27

888 79 7
                                    

Tatapan tak bersalah juga masih penuh dendam dipancarkannya. Tidak peduli bagaimana keadaanya sekarang dan siapa yang kini tengah berada didepannya. Shem hanya menatap datar sedangkan Shona menatap lembut penuh dengan rasa sedih juga kecewa.

"Memuakan! Tidak perlu memasang wajah seperti itu Shona!" Sarkasnya pada Shona

Shona kembali berfikir. Harry yang dulu dikenalnya bukanlah orang yang kasar seperti ini. Terlepas dari perbuatannya sebelumnya, Harry adalah orang yang sangat baik yang Shona kenal sebelum satu kesalahan itu terjadi. Sosok Harry pernah menjadi pujaannya juga alasan dari bahagianya tapi sekarang Harry malah menjadi luka tersakitnya.

"Harry ada apa dengan mu?" Tanya Shona lembut. Shem paham bagaimana pemikiran Shona jadi pria itu juga tampak tidak keberatan sama sekali karena mau bagaimana pun masalah akan selesai jika orang yang berkaitan mau membicarakannya baik-baik. Shem tentu tidak akan membiarkan siapapun menaruh dendam pada Shona berkelanjutan maka ada baiknya jika semua diselesaikan segera.

Harry membuang muka dengan decihan pelan yang masih cukup terdengar.

"Kau bukanlah orang yang seperti ini sebelumnya. Kita berakhir karena satu kesalahan dan aku pun harusnya tetap meminta maaf karena itu. Harry dengar.. hidup tetap berjalan dan apa yang sudah terjadi tidak akan bisa dirubah kembali. Aku punya kehidupanku sekarang dan kau pun harusnya begitu. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan mu tapi kumohon jika memang kau tidak ingin meminta maaf, setidaknya cukup akhiri sampai disini. Kau bertindak terlalu jauh bahkan kau mulai menghancurkan kehidupanku"

Harry diam tidak bersuara ataupun merespon dengan ekspresinya.

Shona menghela nafas. Terhitung sudah berjalan 3 Minggu sejak hari pernikahan mereka, dan dari sejak saat itu juga Shona berubah menjadi semakin dewasa. Belum lama memang tapi prubahan pastinya akan ada secara alami.

"Tak apaa Harry, hiduplah dengan baik disini dan kembalilah nanti dengan versimu yang jauh lebih baik, walaupun tidak bersamaku tapi aku yakin ada seseorang yang lebih pantas bersamu nanti"

Shona menoleh pada Shem dengan senyuman kecilnya. Meraih tangan Shem untuk digenggamnya erat.

"Ayo Shem" ajak Shona yang langsung diangguki oleh Shem. Keduanya pun melangkah pergi dari sana meninggalkan Harry yang akan menjalani hukumannya dengan waktu yang lama.

×××

Shem tersenyum kecil melihat Shona yang juga tengah fokus menyetir disebelahnya. Hari ini Shem sedang tidak enak badan jadi Shona bersikeras jika dia yang akan menyetir kemanapun mereka akan pergi.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Shem membuat Shona menoleh sekilas dengan tatapan bertanya.

"Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu pada mu?" Tanya Shona balik

"Aku ingin tau bagaimana perasaanmu sekarang, Itu jauh lebih penting daripada bagaimana keadaanku"

"Aku tidak setuju dengan itu. Kau ataupun aku sama-sama penting, dan yaa tentu aku jauh lebih baik sekarang"

"Baguslah"

Keduanya tampak terdiam sesaat fokus dengan dirinya masing-masing, ntah itu pikiran ataupun Shona yang fokus pada jalanan.

"Ah yaa Shem, bagaimana dengan Nicolas? Apa dia sudah sadar dengan perbuatannya?" Shona menghela nafasnya sesaat lalu menoleh lagi pada Shem.

"Sungguh.. Sebelum kita memulainya lagi, aku ingin semuanya selesai, aku ingin kita tenang Shem" lanjut Shona

"Aku sedang mencarinya. Tidak perlu khawatir"

"Baiklah. Lalu kapan kita akan honeymoon?"

"Kapan-kapan saja"

Shona berdecak kesal. Jawaban yang benar-benar menyebalkan.
Shem menahan kekehannya melihat wajah kesal Shona yang tampak begitu lucu.

"Aku bercanda sayang.. Kapan kau mau? Apa kau yakin sudah baik-baik saja?"

"Jika kita menunggu maka itu akan semakin larut Shem. Bukankah aku tidak harus melupakannya?"

Shem mengangguk menanggapi.
"Kita bisa pergi saat semuanya selesai.. tidak keberatan menunggu?" Tanya Shem

"Tentu tidak,, aku percaya padamu Shem"

"Sudah seharusnya begitu" jawab Shem datar membuat Shona kembali merajuk kesal.

Mobil mereka sampai pada tujuan yaitu rumah mereka. Keduanya pun bergegas turun dari mobil lalu melangkah menuju masuk dengan Shona yang berjalan lebih dulu meninggalkan Shem yang berjalan santai dibelakangnya. Sepertinya wanita itu masih kesal.

Shem menggeleng pelan disela langkahnya menyusul Shona.

"Jangan ikuti aku!"

"Sayangnya kamarku satu arah denganmu" jawab Shem santai seadanya.

"Oh yaa? Ku rasa hal itu salah untuk saat ini tuan Samuel!"

Suara dentuman pintu yang ditutup kuat tepat sebelum Shem melangkah masuk membuat Shem dengan terpaksa mengakhiri langkahnya. Ini hal yang biasa terjadi, Shem sudah mendapatkan code untuk meluluhkan hati tuan putrinya yang tengah merajuk kesal.

"Kalau begitu aku akan pulang Shona" seru Shem dengan suara yang sedikit keras agar Shona mampu mendengarnya. Detik selanjutnya pintu itu kembali terbuka dengan menampilkan Shona yang sudah berdecak pinggang dengan ekspresi garangnya.

"Pulang kemana hmm?"

"Tidak. Maksudku aku akan makan"

"Makan saja! Aku tidak peduli"

"Aku sedang sakit"

"Lalu? Biasanya kau akan menjadi bijak dan menyuruhku untuk tidak khawatir"

"Aku lapar"

Shona menghela nafasnya. Bicara dengan pria batu didepannya ini tidak akan membuat rasa kesalnya hilang.

"Shem kau-" Ucapan Shona terpotong karena Shem lebih dulu mendorongnya masuk ke kamar lagi.

"Kali ini aku akan memakan makananku dengan baik" bisik Shem saat berhasil meraih pinggang Shona dan menariknya hingga mengikis jarak diantara mereka.

Shona mendadak gugup. Melihat wajah Shem dari dekat membuatnya merasa aneh terlebih sejak hari pernikahan itu mereka belum pernah sedekat ini lagi.

"Shem aku akan memesan makanan untuk mu" Shona mendorong pelan Shem namun tidak membuahkan hasil. Bukannya berniat menolak hanya saja dia perlu waktu untuk menghilangkan rasa gugupnya karena kalau tidak, sudah pasti Shem akan merasa menang.

"Makanan?.. Nanti saja"

Shem kembali merapatkan dirinya dengan Shona karena wanitanya masih berusaha menjauhkan diri.

"Ku akui Shona, aku merindukanmu"

"Oh yaa?? " Tanya Shona santai berusaha untuk tidak luluh begitu saja karena tentu jual mahal itu penting.

Shem merubah tatapannya menjadi datar lalu melepaskan Shona begitu saja, membuat Shona keheranan. Semudah itu dia menyerah? pikir Shona.

"Kau marah Shem? Baiklah aku tidak akan peduli" Shona mengambil langkah menuju meja riasnya. Melepaskan aksesoris yang dikenakannya karena dia akan membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Shona berteriak kaget saat tubuhnya diangkat secara tiba-tiba oleh Shem.
"Apa yang kau lakukan?! Kau membuatku terkejut" katanya kesal, Shem tidak juga memberi jawaban hingga akhirnya tubuh Shona mendarat sempurna diranjang berukuran king size milik mereka.

Ingin melayangkan protes lagi tapi bibirnya dengan cepat dibungkam oleh Shem dengan bibir miliknya yang lebih tipis. Seperti biasa, ciuman panas kembali terjadi selama beberapa menit.

"Hah..! Tubuhmu masih panas Shem!" Shona memperingati saat tautan mereka terlepas.

"Aku akan segera membaik"

"Tapi- " ucapannya terputus dan digantikan dengan lenguhan pelan karena Shem mulai menjelajahi leher jenjangnya. Kecupan manis dan hisapan lembut mampu membuat Shona mulai hilang kendali dan pasrah dibawah kukungan Shem.







TBC.






jerk and diamonds🔞| sungsun/sunsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang