"Mas." Panggil Jaya, terburu-buru masuk kedalam kamar Mahes.
"Apaan?" Tanya mahes yang masih fokus pada game di ponsel nya.
"Bantuin tugas matematika Jaya."
"Ogah, tugas gue aja menumpuk segudang indomaret tuh." Tolak Mahes tanpa mengalihkan pandangannya.
"Yeuu, giliran neng prindapan minta tolong langsung mau lu." Tatap Jaya secara sinis lalu langsung pergi dari sana.
Mendengar perkataan Jaya sontak membuat Mahes membanting ponsel nya di atas kasur. "Sini lo, ngomong apa tadi? Prindapan prindapan, bagus-bagus nama cewe gue Cravinda di panggil prindapan." Teriak Mahes, mendengar seruan Mahes, sontak membuat Jaya terpekik kaget dan segera berlari, takut diamuk mas nya itu.
***
Kini jaya duduk di halaman depan rumah nya, memikirkan jawaban dari soal-soal matematika yang sangat menyulitkan itu.
Tangannya sedari tadi tidak henti-hentinya mencoret banyak angka dikertas, tapi hasilnya tetap terus salah. Ini membuat Jaya sangat frustasi, dimana letak kesalahan nilainya? Sudah beberapa kali Jaya mengubahnya terus saja salah.
Tapi Jaya tidak akan menyerah begitu saja, kini tangannya kembali mencoret banyak angka di atas kertas, namun ketika dia sedang fokus pada buku-bukunya, tiba-tiba dia dikagetkan oleh suara bising didepan rumahnya.
Dengan cepat Jaya melihat kearah tempat kejadian. Dari kejauhan sana, Jaya dapat melihat bahwa telah terjadi kecelakaan tunggal, namun Jaya tidak melihat ada orang yang datang untuk menolongnya, mungkin disana lagi sepi makanya tidak ada orang yang datang untuk menolong.
Jaya langsung bangun dari tempatnya dan bergegas menuju keluar untuk menolong pengendara motor tersebut. Terlihat disana ada seorang gadis yang tengah memegangi lengannya yang sakit akibat terbentur aspal.
Tapi ada hal yang membuat Jaya terkejut. Gadis itu tidak menghiraukan soal luka yang ada pada dirinya, tapi dia malah berjalan mendekat kearah seekor kucing putih yang tergeletak ditengah jalan.
Gadis itu menggendong kucing tersebut, terlihat ada beberapa luka yang membuat kucing itu tergulai lemah.
Akhirnya Jaya mendekat, berdiri di samping gadis itu. Menyadari kehadiran Jaya di sana, gadis itu menoleh sambil menyipitkan matanya karena silaunya cahaya.
Jaya tidak berkata apa-apa, dia mengambil alih kucing itu dari tangan si gadis dan langsung berjalan. Gadis itu terlihat kebingungan, tapi sejenak kemudian Jaya berhenti, membalikkan badannya dan menoleh kearah si gadis.
"Kenapa kamu masih duduk disitu? Ikut aku." Ujar Jaya datar, kemudian kembali berjalan.
Gadis itu bangun dari tempatnya, mengikuti kemana Jaya pergi. Setibanya di depan teras, gadis itu hanya berdiri tanpa berkata apa-apa.
"Tunggu disini, akan aku bawa beberapa obat untuk kalian." Ujar Jaya, meletakkan kucing itu di atas meja dekat dengan buku-buku nya.
Setelah perkataan terakhirnya, Jaya langsung masuk kedalam rumahnya, mengambil kotak obat. Selama berada di teras, mata gadis itu terus melihat halaman rumah itu tanpa bosan.
Indah kata itulah yang terbesit dipikiran gadis itu. Tentu saja, mama sangat suka mengoleksi beberapa bunga dan tanaman hijau lainnya dan hal itulah yang membuat rumah menjadi lebih tentram dan indah. Tapi dia juga masih merasa kasihan dengan kucing itu, dia merasa kucing ini harus segera di obati.
Tidak lama menunggu, Jaya datang kembali sambil membawa kotak obat. Dia duduk di sebelah gadis itu dan meletakkan kotak obat di atas meja. Saat Jaya ingin mengobati gadis itu terlebih dahulu, gadis itu langsung menahannya, menyuruh Jaya untuk mengobati kucing itu dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] Nawasena The Raden » Family Version [END]✓
Fiksi Penggemarjust a simple house with not many luxury items, but there are many features.