa? nggak mau?"
"Mau." jawab Satala dengan nada tertekan. Demi cintanya, demi perasaannya yang baru berkuncup malu malu, Tala rela walapun harus berdoa sepanjang perjalanan.
"Ya udah, naik."
Dengan terpaksa Satala menurunkan egonya, jika dia memaksa untuk naik taksi karna tidak ingin di bonceng lelaki itu bisa berujung lebih bahaya akhirnya. Bagaimana jika nanti Edo berbelok menemui Laluna dan bukan kembali ke rumah, bisa hancur rencanaya.
Sebenarnya Edo tidak berniat mengunakan motor tadinya, tapi saat melewati parkiran khusus miliknya dia jadi tergoda. Toh sudah lama dia tidak mengendarai motor, apalagi selama menjalin kasih dengan Laluna. Hubungan mereka yang di tutupi karna status Laluna, membuat dirinya harus pasrah saat keduanya pergi wajib naik mobil dengan kaca gelap. Lalun tidak mau hubungan mereka diketahui siapapun yang mungkin akan menjadi masalah di kemudian hari Padahal Edo sendiri ingin memamerkan perempuan itu pada dunia betepa dia mencintainya.
Sorry for typo
Luvv❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri&s
Short StoryPertemanan antara laki laki dan perempuan akan berhasil, jika keduanya tidak pernah memandang satu sama lain sebagai lawan jenis. Tapi bagaimana jika Sitala berulah dengan memandang Edo seperti itu? Sampai rasa yang tak boleh ada muncul, dan rahasia...