Di ruang tamu, Mahes dan dua adiknya itu kini tengah menonton tv bersama. Sedari tadi Mahes tidak henti-hentinya mengemil beberapa makanan ringan, sedangkan kedua adiknya itu sibuk mengerjakan tugasnya.
Di tengah-tengah sedang menonton, sang ibu datang menghampiri mereka.
"Mama mau ketempat tante lia dulu ya, mungkin mama bakal pulang telat." Jelas sang ibu, berpamitan dengan anak-anaknya.
Langit yang tengah merangkum semua catatan, ikut menoleh kearah sang ibu. Dia menggeleng dengan cepat sambil menunjukkan raut wajah sedih.
"Pokoknya mama harus pulang sebelum malam ya? Adek ga mau makan masakan lain selain masakan mama." Ucap Langit dengan gemasnya.
"Nanti ada mas Tala sama teteh nanta yang masak, lagian masakan mereka juga enak lho." Ujar sang ibu selembut mungkin sambil mengelus kepala sang anak.
"Gak mau, gak enak, enakan masakan mama." Langit tetap bersikeras menolaknya.
Mendengar omongan Langit, membuat Mahes langsung melirik tidak suka, tidak lupa juga dengan mulut nya yang merapal banyak kalimat namun tidak terdengar.
"Yasudah nanti mama usahain pulang awal deh." Jawab sang ibu sambil tersenyum.
Langit terlihat senang mendengar perkataan ibu nya.
"Kalau gitu mama pergi dulu, jaga rumah ya sayang." Sambung sang ibu pada anak-anaknya itu.
"Iya, ma." Jawab mereka bertiga secara bersamaan.
Setelah sang ibu pergi, kini keadaan mereka kembali seperti semula. Awalnya terdiam sejenak, tapi sekarang Mahes mengolok-olok perkataan Langit tadi. Yang katanya masakan Mahes dan Nanta tidak enak, namun nyatanya perkataan itu tidak 100% benar.
Malah Langit lah yang paling lahap makan ketimbang yang lain. Mau dimaklumi karena si kecil suka plin-plan dan pilih-pilih soal makanan, tapi tetap saja hal itu menyebalkan untuk Mahes dengarkan.
"Mas mau masak ayam goreng mentega. Atas nama Langit Raden Ragantara, tidak diperbolehkan untuk meminta." Mendengar hal itu tentu saja membuat Langit menatap mas nya itu.
"Ga adil!!! Itu kan kesukaan dedek!!!"
Mahes tertawa terbahak-bahak, tak menghiraukan protes dari si bungsu kesayangannya itu.
***
Langit mulai terlihat mendung, satu persatu air hujan mulai turun. Saat ini Raden masih berada di tempat kerja, dia mengangkat banyak barang kesana-kemari dan juga ada beberapa barang yang harus di antar ke suatu tempat.
Setelah berjam-jam bekerja di sana, akhirnya Raden diperbolehkan pulang karena sudah menyelesaikan semua tugasnya. Tidak lupa juga Raden mengambil upah nya lalu beranjak pergi dari sana.
Kakinya berjalan kearah parkiran, setibanya di depan motor, Raden mengambil helm nya dan memakainya.
Disaat Raden ingin mendorong motornya kebelakang, tiba-tiba seseorang berhenti didepannya sambil tersenyum manis. Hal itu membuat Raden reflek langsung menoleh kearahnya.
"Hai." Sapa gadis itu, tidak lupa juga dengan senyuman yang menambah kesan cantik nya.
***
Kini Raden berada di sebuah kedai kecil, bersama dengan gadis yang dia temui tadi.
Gadis itu menyeruput secangkir susu panas. Wajah nya terlihat bahagia, setelah meminum sedikit susu panas itu, dia kembali meletakkan cangkir itu di atas piring kecil. Kemudian pandangan kembali teralih kearah Raden.
Tapi berbeda dengan Raden, dia hanya menunjukkan sikap dinginnya.
"Kenapa? Kamu kelihatannya ga senang aku di sini ya?" Tanya gadis itu sambil menunjukkan wajah cemberutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[01] Nawasena The Raden » Family Version [END]✓
Fanfictionjust a simple house with not many luxury items, but there are many features.