Shona bergerak gelisah dengan mata yang menerjap pelan, dengan perlahan mata indah itu terbuka sempurna bergulir kesegala arah memastikan dan mencoba mengingat dimana dia sekarang. Sedikit lupa usai beristirahat dan tertidur dalam waktu yang tidak sebentar. Bangkit dari posisi nyamannya kini Shona memilih untuk duduk, menguap sesekali masih dalam kondisi yang mengantuk walaupun baru saja bangun dari tidur.
"Jam berapa ini?" Gumamnya sambil melihat jam tangannya yang masih melingkar cantik ditangan kirinya. Dapat dilihatnya jika jam tangan itu menunjukkan waktu dini hari pukul setengah dua pagi, dimana harusnya dia tidur lebih lama untuk mencapai waktu bangun tidur yang semestinya.
"Siapa yang memindahkan ku kemari? Apa mungkin Shem? Tapi jika benar Shem, kenapa dia tidak tidur di sebelahku?" Tanyanya sendiri. Shona mengesampingkan pertanyaan yang menurutnya tidak penting itu lalu memilih untuk meraih ponselnya yang berada dinakas. Setelah mengutak-atiknya sebentar Shona pun melihat beberapa pesan masuk dan juga mengecek pesan yang ia kirim pada Shem. Shona menghela nafas saat melihat pesannya tidak dibalas melainkan hanya dibaca.
"Ada apa dengannya? Dia pikir dia boleh seperti ini? Menyebalkan! Aku yakin dia tidak tau aku disini" Shona berdecak pelan lalu mengetikan sesuatu sebelum menekan tanda telpon pada layar atas ponselnya itu.
"Jika bukan karena keadaan, aku pasti tidak akan menghubunginya"Suara serak juga berat dari sebrang sambungan telepon itu membuat Shona memutar matanya malas. Dia sungguh kesal. Bagaimana bisa kekasihnya itu yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, tidur nyenyak tanpa peduli apapun. Kalimat tanya yang begitu datar seperti biasanya membuat Shona semakin ingin berteriak frustasi.
"Datanglah kemari. Aku memerlukanmu" katanya tak kalah datar. Tanpa menunggu jawaban apapun Shona pun langsung menutup sabungan itu, tidak peduli jika mungkin Shem akan protes atau marah kepadanya karena yang berhak marah sekarang hanya dia seorang.
Sekitar 30 menit berlalu akhirnya penantian Shona berakhir. Sejak tadi dia terus mondar mandir dengan pikiran yang tidak pernah kosong karena memikirkan cara-cara untuk membalas Shem jika pria itu tidak datang saat ini juga.
"Ada apa?.. Memutus sambungan telepon sepihak tanpa persetujuan lawan bicara itu tidaklah sopan. Minimal kau mengetahui waktu yang baik untuk menghubungi seseorang"
"Oh ya? Baiklah maafkan aku" katanya dengan tidak ikhlas juga raut wajah datar dan tatapan tajamnya.
Shem menghela nafasnya pelan. Dia tidak tau bagaimana bisa Shona ada dirumahnya dan kenapa tidak satupun yang memberitahukannya padahal sangat jelas jika dia berhak tau apapun mengenai Shona.
"Katakan ada apa?""Tidak jadi"
"Shona jangan bercanda. Kau harusnya tidur dan beristirahat"
"Aku tidur dan terbangun tadi" jawab Shona seadanya.
" kalau begitu tidurlah lagi"
"Kau tidak tau aku disini?" Tanya Shona dengan wajah lebih serius.
"Tidak ada yang memberi tauku" jawab Shem
"Tidak perlu diberitau karena seharusnya kau yang mencari tau" jawab Shona melirih merasa kecewa dengan jawaban yang Shem berikan. Bukankah seharusnya Shem lebih mengerti dengan tanggung jawabnya? Kenapa seperti tidak ada perubahan sedikitpun dari sikapnya.
"Tidur lah Shona" bukannya Shem tidak mengerti dengan apa yang Shona katakan hanya saja Shem merasa waktunya tidak tepat untuk menjelaskan dan berdebat untuk hal kecil seperti ini.
"Setidaknya tanyakan kenapa aku menelponmu"
"Aku bertanya sejak tadi"
Shona berdecak pelan lalu melangkah menuju tempat tidur dan membaringkan tubuhnya dengan kasar. Shona menginginkan perhatian tapi Shem sepertinya masih tidak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
jerk and diamonds🔞| sungsun/sunsun
Fiksi Penggemarbagaimana jika wanita kalangan atas berwajah cantik nan anggun terjebak dalam permainannya sendiri hingga harus mengalah dan menurunkan harga dirinya hanya karena jatuh dalam pesona seorang gangster berwatak dingin, berhati keras Dan Kasar? "Jadi ba...