Junapiya ♥ 20

38 10 1
                                    

"Kita mau ngapain sih ma nongkrong di sini? Mending ke Kafe aja," protes Vya pada mamanya yang mengajak dirinya duduk di bangku taman sejak 10 menit yang lalu.

"Tunggu bentar dulu, sayang."

Merasa kesal, tapi mau bagaimana lagi. Vya lalu berdiri dari duduknya dikarenakan tenggorokannya yang tiba-tiba merasa haus. "Yaudah kalo gitu Piya mo beli minuman dulu, haus. Mama mau nitip apa?"

"Air mineral aja, Pi."

Setelah itu Vya pergi untuk membeli minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar taman itu.

"Buk?" panggil seseorang semenit setelah Vya beranjak.

Menoleh ke asal suara lelaki yang baru saja memanggilnya. Dian kemudian berkata, "Juna, akhirnya kamu datang .."

"Maaf ya Juna kelamaan datangnya, Buk .."

"Nggak papa, Jun..."

"Ibuk mau ngomongin soal apa, kenapa kita nggak ngobrol di tempat lain aja, Buk?" tanya Juna hati-hati karena ia merasa tidak enak jika ada yang mendengar perbincangan mereka di tempat umum yang sudah pasti akan dilalui oleh banyak orang.

"Di sini aja, Jun. Ibuk pengen ngeliatin anak-anak yang main di sini soalnya .." ucap Dian yang kemudian diangguki paham oleh Juna.

"Duduk, Jun." Dian menyuruh Juna untuk duduk pada bangku di hadapannya dan pemuda itu pun menurut.

"Gimana kabar Ibuk dan keluarga?" tanya Juna basa-basi.

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana?" tanya Dian balik.

"Juna juga baik, buk." jawab Juna diakhiri senyuman. "Eum ... kabar Piya gimana, buk?" tanyanya kemudian. Awalnya ia merasa ragu untuk menananyakan tentang Vya. Tetapi setelah dipikir-pikir, apa salahnya jika hanya sekadar bertanya. Lagipula pertanyaan yang Juna tanyakan tidak lebih dari hanya menanyakan kabar.

Sebuah senyuman mengembang di wajah Dian. Lucu melihat tampang ragu-ragu Juna saat menanyakan tentang putrinya.

"Kamu beneran mau tau kabarnya Piya?" tanya Dian, seperti sedang menggoda.

Senyuman kikuk Juna muncul karena entah kenapa dirinya jadi merasa malu-malu kucing. Rasanya bagaikan sedang menanti jawaban dari gadis yang sedang ia pinang.

Tidak lama setelahnya muncul seorang gadis dari arah belakang Juna. "Ma, Mama lagi ngobrol sama sia-J-juna?" Vya tiba-tiba merasa kaget saat melihat adanya Juna yang tengah duduk di bangku. Seketika dirinya menjadi salah tingkah, dan hampir saja dua botol minuman yang ada di kedua tangannya terjatuh.

Sementara itu, Juna juga sama merasa kagetnya seperti Vya. Tidak menyangka bahwa ternyata Dian juga mengajak Vya. Akan tetapi Juna berusaha menahan rasa gugup, serta ekspresi wajahnya juga langsung berubah datar, seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Mengenai dirinya yang tadi sempat menanyakan kabar gadis itu.

Sedangkan Dian hanya mengamati raut wajah Juna dan Vya secara bergantian. "Duduk kamu, Pi. Mana sini minumannya," ucapnya pada Vya yang masih diam berdiri di pertengahan antara dirinya dengan Juna.

Vya menoleh ke arah sang Mama, kemudian melangkahkan kakinya menghampiri keberadaan mamanya.

"Ma, kok ada Juna?" bisik Vya sembari memberikan sebotol air mineral pada sang Mama.

"Jun, kamu haus nggak? Ini Piya beliin kamu minuman," ucap Dian sembari menyodorkan botol air mineral itu pada Juna tanpa menghiraukan sang anak yang keningnya sudah mengerut kebingungan.

"Eum, enggak sih buk, buat ibuk aja airnya .." tolak Juna secara halus. Dirinya merasa tidak enak untuk menerima botol air mineral yang Vya beli.

"Udah terima aja walaupun kamu nggak haus. Ibuk emang niatnya mau ngasih ke kamu kok," kata Dian dengan tangan yang masih setia menyodorkan Juna minuman miliknya.

Dengan ragu-ragu, Juna akhirnya menerima minuman itu. Walau hatinya menolak untuk menerima, tetapi akan semakin bertambah tidak enak jika ia tetap menolak.

"Makasih, Buk," kemudian ia menoleh ke arah gadis di samping Dian. "Vya .." lanjut Juna dengan raut wajah yang kikuk.

Dian menepuk pelan paha Vya yang hanya diam memainkan botol minuman miliknya. "Juna bilang makasih tuh,"

Tepukan dari Dian berhasil mengalihkan atensi Vya yang sejak tadi terfokus pada botol minumannya. Gadis itu hanya menatap ke arah Juna dengan sekilas, kemudian menganggukkan kepala sebagai tanggapan untuk ucapan terimakasih Juna.

Beberapa menit kemudian, keadaan di antara mereka bertiga menjadi hening. Dian dengan sengaja berdeham untuk memancing atensi dua anak muda itu.

Juna dan Vya spontan menolehkan kepala ke arah Dian yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.

"Jadi, tujuan utama saya mengajak kalian ke sini memang sengaja untuk mempertemukan kalian berdua." ucap Dian kemudian menoleh ke arah Vya di sampingnya. "Niat mama di sini hanya ingin membantu meluruskan tentang kesalah pahaman yang sudah terjadi." setelah itu ia menoleh ke arah Juna. "Juna, di sini anggap saja ibuk sedang berada di pihak kamu. Jadi, tolong kamu jelaskan tentang perasaan kamu yang sebenarnya. Bagaimana perasaan kamu setelah mengakhiri hubungan dengan Piya. Dan apa alasan utama yang membuat kamu dengan terpaksa harus mengakhiri hubungan kalian berdua ... "

Kening Vya semakin mengerut mendengar ucapan mamanya. Ia benar-benar bingung dan tidak mengerti akan situasi saat ini.

Sementara Juna tengah bersusah payah untuk menelan ludahnya karena tidak menyangka jika ternyata Dian akan membahas mengenai perihal tersebut.

"Ayo silakan, Jun. Jangan ragu-ragu. Ibuk pengen banget kalian berdua saling mengungkapkan bagaimana perasaan kalian masing-masing. Hanya ini cara yang bisa Ibuk lakukan demi memperbaiki hubungan kalian berdua ..."

Juna menegapkan posisi duduk sembari menahan rasa kegugupannya. Sedangkan Vya hanya diam memperhatikan gelagat aneh Juna yang semakin membuat dirinya penasaran.

"Euhm, Alvya ... maafin gue ya?" ucap Juna pada Vya dengan wajah serius.

Sementara Vya hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Mungkin gadis itu bingung dengan semua ini. Di satu sisi ia merasa benar-benar kesal atas perbuatan Juna. Tetapi di sisi lainnya, ingin sekali rasanya dirinya bersama Juna kembali seperti dulu lagi.

Vya menunduk sejenak, lalu kembali mendongak menatap kedua manik mata Juna. "Sejujurnya gue masih ngerasa sayang sama lo, Jun. Tapi gue juga ngerasa sulit buat maafin lo atas apa yang udah lo lakuin. Jadi, untuk sekarang gue belum bisa maafin lo."

Mendengar ucapan Vya barusan, Dian pun menatap Juna dengan tatapan mendukung. "Jun, apa kamu nggak mau nyeritain soal Om?"

Juna menoleh ke arah Dian namun tidak lama kedua matanya kembali menatap Vya dengan keraguan. Ia merasa bimbang untuk mengungkapkan kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Vy .. Ada yang mau gue omongin soal-" Juna menghela napas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, "sehari sebelum gue mutusin lo ..." kedua alis Vya langsung bertautan penasaran mendengarnya.

"Waktu itu om Dirga ngajak gue ketemuan jam 4 sore di Kafe Mentari ..." Juna pun menceritakan apa yang terjadi pada sore itu yang sampai membuat dirinya jadi tersulut emosi hingga harus mengambil keputusan sepihak.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Juna, kedua mata Vya hanya bisa membuka lebar serta mulutnya terasa sulit untuk berkata. Ia benar-benar merasa kecewa pada sang papa yang ternyata menjadi penyebab kehancuran hubungannya dengan Juna.

Bersambung-

♥JUNAPIYA♥ | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang