Gaia, Ibu bumi. Kartu nomor tiga; The Empress. Tegak.
Lelaki itu mengulas senyum simpul penuh misteri. Membiarkan perempuan muda yang duduk berhadapan dengannya penasaran. Di atas meja kayu di antara mereka, terdapat setumpuk kartu terbalik dan sebuah kartu terbuka. Selain kartu-kartu, terdapat humidifier yang mengeluarkan uap beraroma mawar yang lembut, tak menyengat. Di bawah pencahayaan yang tak terlalu terang, kombinasi warna pada kartu bernomor tiga itu tampak bersinar terang dengan latar belakang oranye, merah, kuning dan cokelat.
" The Empress," ucap si lelaki, meletakkan telunjuk di atas kartu bergambar seorang wanita tanpa busana, menghadap ke kanan, memejam. Wanita itu memiliki perut buncit layaknya wanita hamil. Isi perutnya digambarkan bagai globe. Punggungnya terdapat air berwarna biru yang di dalamnya penuh ikan. Rambutnya cokelat gelap bagai tanah, akar atau batang pohon, yang ujung-ujungnya bercabang dan ditumbuhi dedaunan hijau. Di tangan kiri, terpasang gelang dari ranting pohon yang masih berdaun. Agak jauh di atas kepala terdapat lingkaran berwarna putih yang tampak seperti satelit bumi, bulan. Makanya, setiap kali melihat The Empress dari deck Seer The Light yang sedang ia gunakan, lelaki itu selalu menyebut sosok perempuan yang tergambar dalam kartu itu adalah Gaia, Ibu Bumi.
" Apa artinya, Eros?" perempuan yang sedari tadi menunggu lelaki bernama Eros mulai tidak sabar.
" Kartu ini melambangkan kesuburan dan selusin kebaikan." Eros mengamati perempuan di depannya yang tampak mandiri, tangguh, berpikiran terbuka dan yang pasti sudah terbilang sukses di usia muda dengan jerih payahnya sendiri. " Saya nggak perlu jelasin satu-satu kebaikan apa yang bisa kamu dapat, karena kamu bisa dapat apa yang kamu mau, Agni."
Seperti makna namanya, mata Agni merefleksikan kobaran api senang sekaligus penasaran, " sebanyak itu kebaikannya?"
Lelaki bernama Eros mengangguk mengiyakan, " coba kamu liat gambarnya. Kamu bisa aja jadi penguasa yang bijaksana dan berwibawa. Karena pada akhirnya, Gaia melahirkan planet bumi yang kita tinggali sampai sekarang."
" Gila. Aku nggak nyangka, kalau dipikir-pikir aku punya garis takdir yang bagus." Agni tertawa ringan, menutupi mulut menggunakan telapak tangan. Menjadi wanita terpelajar membuatnya harus selalu mengutamakan etika. Baik yang ia pelajari di Negeri tempatnya menuntut ilmu, maupun Negeri tempat kelahirannya.
" Saya nggak pernah bilang takdir, karena apa yang saya lakukan bukan meramal masa depan, loh."
Agni mengangguk paham, karena itulah yang pertama kali ia dengar saat memutuskan datang kemari. " Aku setuju. It's just semiotics, psycology and little bit myth, isn't it?"
" Ya. Tapi saya belum selesai, Agni. Boleh saya lanjut?"
" Silakan."
Eros mengatur napas sebelum melanjutkan, " kamu janji harus bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa setelah sesi pertemuan kita berakhir ya?"
Agni mengangguk mantap, membuat rambut sepunggungnya yang dikuncir kuda bergoyang-goyang. " Deal." Jawabnya tanpa ada keraguan.
" Agni... saya tahu kamu ngelakuin semuanya, sampai bisa ada di titik ini nggak semudah membalikkan telapak tangan. Kamu adalah perempuan paling segalanya yang pernah saya temui. Tapi, bisa kamu menurunkan sedikit ego?" Eros mengamati manik Agni dengan penuh arti. Ucapannya pun jauh dari relung hati. " Saya tahu betul kamu adalah orang yang menempatkan paham feminisme di atas segalanya, tapi sampai bumi ini kehabisan daratan pun, patriarki nggak akan bisa dihapus. Karena semua kepercayaan dimuka bumi, menganggap kalau lelaki adalah pemimpin. Itu kodrat."
Agni tersenyum simpul, " kayaknya pertemuan hari ini udah cukup deh," dia melirik jam tangan yang katanya dari Benua Eropa sebagai alibi agar bisa segera pergi, " aku ada janji temu sama klien penting setengah jam lagi. Lain kali, kita lanjut lagi, oke?" berdiri, Agni mendorong kursi kayu dengan paha belakangnya.
" Kamu tersinggung karena aku bahas soal kodrat?" menyadari perubahan sikap Agni begitu cepat saat ia membahas itu, Eros ikut-ikutan berdiri. Dia tidak berniat menahan Agni untuk pergi, hanya saja perasaannya jadi tidak enak jika sudah membuat orang lain tersinggung. Padahal bukan itu maksudnya.
" Enggak. Aku beneran ada janji temu sama klien setengah jam lagi. Oh ya, titip salam buat Swani sama Dov. Sekalian titip pesan, kalau... konsep pernikahanku sama Rino mungkin berubah. Dah, sampai ketemu lagi!" Perempuan itu berbicara cepat sekali. Dia bahkan langsung berjalan menuju pintu keluar tanpa menunggu jawaban apapun dari Eros, tanpa menoleh lagi ke belakang. Seolah jika melakukan itu, dia akan mendapat petaka dalam perjalanan seperti pada film-film horor.
Lelaki itu membuang napas dan memutuskan kembali duduk di kursinya. Merapikan kartu tarot yang memberinya kebebasan berpikir liar, namun masuk akal karena berlandaskan ilmu pengetahuan.
Sudah lama sekali dia bergumul dengan dunia seperti ini. Jika saat remaja Eros hanya bisa mengagumi para pembaca tarot, kini kartu-kartu bergambar ini yang menjadi sumber utama penghasilannya.
Meski banyak yang bilang tarot adalah salah satu tindakan mendahului kehendak Tuhan. Bahkan digadang-gadang sebagai dosa besar yang punya peluang hampir nol persen untuk mendapat pengampunan. Bagi Eros tidak begitu, karena apa yang ia lakukan tidak ada hubungannya dengan ramalan, apalagi sampai berkolaborasi dengan makhluk gaib untuk mendapat keakuratan sampai sembilan puluh sembilan persen. Yang ia lakukan hanya mencampur beberapa jenis bidang keilmuan seperti semiotika, psikologi gambar dan warna, mitologi, simbologi hingga folklor.
Lagi pula, tarot hanyalah sebuah kartu permainan di Italia pada mulanya. Tidak ada sangkut-pautnya dengan ramalan masa depan.
Yang dilakukan Eros hanyalah model terapi menyenangkan hati orang. Karena orang-orang cenderung akan bahagia jika ceritanya di dengar dan diberi sedikit solusi dari permasalahan hidupnya, bukan? Itulah yang Eros lakukan. Memberi solusi terhadap permasalahan klien dengan menginterpretasikan gambar yang terdapat pada tarot. Bahkan, sejak pertama kali mengerti caranya, hingga saat ini, Eros sudah menjadi teman bicara yang baik bagi ratusan orang.
Kini bisnis yang awalnya hanya teman bicara, sudah lebih besar dari dugaannya. Teman bicara hanyalah unit kecil dari satu bisnis besar yang telah ia dan dua orang temannya bangun dengan susah payah. Dimulai dari hanya bertiga, hingga kini memiliki sepuluh orang yang menggantungkan nasib pada perusahaannya.
Agen cinta Cupid Picks adalah satu-satunya perusahaan jasa yang melayani pendekatan romantisme Adam dan Hawa. Selain menjadi teman bicara, Agen cinta Cupid Picks juga bisa menjadi mak comblang bagi para pencari cinta sejati. Selain itu, Agen cinta ini bisa membantu sampai tahap paling membahagiakan, yaitu menikah.
Agni adalah salah satu dari lima ratusan klien Cupid Picks yang akan menikah dalam waktu dekat. Sayang sekali, perempuan itu terlalu menghamba kesempurnaan dan membuat konsepnya harus diubah beberapa kali.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cupid Picks Love Agency : Panah Salah Sasaran
RomanceKonon katanya, Cupid menembakkan panah asmara pada diri sendiri karena terpesona pada kecantikan Psyche. Mengabaikan perintah ibunya, Afrodit yang iri pada kecantikan Psyche agar menikah dengan Titan. *** Lima tahun bertahan hidup dengan mengandalka...