Lima

1.5K 97 2
                                    

Benar dugan Rika jika Satala dan Edo sedang bermasalah, tapi saat di konfirmasi keduanya sama sama berkilah jika sedang banyak tugas. Padahal Rika yakin, jika pasti ada kesalah pahaman anatara mereka.

Sore itu, Rika menyeret Satala ke cafe Edo setelah kelas usai. Dia tidak mau di recoki cewek itu saat berkencan dengan pacarnya, jadi dia berencana akan membuat Satala dan Edo berbaikan.

"Udah, udah. Aku sendiri aja yang ketemu dia." Satala menyetak tangan Rika pelan. Dia memang sudah berencana berbaikan dengan Edo, toh bukan salah cowok itu juga. Tala saja yang labil. Mau Edo berpacaran dengan seorang gadis, janda, istri orang, atau bahkan sesama jenis pun, sebagai sahabat seharunya dirinya mendukung saja. Ya walapun apa yang di lakukan Edo sekarang adalah hal yang tidak terpuji.

"Bener, ya?" tanya Rika memastikan.

"Iya, iya. Udah sono kamu, pasti Damar udah nunggu."

Rika menyengir, lalu menyenggol pundak Satala. "Mangkanya kamu baikan juga dong sama Edo, biar kalian bisa pacaran kayak aku."

Satala mendengus, tidak berniat menyahut. Pacaran apanya, orang yang di sukai Edo saja sekelas istri orang.

Huh! Kenapa memikirkanya membuat Tala menjadi kesal kembali. Mungkin lebih baik besok saja dia berbaikan dengan cowok itu.

"Udah, ya, aku pergi. Awas kalau besok aku liat kalian belum baikan. Aku kurung kalian di kamar berdua."

....

Tepat pukul 2 malam, Edo baru pulang dari bengkel. Dia kelelahan sampai tanpa sadar ketiduran. Jika tidak mengingat ada perkulihan pagi, mungkin Edo tidak akan memaksakan diri untuk pulang ke rumah, lebih baik tetap di bengkel meneruskan tidurnya.

Sayup sayup telinganya mendengar suara dua sejoli sedang bermesraan, kepalanya menggeleng tidak habis pikir. Komplek perumahanya memang kurang pengamanan, tamu kerap masuk tanpa kenal waktu. Sebenarnya bukan masalah baginya, selagi tidak menggagu. Tapi, Edo yakin beberapa bulan kedepan pasti ada kabar yang mengegerkan warga seperti bulan lalu jika ada gadis hamil tanpa suami.

"Ihh, kamu kok cium bibirku, sih!?"

Edo berheti memutar kunci pintu. Suara itu, sepertinya dia mengenalnya. Satala, benar, tidak salah lagi itu suara Satala. Jadi cewek itu?

Belum sempat Edo mencari sumber suara, cewek yang dia perkirakan muncul.

"Edooo.." rengeknya.

Ada sesosok cowok di sebelahnya, berdiri takut takut menatap Edo.

"Jam segini masih di luar, dari mana?" tanya Edo, matanya meyorot tajam.

Satala cemberut. Dia dorong Devon, teman kampus yang baru dia kenal di bar dengan pelan. "Udah, kamu pulang aja." suruhnya.

Devon menurut, dia tentu tidak ingin membut masalah dengan Edo. Siapa yang tidak mengenal Edo Argawinata, cowok dengan sorot mata tajam dan tangan mematikan. Dengar-dengar kemarin saja Edo baru mematahkan tangan kakak tingkat mereka karna berani membut taruhan tentang Satala. Dan Devon tentu tidak ingin bernasip sama.

Sepeninggal Devon, Edo menyuruh Satala masuk ke dalam rumahnya tanpa lagi bertanya. Dia tentu sudah tau kemana perginya cewek itu. Dan untuk waktu seperti ini, Mama Satala tentu tidak akan bermurah hati membukakan pintu.

"Makasih." ucap Satala setelah Edo berjanji tidak akan memberitahu Mamanya jika dia pulang cukup pagi. Dia duduk di ruang tamu, menunggu Edo yang masuk ke dalam kamar.

Sebenarnya Satala sudah berniat menginap di kos Rika, tapi cewek itu malah sibuk dengan pacarnya. Alhasil, Satala menggalau sampai lupa waktu. Lalu, dia bertemu Devon, dan cowok itu mentraktirnya sampai mengatarnya pulang. Tapi ternyata semua itu tidak gratis, Devon memaksa menciumnya, membuat Satala jengkel. Untung dia melihat Edo, jadi dia bisa terlepas dari cowok playboy musiman seperti Devon.

Baru juga mengatarkan pulang sekali, sudah berani menciumnya, bagaimana jika berkali kal? Ihh, Satala usap bibirnya kasar, jijik sekali rasanya. Ciuman pertamanya, bibir sucinya, sekarang tidak ada lagi.

"Bersih bersih dulu, terus tidur." Edo muncul dengan baju baru miliknya dan selembar handuk, menyerahkan ke arah Satala.

Satala berdiri dari duduknya. Tentu dia perlu mandi, tubuhnya terasa lengket. Baru akan melangkah, Satala langsung limbung kedepan karna tersandung karpet. Edo yang berada tepat di depanya pun tak ayal menjadi bantalan empuk untuknya.

Sejenak keduanya terdiam, mencerna apa yang baru terjadi. Satala yang sadar lebih dulu dengan gelagapan berniat bangkit berdiri, tapi tanganya yang salah bertumpu membuat kemeja Edo tertarik.

Satala mendelikmelihat pundak Edo yang terekspos, juga..

Apa itu?

"Akh!"

Pekikan Edo yang merasa lehernya tercekik membuat Satala segera beranjak. Cewek itu salah tingkah, dengan cepat meraih handuk juga baju yang tadi Edo berikan dan berlari masuk kedalam kamar mandi.

Setelah pintu terkunci, Satala membenturkan kepala di tembok kamar mandi berulang. Bodoh! bodoh! Kenapa jantungnya malah berdetak kencang?

Satala menghembuskan nafas pelan, lalu berbalik menghadap cermin, melihat bayangnya sendiri. Pikiranya melayang.

Edo dan Lalula, apa mereka sudah sejauh itu?

Astaga! Tentu mereka sudah melakukannya. Sepasang kekasih di era abad ke 21 sekarang, sepertinya lumrah melakukan sex, apalagi Laluna sudah menikah dan mereka berselingkuh.

Apa yang di lakukan sesorang saat berselingkuh padahal sudah menikah?

Bermain ular tangga?

Tentu mencari kepuasan jawabanya. Sex adalah salah satu dari kepuasan, dan tentu Edo dan Laluna melakukanya. Laluna sudah menikah, dan Edo single, Laluna pasti mecari kepuasan dimana yang tidak di miliki suaminya

Edoo..


Sorry for typo.

Luvv❤

Fri&sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang