Tidak seharusnya Satala menerima ajakan Laluna untuk 'mengobrol' karna maksut dari kata mengobrol yang diucapkan Laluna pasti menyangkut Edo.
Sebenarnya Satala tidak berniat menghindar, karna memang dia sendiri yang memasang umpan. Tapi, menghadapi Laluna secara langsung seperti ini tidak pernah ada dalam rencananya. Dan sekarang, Laluna sudah di depanya, duduk manis dengan segelas latte yang masih mengepul.
Satala tersenyum kecut. Bagimana bisa ada seorang wanita begitu cantik walapun tidak melakukan apapun? Satala menjadi iri hati. Pantasa saja Edo rela menjadi simpanan walapun tahu jika wanita itu sudah memiliki suami. Jika itu Satala, mungkin dia akan melakukan hal yang sama seperti yang Edo lakukan.
"Edo suka cerita soal kamu." mulai Laluna.
"Oh, ya?" Satala nampak terkejut. Edo adalah orang yang tertutup, cowok itu susah sekali di ajak mengobrol, apalagi membahas masalah hidup. Kalau Edo saja sampai membahas hidupnya pada orang lain, pasti orang itu sangat spesial.
Dan orang itu Laluna. Sebenarnya, seberapa besar Edo mencintai wanita bersuami di depanya ini?
"Iya. Dia bilang kamu adalah sahabat dia satu satunya yang paling tulus, dan dia sayangi."
Satala tertawa canggung. Sahabat, ya? Apa memang yang dia harapkan? Tentu Edo akan mengatakan dirinya sebagai seorang sahabat ada wanita yang di cintainya.
"Kamu tau hubunganku dengan Edo?" tanya Laluna. Perempuan itu memutari pinggiran gelas dengan telunjuknya, menimbang untuk melanjutkan cerita. "Aku dan Edo, kita memiliki hubungan yang lebih dari seorang teman."
"Ya." jawab Satala pendek, nampak tak sama sekali terkejut. Cepat atau lambat, pembicaraan tentang hubungan perempuan itu dan Edo pasti akan menjadi pembicaraan. Bukankah itu tujuan Laluna mengajaknya untuk mengobrol?
"Sudah tau, ya." desah Laluna. "Apa Edo yang bercerita?"
Satala tidak lagi menjawab, dia hanya menatap Laluna dengan raut tenangnya. Bukankah dia memang harus tenang? Edo sudah memberitahu segalanya tentang hubungan cowok itu dan Laluna. Pun alasan kadasnya hubungan mereka.
"Apa dia juga bercerita kalau itu sudah berakhir?"
"Ya."
Lagi lagi Laluna mendesah pelan. Lalu menatap Satala dengan senyum simpul.
"Kenapa?" kini giliran Satala yang bertanya. "Kenapa berakhir?"
"Kamu tau kan Edo adalah orang baik?"
Satala tidak menjawab, dia balas tatapn Laluna dengan tajam.
"Karna dia lelaki baik, jadi kita harus mengakhiri semuanya. Aku nggak mau buat dia terluka karna keegosisanku." Laluna memutus pandangan, dia berubah menatap jalanan yang tidak terlalu ramai sembari menerawang masa lalu.
Saat usianya 15 tahun, dia sudah di jodohkan dengan suaminya, lalu mereka bertunagan dan menikah 3 tahun kemudian. Laluna tidak memiliki masa remaja yang indah, dia tidak pernah berpacaran atau hanya sekedar menyukai seseorang. Hidupnya hanya fokus pada sekolah dan suaminya. Sampai suatu ketika, dia jenuh, hingga semua berubah.
Pertengkaran seolah sudah menjadi hal lumrah dalam rumah tangganya. Kata kata kasar hingga dan cacian menjadi akhir setiap perbincangan. Ditambah, belum handirnya sosok buah hati memicu keretakan rumah tangganya. Sampai di masa di mana Laluna tidak tahan, dan mulai mencari hidupnya sendiri.
Saat itulah pertemuanya dengan Edo pertama kali. Di saat masa terpuruknya, Edo selalu menemaninya, menyemangatinya hingga timbul rasa yang tidak seharunya.
Laluna sadar apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan, tidak sehausnya dia melakukan itu, apalagi menyeret Edo. Lelaki itu tulus mencintainya, mengharapkanya. Tapi sayang, Laluna tidak bisa meninggalkan suaminya.
Bagaimanapun, dia dan suaminya sudah cukup lama, tidak mungkin bercerai begitu saja. Lagipula, suaminya pun terlihat menyesal dan ingin memperbaiki semuanya.
Hingga pada akhirnya, Laluna mengakhiri semuanya dengan Edo.
"Kamu tau? yang kamu lakuin itu sangat jahat." ucap Satala menatap Laluna semakin tajam.
Perempuan itu begitu cantik, cerdas, tapi sangat manipulatif. Menurutnya, Laluna memanfaatkan Edo dengan dalih keterpurukan. Laluna hanya ingin melampiaskan amarahnya pada sang suami dengan memepermainkan Edo.
"Aku tau, dan aku menikmatinya. Waktuku bersama Edo, walapun salah, aku menikmatinya. Begitupun dia. Kami sama sama menginginkan, tapi.."
"Dia mengharapkan kamu, tapi kamu membuangnya."
"Kita sepakat untuk mengakhiri."
"Tetep aja, kamu nggak sepantasnya ngelakuin itu."
Laluna menghela nafas pendek yang terdengar berat di telinga Satala. Wajahnya yang semula penuh senyum, kini berubah sendu.
"Walapun aku memilih bercerai dengan suamiku dan bersama Edo, semunya nggak akan mudah. Aku nggak mau menyakitinya lebih dalam."
"Tapi kamu menyakitinya."
"Edo akan lebih sakit kalau aku memilih melanjutkan hubungan ini."
Hiii....
Long time no see...
Apa kabar?Sorry for typo
Luvv💜💜
![](https://img.wattpad.com/cover/353081289-288-k796227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri&s
Cerita PendekPertemanan antara laki laki dan perempuan akan berhasil, jika keduanya tidak pernah memandang satu sama lain sebagai lawan jenis. Tapi bagaimana jika Sitala berulah dengan memandang Edo seperti itu? Sampai rasa yang tak boleh ada muncul, dan rahasia...